extra part lagi astogel

22.3K 1.7K 41
                                    

Halooo, cie udah 200k reads aja😄💗

Happy reading!!

***

Tempat pertama yang Rheta periksa adalah kamar anak-anak. Siapa tau pak Linggar tidur di sana. Tapi saat diperiksa, tidak ada tanda-tanda kalo pak Linggar tidur di sana. Anak-anaknya juga udah pada tidur semua.

"Ah pasti dia ngungsi di ruang kerjanya."

Rheta pun ke ruang kerja pak Linggar. Sempet ragu mau masuk atau engga, tapi akhirnya Rheta pilih masuk. Meski pelan-pelan Rheta berusaha agar tidak menimbulkan suara.

Kini bisa Rheta lihat, orang yang tadi siang dia ancam gak boleh masuk kamar, sedang tidur di atas meja dengan bantalan tangan. IPad kerjanya pun masih nyala. Nampaknya pak Linggar kecapekan kerja sampe ketiduran gitu.

Hati Rheta mencelos melihat itu. Rheta pelan-pelan menghampiri pak Linggar.

"Kenapa tidurnya di meja sih? Kan aku suruhnya tidur di luar doang. Kalo kaya gini kan kasian pinggung kamu." Rheta mengomel sendiri.

Agaknya Rheta sedih melihat pak Linggar begini. Tapi gengsinya masih ada. Alhasil sebagai bentuk rasa kemanusiaannya, Rheta mengambilkan selimut untuk pak Linggar.

Selesai menyelimuti pak Linggar, Rheta akan kembali ke kamarnya lagi. Tapi belum juga dia balik badan, tangannya tiba-tiba dicekal. Badan Rheta mendadak kaku. Apalagi liat mata pak Linggar yang kini sudah terbuka.

Pak Linggar tidak bersuara. Dia hanya menatapi Rheta dalam, tapi justru itu yang bikin jantungnya tidak sehat! Tanpa aba-aba pak Linggar menarik Rheta dan membuat perempuan itu duduk di atas pahanya.

"Masih marah, hm?"

Rasanya Rheta sulit sekali bernafas. Jangankan bernafas, buat nelen ludah aja susah banget!

Saling pandang dengan pak Linggar dari jarak sedeket ini, entah kenapa bikin Rheta deg-degan setengah mati. Apalagi tatapan Pak Linggar yang setengah hari ini belum Rheta liat.

"Maafin aku By, udah bikin kamu marah." Ujar pak Linggar dengan suaranya yang rendah.

"Aku gak ada niat apa-apa sama Jeni. Jangankan niat, tadi siang aku reflek nangkep dia yang mau jatuh. Udah kebiasaam siaga jagain kamu, jadinya kebawa deh."

"Terus kalo yang ucapan aku nyakitin perasaan kamu, aku minta maaf, By. Aku--"

Cup.

Rhea memotong ucapan pak Linggar dengan bibirnya. Pak Linggar pun tidak bisa berkata-kata lagi.

Sedetik kemudian garis senyum muncul di wajah cantik Rheta. "Aku yang minta maaf sama kamu." Katanya kini berubah cemberut, sedih.

"Maaf ya udah usir kamu dari kamar. Aku jahat banget sampe ngebiarin suami aku tidur di meja kerja gini. Pasti ba--"

Muahhh!

"Bapak!" Rheta terpekik seraya menepuk pundak pak Linggar. Mukanya panas bukan main, dia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher pak Linggar.

Pak Linggar terkekeh. "Kangen aku tuh sama kamu. Gemesin banget tadi siang marah-marah, sekarang malu-malu kucing."

Rasa malu Rheta membeludak-beludak. Tolong! Mau ditaruh di mana lagi muka Rheta ini??

"Istrinya siapa sih ini?"

"Bapak ihh, jangan gitu napa. Malu tau!" Cicit Rheta. Pak Linggar semakin bahagia mendengarnya.

"Kita udah maaf-maafan nya kan? Mending sekarang tidur gimana? Di kamar, sama kamu, sampe besok siang. Besok aku mau bolos kerja, ya, By."

Plak!

"Aduh, kok aku dipukul sih By..."

"Enak banget itu barusan kalo ngomong. Bolos-bolos kerja apaan? Kalo kamu bolos terus anak-anak kamu mau dikasih makan apa??" Rheta yang gahar udah muncul lagi. Udah ngilang aja tuh Rheta yang malu-malu tai ayam kaya tadi. Ahaha.

Rheta mendengus melihat senyum jenaka dari pak Linggar. Ganteng sih, tapi ngeselin!

"Mau aku jadi pengangguran pun, aku masih bisa biayai kehidupan anak-anak kita, By. Kamu lupa? Aku kan--"

"Stttt! Udah jangan bawel, gak usah cerewet. Udah malem, ayo bobok."

Tapi dengan isengnya justru pak Linggar menggigit jari telunjuk Rheta yang nempel di bibirnya.

"Aaaa! Jorokkk! Jigong kamu pada nempel nih, pak!" Rheta mengosok-gosok jarinya ke baju pak Linggar.

"Jigong aku wangi, By." Sahut pak Linggar santai.

"Dimana-mana yang namanya jigong tetep aja bau."

"Oh, mau bukti kalo jigong aku wangi?"

Mendadak otak Rheta loading. Gimana caranya? Dia suruh ngirup di depan mulutnya pak Linggar gitu? Ogah banget!

Seketika mata Rheta membulat begitu pak Linggar menarik tengkuknya, dan... Kalian tau lah apa yang selanjutnya terjadi. Jangan kaya Rheta ya, yang oon. Ahaha

Nafas Rheta sampai mau habis rasanya, baru pak Linggar melepaskannya. Rheta terengah di depan pak Linggar dengan bibir yang bengkak.

"Udah kebukti jigong saya gak bau?"

Sialan. Mana tadi gue tadi sempet balesin dia lagi!

"I love you By."

Rheta langsung berubah tersipu. "Sa ae slepetannya." Kekeh Rheta.

"Gitu doang? Gak dibales nih?"

"Ck. Alay banget, inget umur pak, udah punya anak tiga tuh." Lagi-lagi Rheta cekikikan.

"Tinggal bilang i love you too aja susah amat sih By." Pak Linggar mengerucutkan bibirnya bete.

Rheta jadi gemes bukan main. Dia kemudian menangkup pipi pak Linggar lalu ditekennya hingga bibir pak Linggar mengerucut.

"I love you more, sayang...."

Keduanya pun terkekeh. Pak Linggar curi-curi kesempatan memajukan wajahnya dan mengecup bibir Rheta sekali lagi.

Malam ini mereka resmi baikan. Secepat itu?? Maklum mereka kan sesama bucin. Hilih.

Kini pak Linggar dan Rheta sudah tiduran di kasur. Saling berhadapan dan berpelukan, pak Linggar mengelus-ngelus halus punggung Rheta.

Pak Linggar belum tidur, masih ada yang mau dia omongin sama Rheta. Tapi dia sedikit ragu.

"By," panggil pak Linggar pada akhirnya."

"Hm?" Rheta menyahuti seadanya. Dia udah setengah tidur.

"Besok coba tes kehamilan gimana?"

"APA?!"

***

Aw

Bab ini cuma di ketik 800 words doang.

Gimana? Suka ga? Xixixi

Aku heran, kapan cerita ini tamatnya yaa😂😂

Semoga kalian suka. Terimakasih buat yg udah vote dan komen, sayang banyak2 buat kaliannn😍💗😜🤘



Pak LinggarOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz