44. doi ngambek

21.7K 1.8K 28
                                    

happy reading !!

***

RHETA POV

"Pak... Kok diem aja?" Aku masih memeluk pak Linggar meski udah berhenti nangi. Lamaaa banget rasanya, dan pak Linggar tetep membisu.

"Pak? Ayo kita ngobrol banyak. Saya punya segudang pertanyaan buat bapak."

"Hm? Hm? Hm?"

Aku melengok, menatap wajah pak Linggar. Hell kok nyeremin! Tatapan matanya tajam sekali ke arah depan. Apa pak Linggar marah?

Gawat. Masa iya pak Linggar marah gara-gara aku prank pake kertas undangan? Sumpah demi apapun ini idenya Bisma. Bukan akuu!

flashback on

"Bi-Bisma ini seriusan?" aku menatap Bisma dengan mata yang sembab. Capek menangis.

"Ya masa boong. Apa kurang jelas penjelasan anak buah gue tadi?"

Aku menggeleng. Udah cukup! cukup banget malah sampe aku tertampar kenyataan. Dari semua bukti dan penjelasan anak buahnya Bisma, menunjukkan bahwa pak Linggar ga salah sama sekali.

Ternyata selama ini aku doang yang terlalu gegabah dan egois. Aku menangis menyesali semuanya.

Hiks.

"Gue kudu gimana Bis? p-pasti pak Linggar marah banget sama gue..."

Tiba-tiba Bisma menyeringai santai. Dia menonton tv, mengabaikan aku yang nangis bombay gini.

"Bantuin gue ih! malah diem aja sih lo."

Dia berdecak. "Gue punya cara," katanya membuatku penasaran.

"Coba lo kasih dia undangan tunangan kita. Boong-boongan aja. Lo liat gimana reaksinya."

Mataku mengerjab beberapa kali. Mencoba mencerna ide Bisma.

"kalo dia nahan lo pergi, artinya dia cinta mati pake banget sama lo. Tapi kalo kebalikannya, harap dipertanyakan tuh." Bisma terkikik tanpa sebab.

Aku menatapnya tajam, jadi curiga. Persetanan sama nanti pak Linggar ga nahan aku, masalahnya aku ga percaya sama idenya Bisma.

"Sesat ga nih?" tanyaku menyelidik.

Bisma mengedikkan bahu acuh tak acuh. "Gue cuma ngasih ide, kan tadi lo yang minta."

flashback off

hih ternyata emang sesat! Sialnya lagi pak Linggar beneran ga nahan aku. Ck. Bunyi kretek ini hati.

Bibirku mengerucut sedih. "Jangan diem aja dong pak..." rengekku di punggungnya.

Aku menghirup dalam-dalam wangi tubuh pak Linggar. Huua kangen. Tapi pak Linggar lagi bete sama aku, dia cuekin aku.

Terdengar helaan nafas panjang dari pak Linggar. Tiba-tiba dia melepas lilitan tanganku. Aku panik bukan main!

"Bapak... Maafin saya." Aku hendak memeluknya lagi tapi segera dia tahan. Kini pak Linggar menatapku dingin.

"Perasaan saya apa sekedar candaan buat kamu, Rheta?"

Deg.

"Kalo iya, selamat. Kamu berhasil menghancurkan perasaan saya."

"Pak..." Bukan gitu maksudku. Aku niatnya i-ingin--

"Saya harus meeting. Sebaiknya kamu pulang, sudah sore."

Reflek aku menggeleng kuat-kuat, menolak. "Ikutt..." cicitku meminta.

Aku yang tidak tenang bagaimana bisa pulang. Rencana dari awal juga ingin masalahku dengan pak Linggar hari ini  selesai. Tapi malah jadi gini! nambah masalah baru gara-gara Bisma sialan.

Pak LinggarWhere stories live. Discover now