20. hey siapa dia

21.6K 2.1K 8
                                    

maaf banget kalo banyak typoo. aku ngetiknya sambil ngantuk soalnya🙂.

happy reading !!

***

RHETA POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

RHETA POV

Pagi harinya aku yang bangun pertama. Duduk sambil menguncir rambut, lalu aku menoleh ke arah dua temanku. Mereka masih tidur.

Rasa bersalah tiba-tiba hinggap dibenakku. Teringat kejadian semalam.

Sialan.

Maafin gue guys.

Karpet depan tv Arumi terpaksa basah karena sengaja aku siram pake air minum.

Semalem aku yang berusaha melarikan dari mereka sengaja menyenggol teko yang penuh terisi air putih. Gila ga tuh?! Arumi dan Alya langsung kebakaran jenggot, buru-buru lari ke dapur untuk ambil lap.

Aku meringis. Meski akhirnya bisa lolos tadi malam, tapi sekarang jadi gelisah sendiri.

Ga enak banget anjir.

Aku bangun dari dudukku, berjalan menuju kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi.

Berhubung aku ga bisa masak, sarapan pagi ini mau ga mau aku harus beli di luar.

Aku ganti daster semalem dengan kaos oblong berwarna pink dan celana jeans. Haha. Belum mandi gapapa yang penting aku cantik.

Aku keluar rumah. Tau di sekitaran sini ada yang paling deket adalah jual bubur ayam, aku pun berjalan kaki ke sana.

Sampai sana untungnya antrian tidak panjang. Apa belum ya? Ah sabodo teung. Yang penting bisa cepet-cepet makan.

Aku bergegas menghampiri grobak coklat itu. Tapi tiba-tiba dari sisi kananku ada yang nyelip dengan langkah lebarnya.

"Pak buburnya lima ya, dibungkus. Pake sate telor puyuhnya sama sate ususnya juga lima," kata orang itu.

Hell. Kan aku duluan harusnya yang pesen! Aku sama dia duluan aku jalannya.

"Pak saya duluan pak! Saya yang jalan duluan ke sininya tadi," kataku membela diri.

Orang itu menatapku aneh. Sementara si bapak penjualnya kini bingung.

"Orang gue duluan yang sampai."

"Apaan elo itu nyerobot! Aturan gue dulu!"

"Mana ada. Orang situ baru dateng, bisa-bisanya minta duluan."

Ihhhh.

Aku menggeram. Menatap cowok itu dengan permusuhan. Bisa-bisanya dia ga mau kalah mentang-mentang punya kaki panjang, langkahnya lebih lenar dari langkahku. Terus sampe di depan grobaknya duluan!

"Tenang mba, mas. Saya masih ada asisten lagi kok. Sini dua-duanya dilayanin barengan saja. Biar adil."

Penjual bubur ayam itu berusaha ramah dan memberikan pelayanan yang baik.

Pak LinggarWhere stories live. Discover now