54. katanya mau pergi

20.5K 1.6K 26
                                    

Menuju ending, ingatt😄😄

Happy reading !!

***

RHETA POV

"Ga usah deket-deket! Sana jauhan."

Alis pak Linggar naik satu. Dia bingung liat aku yang menjaga jarak.

"Gue pulang dulu ya, Mi. Ntar dicariin bonyok lagi," pamitku pada Arumi yang kini duduk di samping bang Dirga.

Aku mengembalikan baby Rain ke Arumi tapi bang Dirga minta ambil alih.

"Sama abang aja sini, Tha."

Alhasil baby Rain pindah ke tangan bang Dirga. Arumi tersenyum bahagia sambil nyium-nyiumin pipi gempil itu. Wah. Mereka udah cocok banget kaya keluarga bahagia. Apalagi pas tadi aku denger bang Dirga muring-muring karena Arumi gendong baby Rain. Katanya lagi hamil, ga boleh gendong-gedong yang berat.

Huh. Aku iri, aku bilang!

"Mau bawa apa Tha? Eh tapi gue juga ga punya apa-apa sih." Arumi cekikikan ga jelas. Aku memutar bola mata malas.

"Gausah nawarin kalo gitu."

Kami semua keluar rumah hingga di teras depan, aku berpelukan sama Arumi.

"Sabar. Ga usah nunjukin banget kalo iri sama gue," bisik Arumi.

Aku terkekeh tapi juga tersenyum kecut. "Doain ya semoga gue bisa bahagia kaya lo."

"Selalu. Tapi saran gue sih, mending skripsian dulu deh baru bunting."

"Yeuu. Mentang-mentang ga skripsian lo?"

Kami sama-sama tertawa. Setelah itu aksi pelukan pun usai. Aku beralih ke baby Rain. Aku cium sekali pipinya hingga dia kegelian dan tertawa lucu.

"Sehat-sehat ya, Sayang. Kalo bisa repotin terus mamah kamu. Aunty suka liatnya."

Baby Rain kembali tertawa dengan penampilan gusinya yang masih kosong. Ahaha. Jadi pengen bungkus bawa pulang ini bocah.

"Bang, Rheta pulang dulu."

"Iya. Hati-hati di jalan."

Aku mengangguk. Giliran pak Linggar yang pamit. Dia menunduk sebentar, lalu bilang, "Terimakasih jamuannya. Kami pamit pulang dulu."

Tiba-tiba Arumi tertawa. "Sering-sering ke sini juga gapapa, pak."

Dalam hati aku tertawa melihat wajah masam milik bang Dirga. Uluh, yang sabar ya bang. Salahnya milih calon bini kok modelan Arumi. Bikin darah tinggi. Ahaha.

"Udah ya ngeladenin orang hamil ga ada abisnya. Ayo pak, kita pulang."

Aku menarik pak Linggar agar cepat pergi. Kelupaan kalo nyatanya aku lagi jaga jarak sama dia.

"Kenapa sih By, duduknya mepet jendela gitu? Kaya aku virus aja, kamu hindarin gitu."

"Bapak lebih bahaya daripada virus!"

"Kok?"

"Ga usah banyak tanya. Ayo buruan sampe rumah. Lama-lama merinding berduaan sama bapak."

Pak Linggar terkekeh. "Owh gara-gara yang tadi?"

"Pake nanya lagi," gumamku tapi sialnya dia masih bisa dengar.

"Ga usah takut. Bercanda doang saya."

"Apaan bercanda dihayati gitu. Jatohnya serius!"

Lagi-lagi pak Linggar terkekeh. "Engga kok. Kan nunggu sah dulu. Iya kan, Baby?"

Pak LinggarWhere stories live. Discover now