26. kembang api

21.5K 2.1K 38
                                    

udh brp hari aku ga up?🙂

happy reading !!

***

RHETA POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

RHETA POV

"Anjengg sohib gue datengg jugaa! Apa kabar broo?? Liat, gue udah kawin coyy! Kapan lo nyusul? Biar besok kita bisa honeymoon bareng! Haha. Pasti seru, tuh!"

Aku tersenyum geli melihat interaksi pak Linggar dengan temannya ini.

Mas Dewa(?) Hem. Ya teman pak Linggar yang punya acara itu, keliatan heboh banget. Sementara pak Linggar cuma lempeng doang.

Asli ngakak liatnya.

"Ck. Percuma ngomong sama patung. Ga guna."

Aku menahan tawa. Istrinya mas Dewa malah udah terkekeh.

"Selamat ya mas, mba. Semoga langgeng sampai maut memisahkan," kataku saat menyalami mereka.

"Terimakasih...?"

"Rheta, mba."

"Ah Rheta, terimakasih ya udah sudi datang ke acara kami. Semoga kamu cepet nyusul sama Linggar."

Aku hanya terkekeh saja menanggapi ucapan mba Berlin barusan.

"Ini beneran cewek lo Nggar? Sialan. Bening banget aswu! Dapet di man--awsh! Sakit Yang!"

"Mulutnya sopan dikit bisa ga sih?" cecar mba Berlin tiba-tiba. "Kasian itu Rhetanya nanti risih!"

"Eh gapapa mba, sama aku mah santai," ralatku cepat-cepat.

Aku tak enak hati. Takut entar ada perselisihan diantara mereka. Kan kasian mas Dewa, malem pertama masa tidurnya di sofa. Huu.

"Maaf ya Rheta. Mulut Dewa emang lamis banget. Aku aja pusing ngadepinnya."

"Yang...." rengek mas Dewa manja.

"Jijik," sahut pak Linggar ketus.

Spontan aku tertawa melihat itu. Ngakak. Mereka udah pada tua tapi tetep aja pada kaya bocah. Haha.

"Sialan cewek lo bahagia banget liat gue ternistakan, Nggar."

"Ehehe sorri Mas. Ngakakin banget abisan," aku sekedar bergumam di akhir kalimat. Lalu menyengir kuda.

"Gue cabut dulu."

"Eh mau kemana lo?!"

"Ayo Rheta."

Pak Linggar menarikku menjauh dari mba Berlin dan mas Dewa. Ihh padahal aku masih mau ngobrol sama mereka.

Dia mengabaikan mas Dewa yang misuh-misuh di belakang, meminta kami untuk kembali.

Aku segera melambaikan tangan ke mereka tanda pamit.

"Kita mau kemana sih pak??"

"Cari baju buat tidur."

Pak LinggarWhere stories live. Discover now