3 - Caiden

941 174 34
                                    

"Sesuatu mengganggumu," sahut Katarina dari balik punggungnya.

Dengan kehati-hatian menyerupai lirih kepakan sayap kupu-kupu, Caiden menidurkan Randolph ke boks bayi. Tangannya meraih selembar selimut menutupi tubuh mungil anaknya, menghalaunya dari dingin, mimpi buruk, bahkan segala bencana yang mungkin menimpanya. Ibu jarinya menemukan pipi Randolph, mengusap kehadiran yang seketika menjadi segalanya bagi Caiden. Alasan dari napasnya. Namun, malam itu ia tidak bisa mengelak udara berat di dalam dadanya.

Derit pintu menutup dan langkah Katarina menghampirinya. Lengan ramping itu mengelilingi tubuh Caiden seperti yang selalu dilakukannya tiap kali angin malam berembus lebih dingin. Ia melingkupi sebelah tangan Katarina, mengecup satu per satu jemarinya dan berhenti agak lama di jari manisnya. Cincin pernikahannya berkilat keemasan diterpa cahaya jingga lilin. Penanda sumpah mereka untuk ada satu sama lainnya, baik dalam suka maupun duka. Bagi Caiden, tidak ada sumpah lain seindah ikrar pernikahannya. Tidak ada cinta seagung sayang dan pengertian di antara mereka.

Masih menggenggam tangan Katarina, Caiden memutar tubuh menghadap istrinya yang dibalut gaun tidur biru muda dan mendapati dirinya sendiri terpesona. Waktu seolah membawanya kembali ke sosok sembilan belas tahunnya, menemukan malaikat bergaun biru berdansa dalam genggamannya. Langkah dansa malaikatnya saat itu tidak sempurna, tetapi ulas senyumannya transenden. Terbersit di pikirannya kala itu, seseorang dengan sudut senyum luar biasa itu pasti bukan manusia. Malaikat. Malaikatnya.

"Angel," Caiden mengupayakan sebuah senyum. Ia mengelus belakang kepala mungil Katarina. Bahkan dalam posisi berdirinya, puncak kepala wanita itu tidak mencapai bahunya. Terkadang, ia bertanya-tanya bagaimana seseorang bertubuh mungil sepertinya memiliki hati yang mampu menampung cintanya.

"Lihat wajahmu," Katarina menangkup kedua pipinya. "Setengah abad seakan sudah berlalu sejak kau menjadi seorang raja."

Kali ini, tawa kecil lolos dari mulutnya, meringankan tegang di tengkuknya. Ia tidak pernah salah mencintai Katarina. "Apa uban sudah tumbuh di kepalaku?"

Katarina menyipitkan matanya tengah menghitung uban imajiner di kepalanya. "Dipenuhi, lebih tepatnya."

"Mungkin setelah ini aku akan menumbuhkan janggut putihku," Caiden menyeringai.

"Aku menantikannya." Katarina berjinjit, berusaha mengalungkan lengan di seputar lehernya. Caiden merunduk, mempermudah pelukannya. Katarina berbisik, "Kau tahu aku akan selalu di sisimu, Caiden."

Tidak butuh waktu lama bagi Caiden membalas pelukannya. Melingkarkan rangkulannya di sekitar pinggang ramping Katarina. Menghirup aroma yang menguar dari kulit lehernya, menenangkan tegang syarafnya. "Aku tahu. Sebaiknya begitu," ujar Caiden. "Mengenai Kania—"

"Kau hanya menginginkan yang terbaik untuknya, aku mengerti." Katarina mengelus rambut cokelatnya seakan-akan Caiden bukan pria bertubuh dua hingga tiga kali lipat lebih besar darinya. Ajaib, sebagaimana wanita itu menyihirnya. Caiden bahkan akan mempersembahkan seluruh dunia untuknya.

"Tiga puluh dua tahun. Itu waktu yang Ayah dan Ibu habiskan mempersiapkan diriku sebagai pemimpin Reibeart selanjutnya. Aku pikir aku akan siap. Tetapi, nyatanya," Caiden memandangi telapak tangannya sendiri, "aku belum siap menjalani semua ini seorang diri. Aku mungkin memiliki seluruh kapasitas memimpin kerajaan, tetapi melindungi keluargaku seperti Ayah melindungi kami... aku tidak tahu apakah aku akan pernah siap."

"Kau tidak perlu menjadi seperti ayahmu." Katarina menepuk punggungnya. "Percaya atau tidak, Kania tidak menginginkanmu sebagai seorang ayah."

"Lalu, siapa yang akan melindunginya, Angel? Kau tahu, kepergian Ayah begitu mendadak dan itu semua karena ketidakmampuanku melindunginya. Ibu menangis hari demi hari—kesedihan itu juga menyayat hatiku. Mereka, yang aku sayang tersakiti karena aku tidak mampu melindungi mereka." Caiden memberikan tentang di antara mereka. Merapikan helai cokelat gelap Katarina. "Termasuk dirimu. Ataupun Randolph."

"Tapi, bagi Kania, ia kehilangan baik sosok ayah maupun kakak laki-lakinya," bisik Katarina. "Selama dua puluh tahun hidupnya, Kania hanya diperbolehkan berdiri di tepi panggung memandangi keempat kakaknya, jauh lebih dewasa dan memiliki kehidupan di luar yang ia ketahui. Sampai akhirnya, seluruh kakaknya mulai meningalkannya satu per satu. Apa yang kau lakukan terhadapnya, Caiden, hanya akan membunuhnya perlahan."

"Aku tidak ingin Kania mengalami apa yang harus Ayah alami. Kau tahu bagaimana kematian Ayah mempengaruhi ibuku. Ibu bisa saja gila mendapati Kania—" Caiden menghirup napasnya tajam. "Aku tidak ingin itu terjadi. Kania selalu menjadi harta berharga keluarga, adik paling kecil dan mungil bagi kakak-kakaknya."

"Jangan," genggaman kecil Katarina menemui bahu Caiden, seakan hendak mengguncangnya. "Jangan memandangi Kania seolah ia pecah belah. Barang cantik yang tidak boleh dibiarkan retak. Ia bukan objek untuk kau lindungi. Dia adikmu dan mungkin saja muda, tetapi Kania tidak bodoh. Ia memiliki keinginan, ia menginginkan kebebasan, dan ia tahu bersamaan dengan kebebasan itu datang konsekuensi. Kau akan terkejut betapa cepat ia belajar."

"Apakah semua konsekuensi itu, Angel," ucap Caiden lirih, "sepadan dengan kebebasan yang Kania peroleh?"

Katarina tersenyum. "Aku tidak tahu. Tetapi, Kania akan menentukannya sendiri. Itu apa artinya menjadi seorang manusia."

Dan Caiden jadi bertanya-tanya, berapa banyak kali lagi Katarina akan membuatnya jatuh cinta, bertekuk lutut menyembah dirinya. Tiada hari, tiada detik Caiden lewatkan tanpa mensyukuri kehadiran wanita yang menumpulkan sudut-sudut tertentu dalam dirinya. Melengkapi dirinya dalam cara-cara menakjubkan. Seakan-akan cintanya di masa kini tidak pernah cukup dan Caiden akan menghabiskan sisa hidupnya, mencintai wanita di hadapannya.

"Kau tidak perlu menjadi ayahmu," Katarina mengingatkannya sekali lagi. Sebab, ia tahu meskipun Caiden meneguhkan dirinya di balik dinding yang kokoh, jauh-jauh-jauh di dalam dirinya, kesedihan itu sukar pergi. Ayah, sosok pria yang menjadi panutannya sejak belia. Pria yang mencintainya lebih lama dibandingkan keempat saudara lainnya. Ia pikir itu sebuah kemewahan. Namun, ketika Ayah meninggalkannya, kemewahan itu meninggalkan bekas dan jejak di sekujur jiwanya, lebih dalam dari milik adik-adiknya.

"Karena kau tidak akan pernah menggantikan sosok ayah bagi keempat adikmu. Namun, setidaknya, bertindaklah selayaknya seorang kakak terbaik yang dimiliki adik-adikmu. Dan ketika masa depan tampak sangat tidak menentu," tangan Katarina menangkup pipinya, "aku akan selalu di sana, menemanimu. Ketika kau gagal melindungi dirimu sendiri," Katarina mempertemukan dahi mereka, "aku akan di sana melindungimu. Kau tidak perlu takut."

Caiden memejamkan matanya, mengagumi wanita yang dicintainya. Kepada siapa Caiden dapat menyandarkan bahunya, tidak menjadi raja, tidak menjadi seorang pelindung, ataupun seluruh tanggung jawab yang mengikutinya. Hanya dirinya. Cukup.

"Aku percaya," mulai Caiden, "bahwa selama hidup manusia, seseorang dapat jatuh cinta berkali-kali pada orang yang sama."

Katarina mengecup bibirnya. Kecupan lembut, setipis kertas, seringan bulu burung. Namun, Caiden mampu menerka intensitas isyarat dari singgungan kecil tersebut. "Aku mencintaimu," ujar Katarina, terdengar lebih seperti sumpah.

Caiden membalas kecupannya, mengulum bibir ranum itu. "Aku mencintaimu." Caiden menyelipkan rambut Katarina di balik telinganya. Lalu, kembali mencium bibir malaikatnya sembari melafalkan doa itu berulang kali. "Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu."

"Bagaimana," Katarina menggenggam tangan Caiden, membawanya menuruni lekuk pinggangnya, "alih-alih dengan kata-kata, kau menunjukkan kepadaku seberapa besar kau mencintaiku?"

Dengan satu manuver, Caiden mengangkat malaikatnya, membawanya ke kamar, "Sempurna." Dan Caiden membuktikan seberapa besar dirinya mencintai Katarina. Selamanya malaikatnya. []


Halo semuaa! Maafkan aku baru bisa upload hari ini :') setelah pekerjaan kantor, banyak pekerjaan rumah yang bikin aku tepar malem malem HAHAHA! semoga kalian menyukai chapter yang ini yah:) Aku berniat upload 2-3 chapter hari ini, tapi itu tergantung dari kalian lagii kalian maunya bagaimana?? Jangan lupa komentar yah biar notifnya bikin aku inget untuk upload HAHAHAH

KANIAWhere stories live. Discover now