46 - Kania [21+]

1.4K 136 19
                                    

46


Kania terbangun oleh elusan Reagan yang tiada henti bermain dengan rambutnya. Di atas meja samping ranjang, sebuah jam berdetik menunjukkan pukul delapan pagi. Kania meloloskan kuap, tahu bahwa hari masih terlalu pagi setelah penjelajahan malam mereka. Mengeratkan pelukan, Kania beringsut ke dalam kehangatan lingkup tubuh Reagan. Kepalanya beristirahat di mana sumber denyut jantung pria itu bergema konstan, ketukan yang menghipnotis Kania. Seakan tengah mendalami lautan yang menentang putaran waktu. Satu detik membentang menjadi ratusan kebersamaan. Mereka abadi.

                Suara Kania mengantuk saat bertanya, "Apakah aku dapat menghadiahimu hal yang sama?"

              Kania mendengarnya tersenyum puas, entah bagaimana. Keberadaan pria itu seakan tercetak di kelima indranya. Belakangan ia mampu merasakan pria itu tanpa harus menoleh. Embusan napasnya dari ujung ruangan, kepak kelopak mata, serta bibirnya yang membusur. Ketika pria itu tidak kunjung menjawab, Kania setengah bangkit, bertumpu pada sebelah sikunya. Kemeja putih Reagan terlampau besar bagi tubuhnya, merosot turun memperlihatkan pundak serta seberkas gundukan ranum payudaranya.

              Semalam ia adalah dewi berhasrat sensual

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

              Semalam ia adalah dewi berhasrat sensual. Pagi ini ia mewujud kuncup bunga lili yang siap mekar.

              "Jadi?" Sebelah alis gelap Kania terangkat.

              Reagan menangkup pipi kanan Kania. "Aku tidak bisa memilih. Aku menghadiahimu banyak hal semalam." Telunjuknya berhenti di bawah dagu Kania, menariknya maju perlahan ke ambang bibirnya. "Bagaimana dengan sebuah kecupan?"

              Kania mengecupnya singkat. "Selesai."

              Tangan Reagan meraih belakang kepalanya, "Lagi."

              Kembali merunduk, ciuman Kania menemui mulut terbuka Reagan. Lidah Kania membelai rongga mulut pria itu, memiringkan kepala untuk menjelajah wilayah yang belum terjamah. Reagan menyesap bibir bawah Kania, mengulum lapisan lembut itu. Kania menyadari Reagan memiliki kecintaan berlebihan pada bibir bawahnya. Pemikiran itu mendorong Kania menyeringai, kemudian menggigit gemas bibir bawah Reagan.

Dikuasai adrenalin, Kania beranjak dari sikunya. Memosisikan kedua lututnya mengurung pinggul Reagan. Kania melepaskan pagutan ciuman mereka, menyundul dagu Reagan hingga pria itu mendongak, menatap langit-langit kamar. Dengan sangat perlahan dan begitu lambat, bibir Kania mengukir rahang sempurna Reagan sebelum lidahnya turun melalui tonjolan jakun serta cekung menggiurkan di antara tulang selangkanya.

Kania mampu merasakan perubahan pada irama napas pria itu, naik turun dadanya meracau. Pria itu tidak perlu bersuara bagi Kania untuk memahami bahwa ia menyukai tindakan Kania. Jejak panas dan basah yang Kania tinggalkan sepanjang permukaan kulitnya. Ini apa yang dirasakan pria itu membuat Kania menggila oleh sentuhannya. Serbuan kekuasaan, mengetahui bahwa Kania berkuasa atas pria tampan di hadapannya. Dan Kania dapat melakukan apapun—apapun.

KANIAWhere stories live. Discover now