23 - Lily / Kania

690 173 40
                                    

23

Mereka mengetahuinya. Kastil bukan lagi tempat aman bagi dirinya bersembunyi.

Sejak kedatangan putri dari Reibeart itu sebagai ratu, Lily hanya memiliki satu tugas; mengawasi setiap gerak-gerik sang Ratu dan berkoordinasi dengan Ronald untuk menghabisi nyawanya—yang mana berakhir mengenaskan; sang Kaisar turun tangan sendiri, secara kejam, membunuh Ronald. Andai malam itu Ronald berhasil melakukan tugasnya, Clarendon tidak akan menyerahkannya racun tersebut.

Lily tidak pernah sanggup membunuh seseorang, sekadar menumpahkan satu tetes racun di teh sang Ratu. Ia panik, mengetahui Dorian melakukan inspeksi mendadak dan dengan gegabah menyelipkannya pada bantal pelayan pribadi sang Ratu. Ia tidak bermaksud memerangkap Tonya. Wanita manis itu kerap menanyakan kabar suami dan anak-anaknya serta membagi makanan yang sengaja sang Ratu tinggalkan untuknya. Tetapi, bagaimanapun, ia harus mempertahankan posisinya di kastil. Hanya dengan demikian mereka akan mengabulkan satu rumah dan properti luas bagi anak-anaknya hidup bahagia.

Kemudian, Lily tahu bahwa malam ini, pasukan sang Kaisar akan menyergap kamarnya. Mereka telah mengetahuinya, entah bagaimana, bahwa Lily adalah tikus terakhir di dalam kastil. Lily tidak boleh mati di tangan sang Kaisar mengingat betapa kejam perlakuan pria itu kepada para pengkhianat. Kelima anaknya masih membutuhkannya hidup. Dengan Thomas sedang berdinas ke Reibeart, Lily menjadi satu-satunya harapan mereka. Hidup Lily tidak boleh berakhir di antara penyiksaan dan interogasi sadis sang Kaisar.

Ia menyelinap dari koridor pelayan, mengendap-endap bersatu dengan malam. Melintasi taman menuju gerbang timur kastil. Ada celah di sana, lubang pada bata benteng di balik semak belukar. Lubang yang luput dari pengetahuan pasukan prajurit Ajax. Tempat pertemuan Clarendon dengan mereka yang merencanakan kudeta terhadap kekuasaan Kaisar Marcellus.

Lily merangkak melalui lubang tersebut. Sorot bulan menyinari jalannya bagai pemberkatan dewa-dewi. Begitu sampai di kota, ia akan membayar kereta menuju kampung halamannya, tempat di mana kelima anaknya menunggu sesuap nasi. Pekerjaan sebagai seorang pelayan dan Thomas, sebagai prajurit, tidak mampu mencukupi kebutuhan anak-anak mereka. Mungkin di desa nanti, Lily akan mencoba berkebun. Ia dengar prospeknya cukup bagus.

Di ujung lubang, Lily segera bangkit, lalu dihadang tiga pria. Bukan pasukan Ajax. Lily jelas tahu siapa mereka. Tiga orang kepercayaan Ketua.

"Kalian datang di waktu yang tepat—" kalimat Lily terpotong oleh cekikan pada tenggorokannya. Saluran napasnya tersumbat. Napasnya megap-megap. Kakinya menendang-nendang, berusaha mencari pijakan hidupnya.

Pria itu mengentak punggung Lily pada permukaan keras benteng. "Sang Kaisar mengetahuinya dan kau berpikir untuk kabur? Menurutmu berapa lama hingga sang Kaisar menemukanmu?"

"Lepaskan—aku." Lily meronta-ronta, memukul cengkeraman pria itu.

"Lepas?" Pria lainnya berdecak. "Apa kau tahu membiarkanmu lepas sama saja memberikan sang Kaisar seluruh informasi yang ia inginkan?" Ia mengedikkan kepalanya, memberikan isyarat kepada pria ketiga.

"Kau tidak boleh dibiarkan hidup," ucap pria ketiga sembari mengeluarkan pisau tajam. Bilahnya tampak berkilau di bawah sorot bulan.

Hanya wajah Thomas yang berkelebat di penghujung hidupnya. Awal mula mereka tergelincir dalam masalah ini.

Mungkinkah selama ini kita memihak sisi yang salah?


***


Hari itu suasana hati Kania tidak baik. Ia menghabiskan kebanyakan waktunya di taman kastil bersama Tonya, banyak mendengarkannya mengoceh tentang teman pelayannya. Sementara itu, tangan Kania tidak berhenti menggoreskan berbagai sketsa. Awan, air mancur, pohon, bunga, panorama kota, apapun untuk mengalihkan pikirannya ketika dari ujung matanya, dari jendela kastil, ia beberapa kali mendapati Reagan melintasi koridor dari satu sayap ke sayap lainnya. Pria itu akan selalu menangkap kehadiran Kania sebagaimana ia menyadarinya, pandangan mereka bertemu singkat sebelum Kania mengembalikannya ke buku sketsa.

KANIANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ