24 - Katarina / Daria

742 154 30
                                    

24

Mengabaikan sorot cemas tiga pelayan di belakangnya, Katarina meraih selembar handuk. Dengan luwes ia mengangkat Randolph dari bak mandi dan membungkus tubuh anaknya. Cipratan air membasahi bagian depan gaun, mengundang kesiap para pelayan. Semenjak kedudukannya diangkat sebagai ratu dari sepenjuru Reibeart, para penghuni kastil memberikan perhatian berlebihan pada kesejahteraannya. Seakan-akan basah lapisan pakaiannya akan membunuhnya dalam sekejap. Atau, memandikan sendiri anaknya dapat membuatnya kejang-kejang. Katarina tidak habis pikir kerepotan yang dialami mertuanya, Thalia Ersa of Seymour kala menjabat sebagai pemimpin Reibeart.

"Anda seharusnya membiarkan kami memandikan Putra Mahkota, Yang Mulia," salah seorang pelayan mengangkat suaranya.

Tangan Randolph bermain dengan kalung di sekitar lehernya sebelum Katarina tersenyum, "Bukan masalah. Randolph tidak akan mengenal aku sebagai ibunya apabila aku membiarkan kalian mengurusinya terus-menerus."

Katarina terkenang akan masa kecilnya. Sebagaimana ibu tirinya kerap mengabaikan Katarina, membiarkan pelayan sebagai satu-satunya yang mendekati sosok orangtua selain ayahnya sendiri. Dahulu, Katarina akan bermain seorang diri, memandangi dari jauh adik tirinya, Dominica, memperoleh kasih sayang ibunya. Berandai-andai pelukan itu juga melingkupi dirinya. Tentu, Ayah memberikannya cinta seluas semesta, namun Katarina tidak mampu mengelabui dirinya sendiri bahwa kasih dari ayahnya tidaklah cukup. Ia selalu menginginkan cinta seorang ibu, lembut dan pengasih.

Sehingga, kala Randolph datang ke dunia, ia bertekad memberikan seluruh perhatian, yang tidak pernah ia dapat sebelumnya, kepada anaknya. Caiden tidak keberatan dengan tingkah yang dipandang aneh khalayak bangsawan, mengingat suaminya lahir dan tumbuh di keluarga penuh cinta. Bahkan ketika—berapa, tiga puluh dua tahun usianya?—ibu Caiden masih menunjukkan rasa sayang begitu besar bagi anaknya. Dan seakan itu semua tidak cukup, mertuanya juga menyayangi Katarina seolah ia adalah putri yang lahir dari rahimnya. Setiap menyadari kenyataan tersebut, Katarina akan tersentak haru. Bahkan ibu tirinya sendiri hanya memampukan ketidakpedulian.

"Jika kepala pelayan mengetahui ini, Yang Mulia," suara ketiga pelayan itu mengikuti langkah Katarina menidurkan Randolph di ranjang, "ia tidak akan senang."

Katarina mulai mengeringkan tubuh anaknya, menepuk bedak pada punggung mungil itu. "Memang, kepala pelayan tidak pernah seratus persen sependapat denganku—"

Kalimatnya terpotong oleh ketukan nyaris sistematis pada pintu kamar. Salah seorang pelayan segera membuka pintu, menampakkan Davis, pelayan kepercayaan Caiden berdiri tegak nan tinggi di koridor. Orang-orang yang tidak mengenal Davis akan menangkap kesan dingin dari perawakan formal dan mata elangnya, membuat siapapun menjauhinya. Namun, setelah bertahun-tahun mengenalnya, sesungguhnya Davis memiliki sisi humor yang hanya mampu diperas keluar oleh suaminya.

Suaranya seperti permukaan tajam pisau saat berkata, "Raja mengharapkan Anda di ruang kerjanya, Yang Mulia."

Katarina menengadah, menangkap jarum jam baru menunjuk pukul sebelas. Tidak biasanya Caiden memanggilnya sepagi ini. Kewajibannya sebagai Raja menyita seluruh jadwal paginya—hingga sore pukul empat di mana Caiden akan memanggil Katarina, mengajaknya dan Randolph berjalan seputar taman bunga atau sekadar menyesap kopi hangat bersamanya.

Menyerahkan Randolph kepada tiga pelayan tersebut, Katarina segera menghampiri Davis. "Ada apa?"

Davis memindai gaun basah Katarina skeptis, "Mungkin Anda perlu berganti pakaian terlebih dahulu?"

"Tidak perlu," ujar Katarina. "Ada apa sesungguhnya, Davis?"

Davis melirik tatapan penasaran ketiga pelayan di dalam kamar. "Lebih baik saya menunjukkan kepada Anda secara langsung."

KANIAWhere stories live. Discover now