꧁☬𒆜*༆BAB 77༆*𒆜☬꧂

8 1 0
                                    

Armand terpaku menatapnya. Afifah tersenyum penuh ketegaran menatapnya. Tangannya langsung meraih dan menggenggam tangan Afifah.

"Sayang! Afifah begitu cantik di mata Akang! Akang tak peduli bagaimanapun tubuh Afifah! Akang tetap cinta Afifah! Jangan berkata seperti itu ya! Akang tetap sayang dan cinta mati sama Afifah!" kata Armand menahan air matanya kemudian.

"Kang, suatu saat nanti! Jika Afifah sudah sembuh, Afifah mau sholat bersama Akang!" kata Afifah.

"Ya Afifah! Akang selalu ingin Afifah sembuh agar kita bisa sholat bareng! Pasti itu sayang!" kata Armand.

Afifah tersenyum sembari menutup matanya. Armand menatapnya penuh ketegaran. Tangannya mengelus sayang kepala Afifah yang kini tertutup kain penutup kepala.

Ia tak tega melihat penderitaan Afifah. Ia hanya bisa berdoa dan menguatkan dirinya demi berada di samping Afifah. Akhirnya, Afifah tertidur pulas.

Armand termenung menatap wajahnya. Sesekali jarinya mengelus pipi Afifah. Begitu halus dan kurus. Afifah benar-benar menderita akan penyakitnya.

Namun ia tak pernah mengeluh. Ia selalu kuat dan Armand begitu bangga melihatnya. Tepat pukul 02:00 dini hari, Armand terbangun. Tampak keadaan rumah sakit yang begitu sepi

Sebuah sajadah di bentangkan di atas lantai. Dengan kesedihan yang begitu mendalam, Armand mengangkat kedua tangannya.

Ia memanjatkan doa seraya menangis dalam diam. Sesekali ia menoleh ke arah Afifah yang tertidur lemas. Begitu banyak alat medis yang kini bersemayam di dalam tubuh Afifah.

Tetapi hal itu tak membuatnya lemah dan menyerah. Walau raga Afifah begitu lemah, tetapi jiwanya begitu bersemangat untuk tetap sembuh meski kini tubuhnya kurus kering akibat kemoterapi yang di jalaninya selama ini.

"Aamiin ya Allah!" bisik Armand sembari mengusap kedua tangannya di wajah.

꧁𒆜Sajadah Panjang𒆜 ✒The End☬꧂Where stories live. Discover now