8. Sebuah Permainan

15.1K 2K 287
                                    

Tumpukan kertas di atas meja membuat Mark Lee pusing. Dia tahu ini adalah kesalahannya. Sejak dia mengenal Haechan, dirinya sering membolos kerja hanya untuk menemui Haechan yang masih ketakutan jika bertemu dengan dirinya.

"Ah ... kapan kertas-kertas ini akan menipis?" keluh Mark.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Mark dari sebuah dokumen yang tengah dia baca. Mark menyuruh orang yang mengetuk pintu untuk langsung masuk.

Itu adalah sekretarisnya, Winter. Wanita itu berjalan memasuki ruangan Mark dengan sebuah dokumen didekapannya. Menunduk sedikit pada Mark sebagai penghormatan.

"Permisi Tuan Mark. Ini adalah data dari artis yang akan menjadi model untuk merk pakaian perusahaan kita."

Winter menyerahkan dokumen yang dia bawa tadi pada Mark. Setelah Mark menerimanya, Winter meminta izin untuk kembali. Mark mengiyakannya dan membuka dokumen yang baru dia terima.

Keluarga Mark adalah keluarga terpandang. Ayah Mark merupakan anggota dewan di Kanada setelah beberapa tahun sebelumnya menjabat sebagai Walikota. Selain itu, Kakek Mark membangun sebuah perusahaan pakaian dan juga aksesoris mewah yang namanya sudah terkenal di berbagai negara. Perusahaan yang ada di Korea adalah salah satunya. Dulu, ketika Min Hyung berusia 17 tahun, dialah yang mengelola perusahaan ini. Namun, sekarang Mark yang menggantikan dirinya.

Ketika Mark pertama kali datang, seluruh pegawai memandangnya dengan kagum dan juga terkejut karena mereka baru mengetahui bahwa CEO mereka memiliki kembaran yang memiliki sifat jauh berbeda. Jika Min Hyung adalah orang yang dingin dan tidak peduli pada siapapun maka Mark adalah orang yang hangat dan ramah.

Tangan Mark bergerak ke arah telepon. Dia menekan beberapa tombol di sana untuk menghubungi Winter, sekretarisnya yang beberapa saat lalu keluar.

"Halo, Tuan? Ada yang bisa saya bantu?"

"Tolong hubungi model kita. Aku akan membahas jadwal pemotretan dengannya."

Winter mengiyakan permintaan Mark. Winter meletakkan kembali telepon setelah Mark memutuskan panggilan. Tangannya bergerak gemas karena CEO mereka turun tangan untuk membahas kerja sama. Jika itu adalah Min Hyung maka dirinyalah yang harus berbicara pada model yang akan mereka ajak kerjasama dan itu sangatlah sulit mengingat para artis itu kebanyakan memiliki sifat yang sombong.

Mark memijit pelan keningnya. Rasa pusing tiba-tiba kembali menyerangnya.

'Tidurlah! Sudah waktunya!'

Mark membuka matanya yang tanpa sadar terpejam. Dia melihat sekeliling.

Tidak ada siapapun di ruangan ini selain dirinya.

Telunjuk Mark kembali memijit pelipisnya, "Mungkin efek samping dari operasi dulu," gumam Mark.

Ponsel Mark berbunyi, menampilkan nama Jaemin di layar. Mark dengan malas mengangkat panggilan Jaemin. Kepalanya masih terasa sakit.

"Ada apa?"

"Apa kau akan ke restoran hari ini?"

Mark melihat jam tangannya, sudah pukul setengah empat sore. Kerjaannya tinggal sedikit lagi, tapi dia harus ke rumah sakit malam ini untuk memeriksakan dirinya. Untuk hari ini, Mark tidak bisa menemui Haechan.

"Tidak. Kenapa?"

"Ha? Tumben. Sialan kau! Aku masih belum tahu mengapa Jisung-ku memanggilmu Ayah! ." teriak Jaemin di seberang sana. Mark tertawa lalu mengejek Jaemin.

"Dasar pedofil. Sejak kapan Jisung menjadi milikmu? Datang saja nanti ke apartemenku setelah restoranmu tutup."

Mark langsung mematikan panggilan membuat Jaemin berteriak kesal.

The Twins' Obsession | MARKHYUCK (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang