47. Kebohongan (4)

8.1K 1.3K 73
                                    

Saat itu, Renjun baru saja tiba di rumah ketika Chenle mengirimkan pesan padanya bahwa dia akan menenggelamkan diri di danau.

Renjun langsung panik. Segera dia menghubungi Chenle, tapi anak itu tidak menjawab panggilannya. Renjun pun mencoba menghubungi Jisung, tapi jawaban Jisung membuat Renjun semakin ketakutan. Dia mengambil kunci mobilnya dan pergi mencari keberadaan Chenle.

Sepuluh menit berlalu, Renjun masih belum menemukan Chenle. Dia tidak tahu danau mana yang dikatakan oleh Chenle. Renjun berhenti sejenak di pinggir jalan untuk menjernihkan pikirannya. Mencoba mengingat tempat-tempat yang pernah Chenle datangi.

"Ah! Sial, tempat itu!"

Renjun memukul stir mobil ketika dia baru saja mengingat danau yang dimaksud Chenle. Itu adalah danau tempat dimana Chenle bertemu Jisung untuk pertama kalinya.

Renjun menancapkan gas dengan kecepatan tinggi. Untung jalanan sedang tidak terlalu ramai sehingga dia dengan mudah mengebut.

Setibanya di danau, Renjun melihat barang-barang Chenle yang berserakan di pinggir danau. Dari kejauhan dia melihat ada tubuh yang mengambang di atas air. Renjun berteriak kencang, dia yakin itu adalah Chenle.

Renjun bersyukur dia memiliki kemampuan untuk berenang. Dia membawa tubuhnya ke dalam air dan menarik Chenle ke pinggir danau.

"Chenle! Bangun. Mama di sini. Tolong, bangun." Renjun menepuk pipi Chenle yang telah berubah menjadi pucat. Dia berusaha mengeluarkan air dari dalam tubuh Chenle, tapi anaknya tetap tidak sadar. Renjun mencoba untuk mengangkat tubuh Chenle dan menyeretnya masuk ke dalam mobil.

Renjun meninggalkan semua barang-barang Chenle. Dia tidak peduli barang-barang itu hilang, dia bisa membelinya lagi. Yang terpenting sekarang adalah nyawa Chenle.

Renjun membawa Chenle ke rumah sakit tempat dia bekerja. Berteriak memanggil perawat untuk membawakan ranjang. Chenle di bawa ke ruang UGD sejam lebih awal daripada Haechan.

"Ada apa dengan Chenle?" Jeno baru saja tiba setelah Renjun menghubunginya.

"Dia ... dia mencoba bunuh diri."

Renjun menangis di pelukan Jeno. Dia tidak sanggup membayangkan jika Chenle benar-benar pergi meninggalkannya.

Jeno menepuk punggung Renjun, memberikan ketenangan. "Dia akan baik-baik saja."

Renjun tak menjawab. Dia masih terus menangis di pelukan Renjun. Beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruang UGD.

"Tuan Renjun, anak Anda baik-baik saja. Hanya saja dia masih tak sadarkan diri. Anda boleh melihat anak Anda jika sudah dipindahkan ke ruangan lain."

Renjun mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada dokter tersebut. Tak berapa lama, Chenle telah dipindahkan ke ruangan yang lain.

"Kenapa Chenle mencoba bunuh diri?" tanya Jeno. Saat ini mereka tengah duduk di samping ranjang Chenle. Terdapat oksigen yang terpasang di wajahnya.

"Sepertinya dia sedang bertengkar dengan Jisung."

"Jisung?" Renjun mengangguk.

"Hubungi dia. Biar aku yang bicara," ucap Jeno. Suaranya tiba-tiba berubah menjadi dingin. Renjun melihat tatapan Jeno yang tajam. Dia segera menghentikan lelaki itu.

"Tidak perlu. Biar aku saja. Kau pulanglah. Mandi dan ganti bajumu, setelah itu gantian denganku."

Jeno mengangguk dengan terpaksa. Dia segera keluar dari ruangan Chenle untuk pulang ke rumah.

Renjun menghela napas. Hampir saja dia membuat Jeno kehilangan kendali. Renjun memegang kedua pelipisnya yang terasa berdenyut. Dilihatnya Chenle yang bernapas dengan tenang.

The Twins' Obsession | MARKHYUCK (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang