24. Study Tour 🔞

22.7K 1.7K 156
                                    

Setelah kejadian dimana Mark berbicara tentang ingin mengambil mata Haechan, entah sebuah candaan atau bukan, keadaan keduanya menjadi canggung.

Sudah beberapa hari Mark tidak terlihat di restoran. Tanpa sadar, Haechan selalu melihat ke arah pintu, menunggu kehadiran Mark yang secara tiba-tiba akan muncul.

"Haechan?" Sungchan menyentuh pundak Haechan yang terlihat melamun. Sorot matanya terlihat kosong ke arah pintu. Sungchan menepuk sekali lagi pundak Haechan hingga lelaki itu berbalik ke arahnya.

Haechan melihat Sungchan dengan wajah bertanya. "Apa yang kau lihat?"

Haechan baru tersadar jika sedari tadi dia terus melihat ke arah pintu. Dengan canggung dia menggelengkan kepalanya. Haechan memberikan senyuman pada Sungchan dan kembali memasuki dapur.

Akhir-akhir ini, Haechan selalu merasa ada sesuatu yang terasa hilang. Dia merasa kosong dan kesepian. Setelah dia berpikir setiap malam, Haechan menyadari sesuatu yang hilang itu adalah keberadaan Mark yang sudah berhasil masuk ke dalam hidupnya.

Selama ini, tanpa sadar Haechan telah terbiasa dengan kehadiran Mark. Setiap malam mereka bertiga akan makan bersama dan terkadang juga dia akan pulang bersama Mark. Setiap harinya, Mark akan muncul di restoran Jaemin di waktu yang tak tentu. Bisa pagi dan juga bisa siang. Jika dia sibuk, Mark akan datang ketika restoran sudah tutup dan Haechan akan segera pulang.

Ketika Haechan bertanya pada Jisung mengapa anak itu tidak pernah bertanya tentang Mark yang tidak pernah muncul, dia menjawab jika Mark selalu menjemputnya ketika pulang sekolah dan langsung kembali karena ada urusan.

Sejak hari itu, Haechan seolah kembali ke harinya yang biasa saja. Tak ada orang yang mengganggu dan mengikutinya. Tak ada lagi orang yang diam-diam bisa membuatnya tersenyum. Tak ada lagi orang yang memberinya perhatian dengan tulus selain ... Min Hyung.

Jika Haechan pikirkan kembali tentang ini. Mark dan Min Hyung memiliki bentuk wajah yang sama, meski terdapat perubahan karena usia mereka yang sudah bertambah. Cara mereka menatap pun berbeda. Tatapan Mark lebih lembut dan membuatnya merasa nyaman, sementara Min Hyung selalu menatap dengan aura dingin di seluruh tubuhnya. Membuat Haechan takut setiap kali bersama Min Hyung. Ketika Haechan bersama Min Hyung, lelaki itu masih mengeluarkan aura dinginnya. Haechan ingin Min Hyung memberikannya kehangatan bukan wajah datar yang setiap hari dia tunjukkan.

Haechan sempat berpikir, jika yang dia temui dulu adalah Mark dan bukan Min Hyung ... apa yang akan terjadi?

Apakah dia akan hidup dengan baik? Apakah ... dia tetap akan melahirkan Jisung? Dan ... apakah impiannya akan terwujud?

Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dan menghilang begitu saja. Tak ada gunanya berandai-andai. Semua telah terjadi. Haechan tidak ingin memikirkannya lebih jauh.

Jika Mark adalah orang yang akan menjadi masa depannya, mungkin Haechan akan menerimanya. Dia sadar telah memiliki sedikit perasaan pada lelaki itu. Jika Mark menginginkannya maka Haechan akan memberikannya jalan.

Suhu malam itu terasa sangat dingin padahal belum masuk waktu musim dingin. Haechan mengeratkan jaketnya setelah mengunci pintu restoran.

Sejak Jaemin pergi untuk melakukan pengobatan —yang tak diketahui oleh siapapun kecuali Mark— kunci restoran selalu dibawa pulang oleh Haechan. Karena jika pekerja lain yang membawanya maka restoran akan terlambat buka.

Haechan berjalan sendirian menuju rumahnya. Akan memakan waktu lama untuk sampai karena dia berjalan kaki.

Dari kejauhan, Haechan melihat sebuah mobil yang tak asing baginya berada di depan. Dia berjalan agar lebih dekat dengan mobil yang dia lihat.

The Twins' Obsession | MARKHYUCK (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang