37. Mengingat Kenangan Masa Lalu

9.6K 1.4K 136
                                    

"Begitulah caraku menghidupkanmu lagi."

Lucas menyelesaikan ceritanya dengan mengunyah kacang yang dia ambil dari atas meja. Meletakkan sebelah kakinya di atas kaki yang lain dan menggoyangkannya. Kedua tangannya dia letakkan di sisi atas sofa, menunggu respon Mark.

"Kau menyukaiku?" tanya Mark.

Lucas tertawa dengan suara yang keras. "Menyukaimu? Tentu saja. Jika tidak, untuk apa aku bersusah payah membawamu kembali."

Mark merasa geli ketika mendengar ucapan Lucas, tapi dia tahu suka yang dimaksud Lucas bukan suka seperti cinta. Pria di depannya ini memang sedikit gila, tapi mungkin seperti yang dikatakan Lucas. Dia harus berterima kasih padanya.

"Terima kasih."

Meski dia bersyukur, tapi Mark tidak ingin terlalu menunjukkannya. Cukup dengan berterima kasih secara singkat.

"Yeah, kuterima syukurmu," balas Lucas.

Perbincangan mereka terhenti ketika Mark merasakan ponsel Haechan berdering. Dia mengambil ponsel itu dari saku bajunya dan melihat orang yang menghubungi Haechan di jam yang sudah sangat larut.

"Siapa?" tanya Lucas ketika melihat Mark terdiam memandangi layar ponsel Haechan.

"Jisung."

"Woah? Anakmu? Dia pasti merindukan ibunya."

Mark tidak menggubris kalimat Lucas. Dia menggeser tombol hijau yang muncul di layar dan meletakkan ponsel tersebut di telinga kanannya.

"Ibu? Kenapa baru mengangkat teleponku? Kenapa Ibu tidak membalas pesanku juga? Ibu lupa dengan aku? Apa Ibu bersenang-senang dengan Paman Mark?"

Tumpukan pertanyaan didapati Mark saat dia baru menjawab panggilan Jisung. Remaja yang merupakan anaknya ini terus mengoceh tanpa henti, tidak membiarkan Mark bersuara.

"Aku merasa diabaikan sekarang. Ibu! Cepat pulang. Sudah terlalu lama aku ditinggal sendirian. Ibu tidak sayang lagi padaku?"

Kalimat terakhir yang dikeluarkan oleh Jisung sedikit terdengar bergetar. Mark segera menjawab sebelum Jisung berbicara kembali.

"Ini aku."

"Ha? Paman Mark?"

"Ayahmu."

Tak ada jawaban selama beberapa detik dari Jisung. Mark juga tidak memberi perkataan apapun. Menunggu anaknya kembali berbicara.

"Kenapa ponsel Ibu ada pada Ayah? Mana Ibu?"

"Tidur."

"Benarkah? Paman, berapa lama ibuku harus menemani Paman? Aku sendirian di rumah. Paman juga jarang menemuiku. Jika begini aku tidak bisa memberi restuku."

"Tanpa restumu pun, dia memang milikku."

Walaupun Mark sedang berbicara dengan Jisung melalui ponsel, tapi Lucas masih bisa mendengar percakapan mereka dikarenakan ruangan yang mereka tempati sangat sepi dan sunyi. Suara musik di luar tak terdengar ke dalam ruangan mereka.

"Mengerikan sekali dirimu," ejek Lucas. Namun, Mark mengabaikannya.

"Maksud Paman? Tunggu, Paman serius? Ini terdengar seperti Paman menculik ibuku."

"Kau terlalu banyak berpikir bocah."

"Tentu saja. Dia ibuku. Aku serius Paman. Aku tidak akan memberi restuku jika Ibu tidak kembali besok."

"Ibumu tidak bisa kembali besok. Dia harus menerimaku dulu."

"Menerima apa? Bukankah Ibu sudah menerima Paman?"

The Twins' Obsession | MARKHYUCK (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang