14. Alasan Mencintai

11.3K 1.5K 22
                                    

Renjun melihat Chenle yang sama sekali tidak ingin melepaskan pelukannya pada Jisung. Remaja lelaki itu terus memeluk Jisung erat, tidak membiarkan lelaki yang kini menjadi kekasihnya itu bergerak menjauh darinya.

Kamar Chenle sudah dibersihkan oleh asisten rumah tangga yang ada di rumah besar itu. Setelah Jisung berhasil menenangkan Chenle, dia langsung membuka pintu kamar Chenle dan memanggil Renjun, dengan Chenle yang masih menempel di tubuhnya.

"Sampai kapan kau akan memeluknya? Jisung harus pulang. Ini hampir malam, orangtuanya pasti akan khawatir padanya."

Chenle cemberut, dia menggeleng kuat menolak perkataan Renjun.

Jisung menghela napas, kemudian dia menunduk untuk melihat Chenle yang masih memasang wajah masam di pelukannya.

"Chenle, besok aku akan menemuimu lagi. Jadi, aku pulang sekarang, ya? Ayahku akan datang malam ini." Kalimat Jisung diakhir tadi membuat Chenle mau tak mau melepaskan pelukannya. Dia masih menunduk dengan wajah yang sedih. Jisung menatap tak tega pada Chenle, kemudian dia berbalik, beralih menatap Renjun yang masih melihat ke arah mereka.

"Paman, bolehkah Chenle menginap di rumahku malam ini?" Chenle melihat Renjun dengan mata yang bersinar. Senyumannya mengembang membuat matanya semakin tenggelam. Kepalanya dia naik turunkan, meminta Renjun untuk mengizinkan dirinya menginap di rumah Jisung.

Renjun yang melihat antusiasme dari Chenle akhirnya mengizinkan putranya menginap di rumah Jisung dengan syarat dirinya yang akan mengantar mereka.

Chenle tidak peduli, yang dia pedulikan hanya tetap bersama Jisung untuk waktu yang lama. Setelah memasukkan satu pakaian tidur dan seragam sekolahnya, Chenle beserta Jisung dan Renjun berjalan menuju mobil.

Dalam perjalanan mereka banyak berbincang. Dengan Renjun yang bertanya berbagai hal pada Jisung, sementara Chenle memejamkan matanya di atas pundak Jisung. Ingin beristirahat setelah dia membuang banyak tenaga selama dua hari.

"Itu rumahku, Paman," kata Jisung ketika mereka telah tiba di depan rumah Jisung.

Renjun mengintip dari balik kaca jendela mobilnya. Memperhatikan rumah yang terasa tidak asing baginya.

"Mama." Renjun menoleh ke arah Chenle yang telah keluar dari mobil bersama Jisung. Renjun dapat melihat bahwa Chenle masih merangkul lengan Jisung sejak dari mereka berjalan.

"Iya?"

"Sampai jumpa besok." Chenle melambaikan tangannya ke arah Renjun.

Renjun menempelkan senyum lembut di wajah cantiknya, dia membalas lambaian tangan Chenle, kemudian pamit pergi.

"Ayo, masuk."

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, yang berarti Mark akan tiba di rumahnya.

Jisung menyuruh Chenle untuk beristirahat di kamarnya. Namun, lelaki yang lebih pendek darinya ini menolak. Dia hanya ingin berganti baju, kemudian ikut duduk bersama Jisung di lantai bawah untuk menunggu kedatangan Mark.

Suara ketukan di pintu mengalihkan perhatian Jisung dari televisi di hadapannya. Dengan cepat dia berlari menuju pintu dan membiarkan tamu yang ditunggunya sedari tadi masuk ke dalam.

"Oh? Ada temanmu?" tanya Mark ketika melihat Chenle yang juga sedang melihat dirinya.

Chenle berdiri dan menundukkan kepalanya sedikit, memberi salam pada Mark.

Mark mengangguk kemudian duduk di samping Jisung. Mark meletakkan plastik berisi pizza di atas meja kecil yang muat untuk 4 orang.

"Wah! Pizza! Terimakasih, Ayah! Aku sangat suka pizza," kata Jisung dengan wajah bersinar. Dia menyukai pizza, tapi Ibunya selalu melarang Jisung untuk makan terlalu sering, katanya itu tidak sehat.

The Twins' Obsession | MARKHYUCK (END)Where stories live. Discover now