IL ~ 18 ✅

10.6K 764 15
                                    

ELMO NATHAEL | POV

Kutatap tajam Manuel Fabrizio yang ada didepanku. Tubuhnya memang besar dan lebih tinggi dariku. Wajahnya keras namun tampan. Aku dapat mengatakannya tampan karena ia memiliki alis tebal yang membingkai mata coklatnya. Manuel juga mempunyai tulang pipi tegas mengapit hidung mancungnya. Dibawah hidung ada sederet kumis tipis yang membentuk sebuah jambang yang telah dibentuk sedemikian rupa sehingga semakin menonjolkan sisi kelakiannya. Selain itu, ada sebentuk bibir tebal yang melengkapi wajahnya serta tulang rahang yang terbentuk sempurna. Aku menyayangkan keputusannya menjadi seorang teroris merangkap assasin (pembunuh bayaran). Andai ia tak memilih jalan itu, mungkin sudah banyak wanita yang jatuh kepelukan lelaki kekar didepanku.

"Kau terlalu tampan untuk menjadi seorang pembunuh." Akhirnya kukatakan juga ganjalan dipikiranku.

Manuel tersenyum miring. "Kau mengagumi ketampananku, bocah kecil?"

Aku membalas senyumannya dengan cengiran. "Sayangnya aku telah mempunyai queen cantik yang sudah mendampingiku."

"Apa yang akan terjadi jika kau tak bertemu dengannya? Menyerangku?" tanyanya sinis.

"Ya. Aku memang akan menyerangmu sekarang!" Aku mengerti kata kiasan apa yang ia maksud namun aku memilih untuk menyerangnya dalan arti sebenarnya.

Dengan cepat kulayangkan tendangan kakiku kearah perutnya dan ternyata sukses membuatnya terhuyung. Aku tersenyum puas dengan apa yang kulakukan. Kulihat kilatan kemarahan dari matanya. Kilatan lainnya juga kudapati dari sebuah belati perak yang digenggamnya saat menyerangku tadi.

"Hanya itu kekuatan kuda-kudamu? Menyedihkan!" ejekku. Erangan terdengar dari mulutnya. Ia menegakkan tubuhnya dan berdiri tegak menantangku.

"Kau bocah licik! Menyerangku saat aku belum siap!" teriaknya keras. Aku terbahak mendengarnya.

"Jadi aku harus menunggu kesiapanmu? Kau pikir ini pertandingan beladiri?" semburku sarkatis.

"Kurang ajar!" Manuel bergerak cepat kearahku. Aku yang telah siap sejak tadi menyambut serangan mendadaknya dengan kekuatan penuh. Manuel menerjangku menggunakan belati yang ia pegang. Ternyata belati yang digenggamnya termasuk panjang dan pangkalnya terdapat ukiran berwarna perak. Aku memicingkan mata saat tanpa sengaja melihat tulisan yang terukir dipangkal belati. Untunglah tadi aku menemukan potongan pipa besi yang akhirnya kugunakan sebagai senjata. Dengan potongan besi panjang itulah kutangkis serangan belati panjangnya.

"Kau ternyata cukup hebat sebagai lawanku, bocah!" katanya. Aku membalasnya dengan cengiran lebar.

"Kau juga lawan yang tanggul, Manuel! Aku merasa terhormat bisa membunuhmu." balasku sopan. Tak kusangka, Manuel terbahak mendengar pujianku.

"Kau pintar membuat orang tersanjung dengan pujianmu. Tapi aku senang dengan apa yang kau katakan tadi." Aku memutar bola mataku mendengar kesombongan lawanku ini. Kuakui Manuel bukanlah lawan biasa. Pengalamannya sebagai seorang assasin sudah membuktikan ketangguhannya.

Kami saling menatap satu sama lain. Berusaha mencari kelemahan lawan. Aku tak mungkin langsung menyerangnya tanpa perhitungan. Ia terlalu tangguh untuk dikelabui.

"Mencari kelemahanku, bocah?" ejeknya. Aku hanya mendengus tanpa mengendurkan pertahananku.

Entah siapa yang memulai, kami maju dan mulai saling menyerang. Manuel dengan lincah  memainkan belati panjangnya sementara aku sendiri menangkisnya dengan potongan besi. Besi panjang ini ternyata mampu menandingi gerakan belati Manuel yang seakan mencari bagian vital tubuhku. Suara besi yang saling beradu membuat ruangan kecil ini terdengar ramai.

INCREDIBLE LOVE [BxB] #1 ✔Where stories live. Discover now