IL ~ 39 ✅

6.6K 464 12
                                    

"Ryo dan John sudah diamankan."

"Terima kasih, Ben. Aku...em...kami sangat menghargai semua yang telah kau lakukan."

"Seharusnya kau tidak perlu melakukannya, Matt." keluh Ben. Tangannya bersendekap didepan dada dan tatapannya menyipit pada sosok yang sedang duduk di atas brangkar rumah sakit.

Uncle Matt hanya membalasnya dengan ringisan karena memar ditubuhnya. Ya, kejadian kemarin membuatnya babak-belur. Begitu pula dengan Peter. Hanya saja kondisi Peter lebih parah dari kondisi uncle Matt karena hingga saat ini ia belum sadarkan diri.

"Well, I have to do it. Kalau tidak, mereka pasti sudah curiga." bela uncle Matt. Senyumnya melebar sementara Ben mantapnya datar.

Aku memutar mataku, begitu pula dengan Marcus. Kami mengulum senyum simpul. "Tapi haruskah sampai melibatkan Peter? Kau tidak melihat betapa mengerikannya Dana saat tiba disini!"

Uncle Matt tertawa namun kemudian batuk karena menahan sakit. "Kau tahu siapa Dana Walters kan? Dia akan selalu freak out jika orang yang ia sayangi terluka secuilpun."

Ben mendecih. "Dan sekarang suaminya terluka pasti membuatnya histeris." lanjut uncle Matt. Ia bahkan menggambarkannya dengan gerakan tangan yang menunjukkan seseorang sedang histeris. "Lagipula Peter sendiri yang memintaku untuk melibatkannya. Kau tahu Peter dan Dana sama-sama kepala batu jika menyangkut pekerjaan dan loyalitas."

Ben menggeram. "Ya...ya...ya...! Dan berkat ke-keras kepala-an kalian, kami bisa melumpuhkan pemberontakan di Halfa."

Matt mengangkat alis. Tatapannya terpaku pada sosok Benjamin Suarez dihadapannya. "Tidakkah kau ingin mengatakan sesuatu pada kami, Kolonel Benjamin Suarez Van Bergmen?"

Ben mendongakkan kepala sambil menambak lembut rambutnya. "Kau benar-benar gila hormat ya, Pangeran Matthew Fabian Gregory?" ujarnya saat mata mereka bertemu lagi.

"Kurasa kata 'gila' tidak selalu disertai dengan kata 'hormat', Kolonel. Dan aku lebih suka kata 'hormat' untuk seseorang yang pantas menerimanya." tukas Matt santai. Matanya mengerling geli pada sosok dihadapannya.

Ben mendengus kasar. "Dan kurasa aku tidak harus mengucapkannya karena kau juga diselamatkan oleh Marcus."

Uncle Matt meringis. Ia melirik pada Marcus yang berdiri disampingku. Posisi kami berdiri tepat diujung brangkar uncle Matt. Lalu dengan senyum terpaksa, Ben akhirnya berkata, "Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan Anda, Pangeran Matthew."

Kami terkikik pelan yang langsung disambut pelototan tajam dari Ben. Sehingga kami langsung bungkam walau menyimpan kedutan diujung bibir kami.

"Terima kasih juga karena kau datang tepat waktu, Kolonel." Senyum lebar tercipta diwajah memar Matt. Ben membalasnya dengan geraman jengkel.

"Dan juga padamu...Marcus Anthony." Ada nada berat yang kudengar saat menyebut nama Marcus. Aku mengernyit. Begitu pula Marcus yang tak melepaskan tatapannya pada uncle Matt.

"Ehm....sebaiknya kami keluar, Pangeran. Anda butuh istirahat untuk menyembuhkan luka-luka Anda." kata Ben tiba-tiba. Sikap formalnya muncul. Dan itu artinya ada sesuatu yang tidak boleh kami ketahui. Kami memandang penuh kebingungan pada Ben.

"Biarkan--"

"Not now, Matt!" tegas Ben tanpa menoleh. Raut wajah Ben berubah mengeras. Kebingungan kami bertambah kentara dan Ben langsung membimbing kami kearah pintu. Uncle Matt memberikan tatapan penuh permohonan pada Ben namun tidak dihiraukan. Aku sempat melihat tatapan itu sebelum Ben membalikkan badan kami berdua.

INCREDIBLE LOVE [BxB] #1 ✔Where stories live. Discover now