IL ~ 41 ✅

6.6K 479 13
                                    

"Kau sudah siap?"

Aku mengangguk. Kuikuti orang yang bertanya tadi.

"Kenapa dia ikut sih?" gerutuku. Dia tersenyum.

"Kau ingin meninggalkannya disini setelah apa yang kalian alami?" tanyanya lembut. Aku merona mendengar suara merdunya memenuhi gendang telingaku. Apalagi telapak tangannya menyentuh pipiku. Panas diwajahku seakan membakarku.

"Lagipula aku percayakan calon anakku padanya, my queeni." lanjutnya.

"Tapi aku bisa jaga diriku sendiri, Elmo!"

Elmo, orang yang bicara denganku, kembali menampakkan senyum indahnya. Matanya menatap lembut sekaligus penuh cinta padaku.

"Setelah kejadian kemarin? I doubt it." Elmo merubah tatapannya menjadi pancaran kecemasan. Posisi kami yang saling berhadapan membuatku bisa melihat perubahan wajah tampan itu.

Aku menghela nafas. Ini keadaan yang tidak aku inginkan. Elmo masih teringat kejadian yang sudah terjadi seminggu lalu itu. Kejadian yang hampir membuat kami kehilangan calon anak kami. Dan itu membuatnya marah sekaligus khawatir.

"Kuharap itu aksi heroic terakhirmu, Alfiant Anthony. Kau membuatku hampir gak bisa nafas setelah aku tahu soal baby ini." katanya sambil mengelus perut rataku.

Aku tersenyum. "Tentu saja, babe. Aku memang ingin istirahat setelah semua kejadian yang membuat kita selalu dalam bahaya." Kutimpa tangan Elmo yang berada diperutku. Kami saling mengelus dan saling mengaitkan tangan. Perasaan damai dan nyaman kurasakan saat tangan kami menyatu.

Saat aku mendongak, kulihat Elmo sedang menatapku intens. Tanpa perdulikan keadaan sekitar kami, Elmo langsung mencium bibirku. Aku sempat terkejut sebelum melebur dengan ciuman Elmo. Bibirnya meraup rakus bibirku, menjilat setiap sudutnya. Membuatku mengerang dalam mulutnya. Lalu lidahnya menerjang masuk tanpa permisi. Membuatku melayang. Entah apa warna wajahku tapi kurasakan suhu diantara kami memanas.

"Gak usah make out on public deh!" Suara yang terdengar kesal itu menyeruak diantara ciuman panas kami.

Kami melepaskan pagutan bibir kami dengan nafas terengah. Rasanya ciumanan tadi membuat kami hampir mati kehabisan nafas.
Dan saat kami menoleh ke sumber suara, saat itulah kami menyadari akibat yang ditimbulkan dari kemesraan kami berdua. Berbagai tatapan mengarah ke kami.

"Ngerti kan sekarang?" lanjut suara itu yang masih terdengar kesal. Mataku bertemu dengan matanya yang terlihat bosan.

Aku meringis dan langsung menyembunyikan wajahku didada Elmo. Panas diwajahku selain dari ciuman kami juga karena malu.

"Kalian bisa melanjutkan 'acara' tadi di pesawat. Karena pesawatnya sudah siap." Aku mendengar suara lain yang terdengar menahan tawa.

Aku masih tidak bergerak hingga Elmo meraih kedua tanganku dan menarikku berdiri bersamanya. Saat kami akan berjalan, Elmo melepaskan salah satu kaitan tangan kami dan langsung menyisipkannya dipinggangku. Terlihat posesif namun bagiku hal itu menunjukkan perasaan cintanya. Untukku dan anaknya.

"Kau baik-baik saja, queeni?" tanya Elmo setelah kami sudah berada didalam pesawat.

Aku menoleh padanya dan mengangguk. Lalu dia membantu menggenakan seatbelt-ku. Saat Elmo sibuk membetulkannya, aku melirik ke arah Rafe yang ternyata juga sedang menatapku.

'Aku juga' ucap Rafe tanpa suara. Aku memejamkan mata sekilas sebelum menghela nafas perlahan.

"Kau yakin gak apa-apa, Al?" tanya Elmo lagi. Untunglah aku langsung menunjukkan senyum terbaikku sehingga dia terasa lebih rileks.

INCREDIBLE LOVE [BxB] #1 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang