IL ~ 42 ✅

5.9K 459 14
                                    

Jika kalian mengira aku...eh...kami akan diam tanpa beraksi, maka mereka bukan kami. Aku dan Rafe bukanlah remaja yang diam dan ketakutan melihat perang senjata disekitar kami. Sejak orang tua kami meninggal, kami didik ala prajurit perang oleh Ben dan ayahnya. Awalnya mereka hanya mengekori kemanapun kami melangkah. Namun beberapa kejadian membuat kami memaksa keduanya untuk melatih kami.

Jika kalian mengira mereka langsung menerima, maka pendapat kalian salah besar! Kedua orang keras kepala tersebut menolak mentah-mentah paksaan kami. Alasannya, "Kami yang berkewajiban menjaga kalian. Dan itu tugas utama kami! Kalian tidak seharusnya meminta hal yang sangat tidak mungkin kami wujudkan karena fisik dan mental kalian tidak stabil!"

Tapi kejadian yang menimpa Rafe membuka mata dan mungkin menggugah harga diri mereka. Karena saat itu, Rafe tidak dikuntit seperti biasa. Dan 'berterimakasihlah' pada sosok Chuck yang sudah 'membutakan' pengawasan mereka. Well, untuk cerita itu biar Rafe sendiri yang menjelaskannya.

Singkat cerita, mereka akhirnya dengan berat hati menerima permintaan kami untuk belajar melindungi diri sendiri.

Jika kalian mengira Ben dan uncle Rob mendidik kami secara perlahan, maka sekali lagi pemikiran kalian buang jauh-jauh ke kutub! Hari pertama aja, kami disuruh lari keliling kebun teh sebanyak 3x! Jangan ditanya berapa luas kebun teh-nya tapi bayangin berapa lama kami selesaikan larinya. Iya lari bukan jogging!

Tapiii....semua terbayar sekarang. Kami jadi bisa self defense dan hal tersebut kami buktikan saat ini.

Pyaaar....

Suara sesuatu yang pecah membuat kami bergerak cepat. Rafe langsung menembak setelah aku merunduk dan berguling ke lantai limo. Rafe masih menembak saat dia membuka pintu limo dan keluar. Aku menyusul dengan tetap membungkuk.

Saat sudah diluar limo, kami melihat korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Disekitar mobil kami, tak ada lagi yang berjaga. Mungkin mereka sudah tertembak atau berlindung dibalik mobil lapis baja yang aku tak tahu kapan datangnya.

"Gii..." bisik Rafe. Aku mengangguk. Dengan tetap merangkak, kami meninggalkan limo yang ternyata diapit oleh 2 mobil lain yang berada di depan dan sebelah kirinya.

"Elmo..." bisikku. Rafe melihat arah mataku dan langsung tanggap. Dia melepaskan tembakan tanpa diketahui oleh Elmo dan juga uncle Matt yang berada tak jauh darinya.

Keduanya terkejut melihat beberapa orang yang bermaksud menyerangnya tumbang. Keduanya melihat sekeliling dan tak menemukan kami. Aku tersenyum kecil melihat kebingungan di wajah tampannya.

"Now, Gii!" perintah Rafe pelan. Aku mengikutinya hingga kami berada diatas bukit. Berlindung dibalik semak. Kami menyiapkan senjata dengan cepat dan langsung siap posisi. Dari atas bukit ini, aku bisa melihat 'arena pertempuran'.

"Para sniper berada di balik bukit sana dan mungkin berada disekitar kita. Aku akan mengatasi mereka, sedangkan kau mengatasi para kecoa itu."

Aku mengacungkan jempol. Rafe tengkurap sambil memeluk senjata laras panjang favoritnya, sedangkan aku lebih 'suka' bermain dengan pistol kaliber ringan seperti yang ku genggam ini. Dan apa yang Rafe katakan memang tidak salah. Para cecunguk itu tidak langsung menyerang bersamaan tapi berkelompok dan terorganisir. Aku sempat dibuat kagum dengan aksi mereka tapi mereka tetap harus 'diatasi'.

Satu persatu para pencegat kami berjatuhan. Namun sepertinya mereka tidak ada habisnya. Para pengawal dan anggota secret service mulai dilanda kepanikan. Mungkin karena peluru yang mereka punyai sudah berkurang banyak.

Bantuan tersembunyi dari kami membuat mereka sedikit bernafas. Karena raut wajah lega tercetak disana. Walau diikuti dengan kebingungan yang kentara. Aku hampir saja tertawa melihat wajah-wajah mereka jika tidak mengingat situasi yang kami hadapi saat ini.

INCREDIBLE LOVE [BxB] #1 ✔Where stories live. Discover now