IL ~ 31

8K 586 34
                                    

ELMO NATHAEL | POV

Sudah seminggu uncle Matt tinggal dirumahku. Dan selama itu, ia selalu keluar rumah begitu kami pergi ke sekolah. Seringkali ia 'pulang' malam dan tak jarang dalam keadaan mabuk. Untunglah asisten setianya selalu menyertainya kemanapun sehingga membuatku sedikit tenang.

Harus kuakui, aku memang khawatir dengan apa yang dilakukan pamanku itu. Walaupun aku tak menyukainya bukan berarti aku membencinya. Karena dialah satu-satunya paman yang kumiliki. Sebenarnya ayah mempunyai seorang saudara sepupu namun aku tak ingin mengingatnya karena terlalu menyesakkan. Entah sampai kapan aku bisa menyimpan rasa sakit ini.

Kuhembuskan nafas berat dan menyadarkan kepalaku dipuncak tempat tidur. Sebuah gerakan kecil disebelahku mengusik lamunanku.

"Kau belum tidur?" tanyanya serak. Matanya yang sipit terlihat seperti membentuk sebuah garis horizontal. Aku tersenyum melihatnya.

"Belum." jawabku sambil mengelus rambut lembut kecoklatannya.

Ia memejamkan matanya seakan masih diselimuti kabut. "Kau harus tidur sekarang. Besok kita akan camping."

Kucubit pipinya yang mulus. Ia membuka mata dan menatapku garang. "Aku tau, Marc."

"Kalau tau kenapa belum tidur juga? Kau juga tau kita harus berangkat pagi-pagi!" sungutnya. Aku terkekeh mendengarnya.

"Aku gak bisa tidur." balasku.

"Something's bothers you?" tanya Marcus. Ia lalu duduk menghadapku.

"Yeah. My uncle."

"You care with him." kata Marcus. Aku mendesah. Mataku terpejam.

"Kau gak suka tapi gak benci padanya." lanjutnya. Aku masih diam namun mataku terbuka.

"He's my only uncle." jawabku setelah diam lama. 'Yang masih hidup.' lanjutku dalam hati.

"Kau beruntung punya keluarga yang bisa kau khawatirkan. Sedangkan kami?" Marcus menghembuskan nafas panjang. Ia membalikkan badan dan duduk membelakangiku.

Aku segera mendekatinya dan merangkul pundak Marcus. Kepalanya bertumpu pada kedua lutut yang tertekuk. Matanya menatap kosong kedepan, sedang kedua tangannya memeluk kakinya yang tertekuk.

"Kau gak sendiri, Marc. Begitu pula Alfiant. Kalian punya orang-orang yang sangat menyayangi kalian. Keluarga Ben misalnya. Dan sekarang aku."

Marcus menyandarkan kepalanya dibahuku. "So he is JUST my uncle now?"

Aku mengangguk tanpa sadar. Namun kemudian terhenyak saat menyadari sesuatu. Marcus terkikik geli disampingku.

"Jangan bilang kau..." gantungku tak yakin.

Marcus masih terkikik saat kupaksa ia menghadapku.

"Marcus Rafael!" sentakku tak sabar. Aku menatapnya tajam. Marcus menghentikan tawanya.

"I don't know."

"Gosh!" pekikku. Marcus mengangkat kepalanya dari bahuku dan kembali bertumpu pada kedua lututnya.

"You wanna know the truth?" kata Marcus lirih.

"TELL ME!" tuntutku. Aku menatapnya dengan sorot intimidasi.

Marcus membalas tatapanku. Tak ada ketakutan yang terlihat dimatanya saat bersirobok denganku. Aku berusaha menahan sesuatu yang bergejolak di perutku.

"The truth is...I loved you before I met you."


*****

INCREDIBLE LOVE [BxB] #1 ✔Where stories live. Discover now