IL ~ 30

8.5K 602 18
                                    

ELMO NATHAEL | POV

Kupandangi wajah yang sedang tertidur di tempat tidurku itu. Wajah yang 2 hari selalu murung dan sedih. Bahkan tak jarang kupergoki ia menangis diam-diam. Namun harus kuakui, ia mampu melaksanakan 'tugas'nya dengan baik. Saat ia berperan sebagai my queen, ia selalu menampakkan wajah ceria. Tak ada yang menyangka jika ia memendam kesedihan mendalam.

Kuhela nafas panjang. Berita yang kami terima beberapa hari lalu membuat kami terkejut dan sangat sedih. Dan yang paling terguncang adalah Marcus. Ya, Marcuslah yang sekarang tidur ditempat tidurku dengan raut kesedihan yang terlihat jelas.

Sebuah getaran halus mengusik pikiranku. Dengan segera kulangkahkan kaki menuju balkon agar tak mengganggu tidurnya. Saat kurasa sudah berada diujung balkon, kuangkat panggilan telpon yang tak berhenti.

"Selamat malam, Yang Mulia." sapa seseorang setelah jaringan telpon kami tersambung.

"Bisakah kita bicara dengan santai, Ben?" dengusku. Ben terkekeh kecil.

"Ada berita baru?" tanyaku.

"Alfiant sudah berada di villa, Pangeran." lapornya. Aku menghembuskan nafas. "Dan terapinya sudah dimulai sejak ia disana."

"Kuharap ia bisa mengingat semuanya." ungkapku lirih.

"Kamipun begitu, Pangeran. Alfiant adik kami dan kami sangat menyayanginya. Kami tak ingin Alfiant lupa keberadaan kami, terutama saudara kandungnya." kata Ben. Aku mengangguk membenarkan.

"Bagaimana keadaan Marcus, Pangeran?" tanya Ben hati-hati. Aku mendesah. Kulirik pintu kaca yang membatasi balkon dengan kamar.

"Ia sangat sedih." ungkapku. Tak ada balasan dari Ben. "Tapi ia melakukan tugasnya dengan baik."

"Marcus anak yang bertanggungjawab. Ia takkan melupakan tujuannya ke Rirena walaupun perasaannya hancur sekarang." papar Ben.

"Ya, kau benar." Lalu kami berdua diam.

"Besok kalian mulai sekolah, kan?" tanya Ben tiba-tiba. Aku menepuk dahiku keras. Hampir saja kulupakan hal penting itu.

"Kami akan mengawasi keberadaan kalian disekolah. Kurasa kedua sahabat Alfiant bisa diandalkan. Begitu pula dengan Rajiv Khan." jelas Ben.

"Aku yakin kau sudah menyelidiki mereka." Kubayangkan senyum misterius yang sering menghiasi wajah tegas Ben.

"Hanya satu orang yang membuat saya sedikit khawatir." tukasnya. Aku mengerutkan dahi. Kutajamkan telinga untuk mendengar kelanjutannya.

"Dia anak dari orang yang memberikan sokongan dana untuk pergerakan mereka. Termasuk penculikan anda."

Aku terbelalak tak percaya. "Tak mungkin!" desisku.

"Saya belum mendapatkan informasi lengkapnya, Pangeran. Tapi berdasarkan informasi sementara, ia tidak pernah akur dengan ayahnya. Karena sejak lahir, ayah dan ibunya berpisah. Ayahnya menikah lagi dengan selingkuhannya dan punya 2 orang anak. Ia sendiri baru tahu siapa ayahnya ketika didaftarkan ke Rain International School."

Penjelasan panjang dari Ben membuat kepalaku mendadak pusing. Otakku masih mencerna setiap kata yang diucapkan Ben.

"Jika ia tidak dekat dengan ayahnya, bagaimana ia bisa kau curigai?" tanyaku bingung.

"Karena ia sudah ditentukan sebagai pengganti ayahnya kelak. Yang artinya setiap gerakannya juga diawasi oleh anak buah ayahnya. Termasuk pertemanannya dengan Alfiant."

Aku hanya bisa melongo mendengarnya. "Apa dia...termasuk teman atau lawan?" tanyaku ragu.

"Untuk saat ini, dia teman yang bisa diandalkan." jawab Ben cepat. Aku menghembuskan nafas lega. Namun rasa penasaran menggelayuti pikiranku.

INCREDIBLE LOVE [BxB] #1 ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora