28

1.6K 300 215
                                    

Di tengah hutan dengan pepohonan begitu lebat dan tinggi,di tengah nya  sebuah Gedung yang terlihat sederhana, Sepi tak berpenghuni jauh dari keramaian,jauh dari jalan Raya, bahkan tak ada rumah satu pun dan tidak ada sama sekali orang yang masuk ke hutan itu.

Tapi siapa tau gedung itu di jaga dengan ketat, beberapa bodyguard dengan berbadan kekar,dengan senjata masing masing.

Ada tiga ruangan yang hanya dibuka ketika memberi makan.

Laki laki dengan badan kekar dan beberapa tatto dit angannya memantau gedung itu dari jauh.

"Gak nyangka lo bisa di dalam sana, kasian."Orang itu tersenyum miring.

"Mau gue bebasin males berantem."

Laki laki itu berjalan pergi. Dia berhenti kala merasakan sesuatu di kakinya seperti nya dia menginjak sesuatu.

"Ups salah siapa jalan depan gue "Ucapnya melihat tikus yang sudah mati karena dia injak.

"Mati kan jadinya shhhh satisfying."Gumamnya melanjutkan langkahnya membiarkan tikus itu menjadi bangkai.

****

Nata sudah mulai melakukan hal seperti biasa, mengejar materi yang tertinggal dengan bantuan Raiden, laki laki yang selalu sabar mengajarinya.

Raiden dan Nata berada di perpustakaan kota sekarang, jam menunjukan pukul 4 sore.

"Udahan ya Bang."Nata menutup bukunya.

Raiden mengangguk.

Ponsel Nata berdering.

Sherin.

"NAT LO MASIH DI PERPUS KAN!"

"GUE DAPAT KABAR DARI TEMAN KERJA ADEL, KATANYA ADEL PINGSAN DI TEMPAT KERJANYA."

"KEDAI ROTINYA DEKAT SAMA POSISI LO SEKARANG, BISA KESANA DULUAN."

"Gue lagi disidang sama Bokap, gegara bolos, gue khawatir sama Adel."

"Secara dia gak punya siapa siapa, cuman ibunya, dan lo tau ibunya."

"Cepetan ya, nanti kasih kabar gue."

Nata langsung menatap Raiden.

"Bang ke kedai roti tempat Adel kerja paruh waktu sekarang."

Raiden mengerutkan alisnya."Kenapa? Ayo gue anter pulang."

Nata menahan tangan Raiden dan menggeleng.

"Adel pingsan, gue khawatir!"

"Terus lo mau gue tinggalin lo disini sendiri?"

"Gak."Lanjut Raiden.

"Bang!!!"

"Gue mohon, lo cepetan kesana."

"Ya ayo lo ikut."

"Iya gue nyusul pakek taxi, lo harus bawa adel dulu ke rumah sakit, masa iya kita bonceng tiga nanti."

"Kan bisa.... "

Nata mendorong Raiden."Cepetan! Urgent!"

"Nata."

Nata menatap Raiden kesal."Gue minta tolong."

"Oke fine!"Sahut Raiden.

"Dapat taxi langsung pulang."Ucap Raiden.

Nata mengangguk, Raiden mengusap kepala Nata.

"Kasih kabar."

Nata mengangguk.

ENDPOINT [HIATUS]Where stories live. Discover now