33. Tingkah Banana

231 35 14
                                    

Happy Reading.

*****

Sudah dua puluh menit Kinara dan Ajeng menghabiskan waktu di salah satu kafe yang katanya langganan Ajeng. Iya, sih, Kinara bisa percaya soalnya saat Ajeng masuk para karyawan di sana pada menyapanya. Kinara yang mengintili Ajeng rasanya cuman remahan kue regal.

Lalu yang Majid katakan mengenai jangan menilai Ajeng dari cover-nya, ternyata benar. Dibalik wajah cantik, sikap anggun, selalu tersenyum, ramah, dan nyaris sempurna itu menyembunyikan salah satu sifat yang bisa membuat orang yang melihat melongo.

Ajeng Riana Tara itu kini duduk di atas kursi dengan mengangkat satu kakinya-sebuah posisi yang lebih banyak dijumpai di warkop-warkop. Kinara menelan ludahnya. Ternyata teman barunya itu jauh dari kata anggun yang sebenarnya.

"Lo kenapa sih ngelihatin gue mulu?" tanya Ajeng lalu menyuapkan roti bakar.

Oh ya, tidak lupa, perempuan itu ternyata memiliki porsi makan kuli. Bahkan di kafe ini dia membeli satu cappucino latte, roti bakar, dan mie goreng pedas.

Kinara menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa."

Ajeng terkekeh geli. "Pasti kaget yah lihat gue yang begini?" Ia menarik satu sudut bibirnya. "Ekspresi lo sama kayak si Majid tahu."

Kinara mengernyitkan dahinya, lalu menyeruput kopi yang sama seperti Ajeng.

"Waktu gue minta temenin ngopi, ya dia ekspresinya kayak lo," kata Ajeng, "diem. Ditanya kenapa ngelihatin gue mulu jawabannya sama kayak lo."

Ajeng itu apa adanya. Percaya diri. Dan sepertinya hal itulah yang membuatnya terlihat menarik.

"Lo seriusan sekelas sama si Majid?" tanya Ajeng lagi sebelum beralih mencicipi mie goreng.

Kinara sendiri cuman beli kopi. Duh, mana mahal pula.

"Iya," jawab Kinara.

"Orangnya gimana sih kalau di sekolah?" tanya Ajeng lagi seolah-olah ingin mengulik banyak hal tentang Majid.

"Biasa. Murid berprestasi, punya temen empat orang yang karakternya jauh dari si Majid. Ketua kelas juga."

"Sehari-harinya gitu maksud gue. Suka ngapain?"

Suka ngapain si Majid kalau di sekolah? Kinara mana tahu lah!

"Setahu gue sih, baca buku, ngobrol sama temen-temennya, ke kantin, ke toilet, ya gitu deh kayak murid normal biasa. Nggak ada yang aneh."

Tatapan mata Ajeng berubah. Bibirnya melengkungkan senyuman yang tidak bisa diartikan.

"Punya pacar nggak sih dia?"

Dan barulah pembahasan ini berada di puncaknya. Ajeng sebenarnya sudah tidak tahan untuk menanyakan hal ini. Mengetahui Kinara ternyata satu kelas dengan Majid, Ajeng seolah-olah diberikan jalan.

"Setahu gue sih nggak. Nggak pernah lihat dia sama cewek."

"Serius kan lo?!" mata Ajeng berbinar.

"Iya. Kenapa sih? Lo suka sama dia?"

"Iya," jawab Ajeng langsung.

Kinara langsung tersedak. Buru-buru ia mengambil tisu untuk menutupi mulutnya.

"Dari kapan suka sama dia?" tanya Kinara sambil tertawa geli.

"Hm kapan yah?" Ajeng meletakkan telunjuknya di dagu sambil berpikir. "Nggak tahu kapan pastinya sih. Cuman awalnya gue penasaran doang. Lama kelamaan kok menarik yah. Apalagi dia itu nggak banyak ngomong anaknya bikin gue makin penasaran."

Kinara: Love YourselfWhere stories live. Discover now