16. Masih Baik

348 73 7
                                    

(DILARANG PLAGIAT)

*****

Bel masuk sudah berbunyi, kini kelas Kinara sedang melanjutkan pembelajaran setelah dilaksanakannya istirahat. Guru Matematika tengah menerangkan materi sambil menulis di papan tulis. Tadi setelah diam cukup lama di toilet untuk menenankan diri dan meredakan wajahnya yang sembab, tetap saja ketika masuk kelas Kaylira yang menyadari mata Kinara memerah sempat bertanya. Untung Kinara bisa mengelak dengan alasan kelilipan.

Sesekali Kinara melirik ke arah meja Koko, Wendi, Benji, dan Aji yang masih kosong. Apa mereka masih di belakang gedung sekolah? Ah bodo amat. Untuk apa Kinara masih tetap memikirkan mereka.

Tiba-tiba saja pintu yang terbuka itu terdengar diketuk. Kinara lantas melihat ke arah pintu dan mendapati Aji seorang diri.

"Maaf, Pak, saya terlambat. Tadi habis dari toilet," ucap Aji.

Guru itu mengangguk paham. "Ya sudah, silakan masuk."

Setelah itu Aji memasuki kelas dengan raut wajah keruh membuat Kinara kebingungan.

"Ji, yang lain ke mana?" tanya Majid ketika Aji melewati meja Majid.

Aji mengedikkan bahunya tanpa berbicara lalu duduk di bangkunya yang berada di belakang bangku Majid. Ia pun mengeluarkan buku dari tasnya dan mulai mengikuti pembelajaran.

Kaylira yang sedari tadi memerhatikan Aji pun menyenggol siku Kinara. "Dia kenapa, yah?"

Kinara tersentak dan mengedikkan bahunya. "Tau. PMS kali."

Tapi Kinara juga penasaran apa yang sduah terjadi di antara mereka? Ekspresi Aji jelas memunculkan banyak pernyataan bagi Kinara. Apa yang sudah terjadi setelah dia pergi dari belakan g gedung sekolah?

*****

Saat bel pulang berdering Kinara segera merapikan buku-bukunya yang berserakan di atas meja. Ia masih memikirkan apa yang terjadi antara Aji, Wendi, Koko, dan Benji. Terlebih dari pelajaran Matematika sampai pelajaran terakhir pun Wendi, Koko, dan Benji tidak datang ke kelas. Ketiga cowok itu bolos total smapai pulang.

Kinara melirik ke arah Aji yang kini sedang menggendong tasnya dan melangkah keluar dari kelas. Cepat-cepat Kinara berhenti merapikan buku-bukunya dan mengejar Aji.

"Aji!" panggil Kinara membuat Aji yang baru keluar dari kelas berhenti berjalan. Kaylira dari bangkunya mengernyitkan dahi.

"Kenapa?" tanya Aji.

"Koko sama yang lainnya pada ke mana? Kenapa mereka nggak masuk kelas?" tanya Kinara.

Sebelum Aji menjawab, Majid yang berdiri di belakang Kinara lah yang menjawab dan membuat Kinara sedikit tersentak karena suara bass Majid tiba-tiba menelusup indera pendengarannya.

"Mereka lagi di UKS." Majid yang sedang memainkan ponselnya memperlihatkan chat-nya dengan Wendi yang mengatakan jika mereka bertiga sedang di UKS.

"Oh," Kinara kembali menoleh ke arah Aji, "Tapi...." perkataan Kinara terhenti ketika melihat Aji sudah pergi dari hadapannya. Ia pun berbalik menatap Majid lagi. "Kenapa mereka ada di UKS?" tanya Kinara.

"Nggak tahu, gue juga baru mau samperin mereka sambil bawa nih tas mereka," jawab Majid sambil mengangkat tiga tas milik teman-temannya.

"Kalau lo mau ke UKS bareng sama gue. Gue juga mau ke sana," ucap Kinara kemudian kembali ke mejanya dan memasukkan buku-bukunya dengan asal. Ia penasaran apa yang sudah terjadi di antara mereka?

"Kay gue duluan yang ada urusan bentar."

"Loh urusan apa?"

"Adalah. Oke, gue duluan yah, bye." Kinara melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan Kaylira. Selepas itu Kinara dan Majid segera bergegas menuju UKS.

Kaylira yang melihat Kinara keluar kelas bersama Majid mengerutkan dahinya penasaran. Apa urusan Kinara dengan Majid? Kaylira sangat ingin tahu, tapi ia berusaha menahannya karena ini mungkin bukan urusannya. Kinara juga pasti memiliki privasi sendiri. Maka, Kaylira pun segera keluar dari kelas dan memilih segera pulang.

*****

"Tuh, si Majid datang," ucap Benji yang sedang duduk di salah satu brangkar ketika melihat Majid dan Kinara memasuki UKS. "Tapi, kenapa sama Kinara?"

"Kalian abis ngapain? Muka pada bonyok gitu?" tanya Majid seraya menaruh tas mereka di kaki brangkar.

Koko yang duduk di brangkar lain menjawab, "panjanglah, Jid, ceritanya. Mulut gue juga sakit kebanyakan ngomong."

"Azab kali, Ko," celetuk Majid sambil tertawa geli.

Kinara yang mendengarnya pun menahan tawanya agar tidak menyembur. Bahkan Benji dan Wendi pun tertawa rendah yang akhirnya diakhiri ringisan kesakitan.

Majid mengangkat bahunya menandakan bahwa dirinya tidak keberatan jika Koko belum mau bercerita. "Ya udah kalau gitu gue duluan. Ada rapat soalnya," ujar Majid.

"Rapat apa?" tanya Wendi.

"Perwakilan kelas buat acara festival sekolah nanti," jawab Majid, "Kin gue duluan," lanjutnya sambil menepuk bahu Kinara kemudian melangkah keluar dari UKS.

Setelah Majid keluar dari UKS Kinara menatap ketiga cowok itu dengan alis berkerut. "Kalian kenapa, sih? Abis berantem?"

"Iya," jawab Koko.

Mata Kinara terbelalak. "Berantem sama siapa?"

Wendi memutarkan bola matanya. "Kita bertiga berantem."

"Serius?!"

Ketiga cowok itu mengangguk bersamaan.

"Kenapa bisa? Perasaan waktu gue pergi kalian baik-baik aja."

"Ya bisalah, Kin. Ceritanya panjang dan ini urusan cowok. Lo nggak perlu tahu," jawab Koko.

Kinara merasa malu ketika Koko berkata seperti itu.

"Lo ke sini mau ngapain?" tanya Wendi.

Kinara menghela napas perlahan. "Gue tadi bingung aja. Aji datang ke kelas mukanya nggak bersahabat. Terus selama pembelajaran dia kelihatan serius merhatikan guru. Jarang-jarang kan dia kayak gitu? Biasanya banyak bercanda sama kalian. Terus, gue juga bingung kenapa kalian nggak masuk pelajaran sampai pulang. Istirahat kedua aja kalian nggak ke kelas. Makanya gue ke sini mau tanya apa yang udah terjadi. Terlebih sebelumnya gue sama kalian sempat marah."

"Oh...," gumam ketiga cowok itu dengan pelan.

"Muka Aji tadi gimana emangnya?" tanya Koko.

"Ya, gitu, mukanya kelihatan lagi marah. Tapi nggak tahu juga. Eh, tapi, kayaknya marah sih. Soalnya waktu di depan Majid aja mukanya agak jutek gimana gitu," jawab Kinara.

"Oh...," jawab ketiga cowok itu lagi secara bersamaan.

"Ah-oh-ah-oh mulu responnya!" ketus Kinara.

"Mulut kita sakit, Kin. Nggak bisa ngomong banyak," sahut Wendi.

Kinara pun mengulum bibirnya tanda mengerti. "Ya udah, kalau gitu gue balik dulu. Syukur deh kalau kalian pada oke. Kirain gue kenapa-kenapa, ternyata cuman brantem urusan cowok doang. Takutnya berantem gara-gara gue. Cepat baikan deh jelek banget marahan sesama cowok."

Kinara lantas keluar dari UKS. Tanpa dia tahu pertengakaran mereka memang sangkut paut dengannya.

Mendengar perkataan Kinara ketiga cowok itu merasa terenyuh sekaligus terkejut. Mereka tidak mengira jika Kinara yang sering diledek ternyata masih mempunyai rasa khawatir. Entah mengapa secuil rasa bersalah pun mulai hadir di dalam hati mereka.

"Gue kok ngerasa nggak enak yah sama, Kinara," ujar Benji tiba-tiba.

"Iya, dia masih baik."

"Gue juga."

Kinara: Love YourselfWhere stories live. Discover now