19 || Kael Keysha

17.6K 1.5K 46
                                    

"Salahkah aku masih mengharapkan mu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Salahkah aku masih mengharapkan mu?"

💫 🧸❣️

Tau cerita ini dari mana?

Tiktok

Instagram

Tagar

Nemu sendiri

Happy reading bebifrend<3

----||----

Keadaan saat ini senyap, sedari tadi belum ada yang membuka suara baik itu Safina, Agam dan kedua remaja yang saat ini duduk menundukkan kepala.

Safina masih terisak pelan dipelukan Agam. Begitupun dengan Keysha dan Rakael, keduanya masih mencerna ucapan demi ucapan yang Safina katakan barusan.

"Ayah yang salah dengan semua kejadian ini," kata Agam mulai membuka suara.

"Ayah yang udah hancurin hidup bunda." sambung Agam. Rakael menatap sang ayah.

"Jika Kael ingin marah, marah sama ayah. Jika Kael benci, benci ayah saja. Asal jangan sama bunda. Bunda tidak salah, ayah yang salah." lirih pria yang berumur 45 tahun itu, Safina semakin mengeratkan pelukannya.

Rakael semakin menundukkan kepalanya seraya mengepalkan kedua tangannya, menahan gejolak dikedua matanya. Ini pertama kalinya ia melihat bundanya menangis. Hatinya terasa perih mendengar isakan Safina. Katakan Rakael lebay, tapi jauh dalam hatinya ia sangat menyayangi Safina, selama ini Rakael tidak pernah membuat Safina marah, ataupun sedih. Hanya ada senyuman bahkan canda tawa yang selalu Rakael berikan kepada Safina, jadi ketika ia melihat Safina menangis seperti hatinya juga ikut menangis.

"Jika Kael beranggapan bahwa Kael anak seperti yang Kael katakan tadi, ayah benar-benar minta maaf. Karena ayah yang udah buat Kael seperti itu." ucap Agam menatap Rakael dalam.

"Mas.." parau Safina tercekat, Agam mengelus tangan Safina menenangkannya.

Agam kembali menatap Rakael yang duduk dihadapannya, "Ayah siap jika Kael membenci ayah, hitung-hitung itu untuk menebus dosa yang sudah ayah perbuat sama kalian." ucapnya sungguh-sungguh.

Rakael tetap bungkam, namun kepalan tangannya semakin mengerat. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Sisi lain Rakael sangat marah, Rakael benci dengan kebenaran ini. Kebenaran yang membuat dirinya ada disini dengan alasan yang membuat dirinya rapuh secara perlahan-lahan.

"Aku mau sendiri dulu!" ucap Rakael berdiri, "Kael pergi," sambungnya lalu beranjak.

Saat itu juga tangisan Safina pecah, wanita paruh baya itu terus meneteskan air matanya deras. Sakit, sakit dihatinya terasa begitu mendengar penuturan Rakael. Safina meraung-raung memanggil nama Rakael yang sudah pergi dari rumah itu.

Garis Takdir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang