76 || Mau kamu

13.7K 933 36
                                    

Part kali ini sedikit panjang dari biasanya gengss! Di sarankan bacanya kaya perasaan kalian pas naik rollercoaster!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part kali ini sedikit panjang dari biasanya gengss! Di sarankan bacanya kaya perasaan kalian pas naik rollercoaster!!

Happy reading cantik<3

>>•.•<<

"Jadi itu keputusan kalian? Bunda tahu banyaknya masalah yang kalian hadapi, tapi perpisahan bukan keputusan yang tepat menurut Bunda. Masih ada cara untuk saling memperbaiki masalah kalian. Ingat, pernikahan itu bukan main-main." ujar Safina menasehati Gavin dan Keysha.

"Jangan lupakan calon anak kalian," sambung Safina.

Ruangan bercat putih itu seketika menjadi hening. Tak ada lagi yang membuka suara mereka. Baik Gavin dan Keysha, keduanya hanya saling diam.

"Aku akan cerain Keysha setelah dia lahiran nanti. Karena itu permintaan Keysha dulu, dan aku udah janji."

deg

Sontak semua pasang mata tertuju kepada Gavin setelah mendengar penuturan laki-laki itu. Gavin menunduk sejenak lalu menatap Keysha yang juga sedang menatapnya. Bedanya, Keysha menatapnya dengan tatapan tak percaya di susul buliran air matanya yang menetes.

Keysha memalingkan wajahnya, kedua tangannya meremas selimut dengan kuat. Dadanya terasa sangat sesak mendengarnya. Apakah Gavin benar-benar menyetujuinya, apakah Gavin benar-benar sudah menyerah sekarang, apakah semuanya akan berakhir seperti ini?

"Masalah ini hanya masalah kecil, Ayah tahu ada ego yang tidak bisa kalian kendalikan. Pikirin dan bicarain baik-baik. Jangan sampai kalian menyesal." kini Agam yang bersuara. Pria paruh baya itu memang jarang berbicara sama seperti anaknya Rakael, tapi setiap kata yang keluar dari mulutnya mampu membungkam mulut orang lain.

"Yaudah sih, kalo mau cerai, cerai aja. Kasihan Keysha di sakitin mulu sama lo." ucap Rakael datar.

"Kael!" tegur Safina menatap tajam anaknya.

"Kenyataan, Bund. Dari awal semua ini udah nggak baik-baik aja. Karena sumber masalah semuanya ada sama Gavin." lanjut Rakael menatap tak bersahabat kepada Gavin.

"Apa yang pak Agam bilang benar, tidak semua masalah harus di selesaikan dengan keputusan sepihak. Oma mau kalian saling memahami satu sama lain." ucap Oma Kelly.

"Gavin yang nggak pernah paham sama Keysha. Hobinya nyakitin mulu," cetus Rakael, cowok itu duduk sambil memainkan ponselnya santai, seolah tidak memusingkan permasalahan tersebut.

"Bang bisa nggak diam aja?" tekan Safina tak habis pikir dengan sikap Rakael. Orang-orang lagi serius, anaknya itu malah terus berucap tanpa berpikir dulu.

"Nggak bisa." sahut Rakael, jari-jari nya sibuk mengetik sesuatu di ponselnya.

Rakael:
Dimana? aku lagi di rumah sakit
Jadi saksi penceraian.

Garis Takdir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang