enam🎉

160 14 0
                                    

Terik sinar matahari yang menyengat, membuat semua orang pasti memilih untuk diam di dalam tempat beratap, namun itu tidak berlaku bagi Rasya, yang sedang menerima hukuman, mencabut rumput di pinggir masjid.

"Itu tuh, bagian sana," tunjuk Alby, yang mengawasi Rasya.

"Enak banget ya, hidup lo, tinggal nunjuk-nunjuk," katanya sambil mencabut rumput dengan kesal.

"Ustadz gue haus, beliin minum dong, gue traktir," suruhnya.

"Rasya, tak pantas seorang murid menyuruh gurunya sya, bukannya saya meninggikan pangkat saya, tapi memang kenyataanya begitu."

"Oh ya udah gue ke kantin dulu ya tad, kan katanya gak boleh nyuruh lo."

"Gak, selesain dulu, pekerjaan kamu."

Rasya terus mencabuti rumput di depannya, namun beberapa menit kemudian ada seorang wanita, yang diakiniya Ustadzah, karna  tak menggunakan seragam.

"Assalamualaikum ustad Alby."

"Waalaikumsalam" jawab Alby, tanpa menoleh ke arah Ustadzah Liza.

"Ustad saya bawain air minum, Ustad."

"Trima kasih Ustdzah, tapi kayaknya, ada yang lebih membutuhkan dari pada saya, tapi saya terima ya Ustadzah," ucap Alby sambil mengambil air botol di tangan Liza.

Liza yang masih bingung dengan ucapan Alby hanya tersenyum, sambil menyaksikan apa yang akan Alby lakukan.

Alby membuka tutup botol itu dan memberikannya pada Rasya, bukan hanya memberikan, Alby juga meminumkan air itu ke mulut Rasya.

"Buka mulutnya, tangan kamu kotor," ucap Alby.

Rasya yang sangat haus, mengikuti apa yang Alby ucapkan. Membuka mulut, dan meneguk air yang masuk kedalam mulutnya.

Netra mereka bertemu, entah perasaan apa yang mereka rasakan. Alby yang tak nyaman dengan jantungnya, seakan memberontak, meminta di keluarkan. Dan Rasya yang memandang takjub Alby.

"Astagfirullah jantung aku kenapa?" Batin Alby.

"Kok muka nih ustad mulus banget ya, pakek skincare apaan coba, berdemage sekali." batinnya, sambil mengerjapkan matanya, mencari celah di muka Alby, tapi nihil, semuanya terasa sempurna.

Liza yang terkejut dengan perlakuan manis Alby kepada Rasya tak terima, dirinya membawakan air itu untuk Alby, tapi malah rasya yang meminumnya, "Ekhem Ustad, bukan muhrim."

"Astagfirullah," ucap Alby tiba-tiba, hingga membuat air minumnya menumpahi pakaian Rasya.

"Ustad gak ikhlas minumin gue," ucap Rasya sambil meniup bajunya, karna tangannya sudah kotor dengan lumpur.

"Kamu gak usah caper deh."

"Eh lo gak ngeliat kutil badak, caper dari mananya, tangan gue kotor," sarkas Rasya.

"Udah Ustadzah, saya kok yang emang mau bantu Rasya, karna ustadzah juga gak mau kan bantuin Rasya?"

"Sa-ya mau kok Ustad," ucapnya gugup.

Rasya yang merasa di bela tersenyum devil, sebelum Rasya menjawab ucapan Liza, bel istirahat berbunyi.

Krink

"Yey hukuman gue udah selesai," senangnya, sambil jingkrak-jingkrak tak memperdulikan Alby dan Liza.

"Ya allah, kenapa dengan jantung saya berdegup seperti ini, hanya karena melihat senyum kebahagiaan rasya?" batinnya, tanpa di sadari, Alby tersenyum ke arah rasya.

"Ya udah ya Ustad Alby, Azara Syafiqo Aditya ke kantin dulu, laper.  Dan lo," Rasya menunjuk liza dengan jari telunjuknya, "gue ganti air lo, satu kerdus, kalo gak ikhlas."

alby & Rasya (End)Where stories live. Discover now