Tigapuluhlima🎉

111 9 0
                                    

Rasya dan Kenzie sedang bersiap-siap untuk pergi ke pondok, hari ini adalah hari dimana semua santri Baitul Jannah akan kembali untuk menjalani rutinitas mereka di pondok.

"Bang, kita kemakam Mami Papi dulu, gue mau pamit sama mereka."

Kenzie mengelus lengan Rasya, sambil tersenyum dan mengangguk.

"Tapi janji, jangan nangis."

Rasya menggeleng, "gue gak janji."

Kenzie tersenyum, dan memeluk Rasya, sambil mengelus punggung Rasya.

•••••

"Assalamualaikum," salam ke duanya bersamaan.

Rasya duduk di tengah batu nisan Mami Papinya, sembari mengelus kedua batu nisan.

"Rasya mau balik pondok mi pi, Rasya gak bisa jengukin kalian tiap hari kayak biasanya, tapi kalian gak usah sedih, Rasya bakal ngirimin surat yasin sama alfatihah tiap hari kok, Rasya janji."

Kenzie yang membaca doa-doa, sesekali melirik kearah Rasya, kenzie tau, semua itu tidak mudah, untuk di alami bagi Rasya.

"Gue janji sya, gue bakal jagain lo, kapanpun dan dimanapun," janji Kenzie pada dirinya sendiri.

Setelah semua doa-doa dibaca, Kenzie memegang pundak Rasya yang bergetar, Kenzie yakin adiknya itu sedang menangis.

"Rasya, yuk kita berangkat," ajak Kenzie.

Rasya langsung menghapus air matanya, dan membalikkan kepalanya, sambil tersenyum sendu kearah Kenzie.

"Mami, Papi princess kalian yang cantik mau balik pondok ya," Rasya mencium batu nisan keduanya dengan dalam.

Air mata yang mengalir, menjadi saksi, jika dirinya sangat merindukan Mami Papinya.

Bukan hanya itu, Rasya yang terkenal dengan ucapan savege dan kejulitannya, kini berubah menjadi Rasya yang rapuh, dan Rasya Yang lemah.

Kenzie tak tau harus berkata apa, melihat kesedihan Rasya yang begitu mendalam, membuat hatinya terasa ngilu.

"Ayok," ajak Kenzie.

Rasya mengangguk, dan pergi dari pemakaman Mami Papinya.

•••••


Sesampainya di pondok, Rasya langsung membaringkan badannya di kasur yang lembutnya seperti lantai.

"Huft, kasur lembut berubah jadi kasur selembut lantai, AC yang dingin, berubah jadi kipas mini yang gak kenceng. Tapi gak papa, gue garus kuat, ini permintaan Mami Papi, gue harus jadi cewek baik-baik."

"RASYA WAKTUNYA BERUBAH," teriaknya.

Rasya terlelap tidur, mungkin karna perjalanan yang ia tempuh lumayan jauh, atau memang pada dasarnya Rasya yang suka sekali tertidur.

••••••

"Hir ayok hir cepetan, aku mau ketemu Rasya," heboh Maira pada Hira.

"Tunggu dong mai, bawaan aku banyak ini," omel Hira.

"Kamusih bawaannya banyak banget."

"Kamu taukan Ibu aku itu kalo aku balik pondok pasti lebay banget," oceh Hira.

"Sini aku bawa satu," Maira mengambil satu plastik yang tak terlalu besar, namun berat.

"Isi apaan sih ini? Berat banget."

"Oh itu buah buat rujakan."

Hira dan Maira masuk kedalam kamar, tak lupa mereka mengucapkan salam.

"Assalamualaikum," salam keduanya.

Maira langsung memeluk Rasya, yang sedang tertidur, membuat Rasya sedikit terusik, karna berat badan Maira.

Rasya membuka matanya, dan melihat Maira yang sedang memeluknya.

"Ih kamu sejak kapan jadi lesbi mai!" Heran Rasya.

Maira membulatkan matanya, dan melepaskan diri dari pelukannya dan Rasya.

"Ih mulutnya di jaga dong, aku kangen sama kamu, bukan karna aku lesbi," jutek maira.

"Lagian kalo mau meluk aku itu bangunin dulu, jangan malah langsung meluk, badan kamu itu berat," jelas Rasya.

"Berat? Gak mungkin sya, timbangan aku tetep kok."

"Buktinya kok berat banget."

Maira menoleh kearah Hira, ingin memastikan apakah ucapan Rasya itu benar.

Rasya memberi kode Hira supaya mengikuti dramanya.

Hira yang mengerti kode dari Rasya mengangguk, "ya sya, aku aja waktu ketemu sama Maira sempet heran, kok Maira tambah isi."

"Tuhkan bukan cuman aku, tapi Hira juga nyadar."

Sebelum Maira mengucapkan sesuatu, suara pintu yang terbuka mengurungkannya.

"Ass-" salam Lia terhenti karna pertanyyan bertubi dari Maira.

"Lia aku gendut? Aku tambah isi? Atau tambah lebar? Rasya sama Hira bilang aku tambah isi Lia."

Rasya dan Hira mengedipkan matanya beberapa kali, memberi kode. Lia yang peka terhadap kode itu, langsung mengikuti permainan ke tiganya.

"Wah ia mai, Rasya sama Hira bener, kamu gendutan. Ya allah apa ini Maira, perut kamu buncit!" Heboh Lia.

Mata maira berkaca-kaca mendengar ucapan Lia. Wanita mana yang tidak sedih jika dirinya dikatakan gendut.

Rasya yang melihat reaksi Maira terkejut, "gila! ternyata fakta banget, kalo hal paling sensitif buat cewek itu berat badan," batin Rasya.

Rasya memeluk Maira dan berbisik,"ini cuman prank kok mai."

Maira mencibikkan bibirnya, "bercandanya gak lucu."

"Maafin kita mai, sumpah aku cuman bercanda," bujuk Rasya.

"Tunggu-tunggu, kamu pakek aku kamu nih?" Goda Lia.

"Loh aku kok baru nyadar ya," sambung Hira.

"Manusia bisa berubahkan!"

"Ih sebel banget sama kalian, aku lagi ngambek loh," rengek Maira.

'Hahahhahahha." Tawa ketiga wanita yang menggoda Maira.


alby & Rasya (End)Место, где живут истории. Откройте их для себя