Delapan🎉

132 15 0
                                    

Setelah tiga hari Rasya di rawat di rumah sakit, ia di perbolehkan pulang, lebih tepatnya merayu, memaksa, dan memarahi Kenzie dan Alby supaya mau mengijinkannya pulang.

Masalah Ansel dan Jihan, Rasya urungkan untuk memberi tahu mereka, karna sekecil apa, sakit yang di rasakan Rasya, Jihan pasti akan menangis. Jihan menurut Rasya adalah Mami garang-garang cengeng, yang tak di punyai semua anak di seluruh dunia kecuali Azara Syafiqo Aditya.

"Aku seneng banget kamu sembuh sya," ungkap Humaira, sambil memeluk Rasya dari samping kanan.

"Aku juga," ikut Lia, dan memeluk Rasya dari samping kiri.

"Aku gak di ajak pelukan?" Kata Hira, sambil menekuk alisnya, layak Angry bird yang sedang marah.

"Utututu sahabat gue yang suka ngegas, sini peluk," ajak Rasya.

Hira tanpa aba-aba langsung memeluk Rasya, menerjang tubuh ke tiganya hingga tersungkur, tapi entahlah, bukannya menjerit, atau kesakitan mereka malah tertawa. Indahnya persahabatan pondok.

HAHAHAHA

Tawa renyah dari mereka bertiga, tak memperdulikan punggung yang sudah berciuman mesra dengan lantai.

"Oh ya aku di kirim sama Bude tadi," ucap Maira penuh semangat, ketika sudah membuka pelukan sadisnya tadi.

"Kamu dikirim apa!" Heboh Hira.

"Aku dikirim timun, mangga muda, sama petis, wah ada kedondongnya lagi!" Heboh Maira.

Memang beginilah makanan favorit santri, rujak buah, dengan pedas, yang melewati level rata-rata. Menurut mereka, spaghetti, hamburger, dan pasta, lewat.

"Yuhu, rujaan cuuy," girang Lia sambil meninju-ninju kan tangannya ke atas.

"Emang enak ya?" Rasya yang tak pernah memakan rujak itu hanya memandang, buah-buahan di depannya.

"Buah kedondong itu kan bijinya bercabang-cabang, kalo keselek gimana?  Bisa mati gue. Ini lagi mangga muda, pasti asem banget," bayangannya jika sedang memakan kedondong dan mangga muda.

"Beh enak banget sya, ladid jiddan," ucap Lia sambil mengacungkan jempolnya.

"Jangan pakek bahasa Arab dodol, gue belum tau."

"Maksud aku itu enak banget sya," cengir Lia, ia lupa jika Rasya masih belum mengenal bahasa arab.

"Yuk kita buat," sorak Hira, yang sejak tadi membayangkan lumernya petis dan mangga muda di lidahnya.

"Adzan magrib masih lama!" Ucap Maira, sambil melihat jam tangan di tangannya.

Rasya yang hanya melihat proses pembuatan rujak itu hanya terdiam, Humaira yang mengulek bumbu petis, sedangkan Lia dan Hira, mengupas kulit buah yang akan di makan.

Setelah semuanya selesai, mereka sudah duduk melingkari cowek untuk menyantap rujak buatan mereka.

"Gue ragu yang mau makan," ucap Rasya, karna melihat biji cabai yang banyak, membuat semua orang yang melihatnya akan menelan ludahnya.

"Gue ragu yang mau makan," ucap Rasya, karna melihat biji cabai yang banyak, membuat semua orang yang melihatnya akan menelan ludahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
alby & Rasya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang