Tigapuluhenam🎉

105 11 0
                                    

Empat tahun kemudian.

Rasya yang tengah mengecek berkas-berkas kantornya di terkejutkan oleh kedatangan seseorang yang yang tiba-tiba duduk di depan meja kerjanya.

"Astagfirullah," terkejut Rasya.

"Bisa gak kalo masuk ngucapin salam?" Tanya Rasya dengan tampang datarnya.

"Saya udah ketok pintu, udah ngucapin salam, tapi gak ada jawaban dari kamu ibu Azara," bantah Alby tak terima.

"Ada apa kamu menemui saya?"

"Huft kamu di undang makan malam sama Mama."

"Baiklah. Jika selesai tinggalkan ruangan saya."

Setelah mengucapkan itu, Rasya langsung fokus kembali kepada berkas-berkas di depannya.

Alby tau, dampak dari meninggalnya Mami dan Papi Rasya membawa pengaruh besar terhadap Rasya. Rasya yang dulunya bar-bar berubah seketika menjadi dingin.

"Waktu memang berlalu, tapi rasa tetap sama, rasa yang sampai sekarang semakin tumbuh bermekaran, mungkin jika disamakan dengan tanaman bukan hanya berbunga tapi juga berbuah," batin Alby sambil memandangi Rasya yang tengah fokus.

"Apa masih ada yang perlu di bicarakan?" Tanya Rasya, karna ia merasa risih dengan keberadaan Alby.

Alby tetap terdiam, tak mendengarkan ucapan Rasya.

"Bang Alby apa ada yang di bicarakan lagi?" Tanya Rasya sekali lagi, sambil melempari bolpoin kearah Alby.

Alby tersadar karna sebuah bolpoin mengenai jidatnya.

"Saya boleh tanya sesuatu?"

"Silahkan saja, tapi hanya sepuluh menit."

Alby bernafas kasar, melihat tingkah Rasya yang begitu formal terhadapnya."

Rasya tau dirinya keterlaluan bersikap sedingin itu terhadap semua orang di dekatnya, tapi entahlah untuk menunjukkan kembali sikapnya dulu itu sangat sulit.

"Gak jadi za, mungkin nanti malam udahnya makan malam."

Rasya hanya mengangguk, dan kembali fokus terhadap berkas kerjaannya.

••••••

Rasya pulang dari kantor, badannya yang lelah karna seharian ia duduk sambil mengecek file-file, berkas-berkas, dan meeting di beberapa tempat.

"Huft, hari yang menyibukkan," ucapnya sambil duduk di sofa di depan TV.

Sebelum Rasya beranjak kekamarnya, ia mendapati botol bayi yang berada di atas meja.

"Ngapain sih tuh bocil dateng," Rasya segera menaiki tangga untuk pergi kekamarnya, namun sebelum ia sampai suara bocah menggemaskan dan menyebalkan itu memanggilnya.

"Enty asya, emmad mau beyi eskim," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Rasya membalikkan badannya dan tersenyum kaku kearah Muhammad, 'anak Maira dan Kenzie'

"Mama kamu mana?  Tanya Rasya tanpa turun dari tangga.

"Mama ama Abi atanya mau ikinin acu adik enty," jawabnya dengan wajah polosnya.

Rasya membulatkan matanya, mendengar penuturan dari keponakannya itu yang cukup frontal untuk anak seusia Muhammad.

"Di ajarin siapa kamu ngomong kek gitu mad?" Tanya Rasya

alby & Rasya (End)Where stories live. Discover now