Duapuluhsembilan🎉

97 11 0
                                    

"Ken Rasya udah tau tentang keadaan Mami Papinya?" Tanya Alby.

"Ia ken, soalnya dia keliatan baik-baik aja," sambung Jingga.

"Belum," jawab Kenzie lesu.

"Lo tau gimana caranya bilang ke Rasya?" Tanya Jingga takut-takut.

Kenzie menggeleng, ia tak tau bagaimana menjelaskannya, apalagi membayangkan begitu hancurnya Rasya.

Rasya yang tak terlalu pulas tidur mendengar semua pembicaraan ketiga pria itu.

"Maksud kalian apa?" Ucap Rasya.

Ketiga pria itu terkejut, apa Rasya mendengar semua pembicaraan tadi.

"Maksud lo?" Tanya Jingga.

"Papi Mami kenapa? Apa yang kalian sembunyikan dari gue?"

"Kita gak sembinyiin apapun sya," elak Jingga.

"KASIH TAU GUE APA YANG TERJADI SEBENARNYA BANGSAT," teriak Rasya.

"JAWAB. BANG KENZIE, BANG ALBY."

"Maaf," Kenzie menunduk.

"KENAPA BANG?"

"Mami papi gak bisa di selamatkan," ucap Kenzie dengan aurnata yang hatuh.

"Haha lo ngeprank gue kan, LONGEPRANK KAN BANG."

"BANG JINGGA BANG KENZIE NGEPRANK KAN?"

Jingga menggeleng sambil menunduk

"Bang Alby, jujur ke gue, Mami Papi gimana keadaannya, mereka baik-baik aja kan?" Ucap Rasya dengan suara lirih yang menyedihkan.

"Kenzie bener za," ucap Alby menunduk.

"Kenapa kalian bohongin gue?"

"Kita gak mau kesehatan kamu menurun sya," jawab Jingga.

"Gue mau pulang," tegas Rasya.

"Gak," jawab Kenzie dengan cepat.

"Gue mau pulang."

"Kesehatan lo belum pulih Rasya," bentak Kenzie.

Rasya tersenyum smirk, "kesehatan, lo masih mikirin jesehatan gue, yang gue aja udah gak mau hidup."

"Gue mohon kali ini dengerin kita sya," pinta Jingga.

"Gue mau pulang. Kalo kalian gak mau pulang, silahkan, gue pulang," ucapnya dengan menekankan setiap kata.

Rasya mencabut selang infus di tangannya, membuat darah mengalir di tangannya.

"RASYA," teriak kenzie.

Kenzie menarik tangan rasya, menyumbat darah yang keluar dari tangannya, sambil memeluk rasya dengan sangat erat.

"Gue mohon satu hari lagi, lo disini dek," kenzie menangis, di pelukan rasya.

Hal inilah yang selalu muncul di bayangan kenzie ketika rasya tau yang sebenarnya.

Rasya membalas pelukan kenzie, ia sangat membutuhkan pelukan itu, namun permintaan kenzie membuat rasya melepaskan pelukannya.

"Gak gue mau pulang," tegas rasya.

"OKE KITA PULANG," final jingga.

~
Seorang wanita berhijab yang sedang duduk di pinggir jendela pesawat, memandangi awan mendung, tanpa ada sinar matahari yang terlihat.

Langit yang begitu kelabu, sama seperti suasana hati rasya yang sedang sakit, "hai ma, pa, kenapa kalian tinggalin rasya?" Manalognya, dengan airmata yang membasahi pipinya.

Kenzie yang duduk di samping rasya, mendengar ucapqn rasya, meskipun sangat pelan, tapi kenzie dapat mendengarnya.

Kenzie, merangkul bahu rasya, menyandarkan kepala rasya kebahunya, "lo masih punya gue sya, ada mama, papa, bunda, ayah, alby, dan semua anggota geng carlos itu keluarga lo."

Rasya mengangguk dengan airmata yang tak berhenti turun dari kedua kelopak matanya.

"Bang gue boleh minta sesuatu?" Tanya rasya sambil menegakkan kepalanya.

"Lo mau minta apa aja gue kasih sya asalkan gue bisa."

"Setelah ini jangan pernah kasihani gue bang."

"Maksud lo?"

"Gue gak mau jadi lemah bang, cuman karna gue terlalu di manja sama kalian, gue bakal tetep tinggal di rumah gue, dan tolong kasih tau ke semua orang jangan manjain gue."

"Hey, lo gak boleh bilang kayak gitu sya, setua apapun lo, mau umur lo nambah tiap tahun lo tetep adik kecil gue, lo tetep tanggung jawab gue."

"Tapi bang, gue bakal lemah, apalagi mami papi udah gak ada, gue gak mau ketergantungan sama kalian, cuma karna kemanjaan gue."

"Rasya, mau semanja apapun lo, lo adalah wanita kuat yang lahir setelah gue, lo adalah adik gue yang paling kuat. Jadi stop bilang kek gitu."

Rasya mengangguk dan kembali memeluk kenzie.

"Udah jangan nangis lagi, nanti cantiknya luntur," gurau kenzie, namun tak ada gelakan tawa dari rasya, tak seperti biasanya.

'
"Assalamualaikum," salam ke riga pria tanpan yang memasuki rumah mewah bernuansa Eropa.

"Waalaikumsalam," jawab seisi rumah.

Rasya tak memperdulikan tatapan iba dari para keluarganya.

"Rasya," panggil sarah dengan airmata yang tiada henti turun.

Rasya tak memperdulikan panggilan Sarah tujuannya adalah kamarnya, setiap penjuru rumahnya, seajan mengundang memorynya bersama mami papinya.

Rasya pergi meneju kamarnay, tanpa menoleh ke arah keluarganya, sarah semakin menangis, keadaan rasya memang sudah cukup lebih baik, tapi sifat rasya yang 180% berubah.

Kenzie memeluk mamanya yang semakin menangis, "Rasya butuh waktu ma."

"Mama gak bisa ngeliat rasya kayak gitu ken."

"Mama berdo'a aja ya, semoga rasya bisa kayak dulu lagi."

alby & Rasya (End)Where stories live. Discover now