Duapuluhdelapan🎉

97 12 0
                                    


"Maaf pak, Nona Rasya, harus kita bawa keluar negeri, karna alat disini kurang memadai dengan keadaan pasien yang keritis seperti ini," jawab Dokter takut.

"Langsung berangkatkan sekarang juga," perintah Rehan sambil memeluk Sarah yang menangis.

~~~

Sebuah ruangan bernuansa putih, dengan alat-alat canggih di sekeliling wanita cantik, yang sedang berbaring lemah di atas berankar.

Kenzie yang sedang berada di samping Rasya, sambil memegangi tangan Rasya yang tak terinfus, "Rasya, bagun dong, Abang kangen banget sama Rasya. Oh ya sya ada titipan salam dari Jingga, katanya, kalau kamu sadar, dia bakal ngasih kamu tiket konser BTS sya, paling depan sya, ayok bangun kita liat kim seokjin yang kamu idolain itu."

Kenzie mengelus rambut Rasya, dan mencium kening Rasya lama, dengan airmata yang berjatuhan.

Kenzie tersenyum, dan melambaikan tangannya ke arah Rasya, "Abang makan dulu ya sya," ucapnya seraya menghapus airmatanya.

Alby yang melihat kesedihan kenzie yang begitu mendalam juga menitihkan airmatanya, namun langsung ia hapus, karna ia tak mau terlihat di depan Kenzie.

"Ayo ken," ajak Alby sambil merangkul bahu Kenzie.

~~~

Alby yang sedang melakukan panggilan vidio dengan bundanya, menceritakan kondisi Rasya.

"Ada perkembangan dengan kondisi Rasya?" Tanya Nana.

"Belum bun, doakan saja supaya Rasya cepat sadar," jawab Alby.

"Bunda sama ayah pasti berdoa sayang, kamu disana jangan sampai telat makan."

"Pasti bun, Alby selalu ingat pesan bunda dan ayah. Udah dulu ya bun, Alby mau nyamperin Kenzie dulu."

"Oh ya sayang assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

~~~

"Hai sya gue jauh-jauh dari Indonesia ke Singapura buat jenguk lo, masak lo gak mau nyambut gue," ucap Jingga dari samping Rasya.

"Gue udah pesenin tiket konser BTS di LA buat kita nonton, lo bisa ngeliat kim seokjin, dan gue bisa liat ciwi-ciwi di sana, hehehehe bercanda kok sya."

"Nanti kalo lo bangun, lo harus cerita ke gue gimana rasanya koma, apa lo denger suara gue, dan satu lagi apa lo gak bangun karna mimpiin kim seokjin?"

"Ngaku lo sya, harus jujur, gue kepo soalnya, hehehehe. Janji lo harus cerita."

Jingga mengeluarkan ponselnya dan menghidupkan kamera depan, "Azara Syafiqo Aditya, lo udah janji bakal cerita tentang kekomaan lo dan gimana rasanya," ucap Jingga sambil menautkan jari kelingkingnya dan Rasya.

Namun setelah perjanjian tak masuk akal itu di lakukan, tangan Rasya yang Jingga pegang bergerak dengan pelan.

Jingga yang heboh karna gerakan tangan Rasya, langsung memanggil dokter.

"DOKTER DOKTER DOKTER," teriak Jingga.

Dokter itupun datang, dan kembali memeriksa Rasya, Dokter tersenyum ketika selesai memeriksa Rasya.

"Pasien sudah melewati masa kritisnya, mungkin jika tuhan berkehendak, hari ini atu besok dia bisa sadar," ucap Dokter dengan senyuman mengembang.

"Benarkah, terimakasih Dokter," ucap Jingga kegirangan.

Dokter itupun pamit pergi, sedangkan Jingga langsung menghubungi Kenzie dan Alby yang sedang mengisi perutnya.

"Halo ken,"

"Ada apa jing,"

"Rasya udah melewati masa keritis ken, kemungkinan kata Dokter hari ini atau besok dia bisa sadar."

"Lo gak bohongin gue kan Jing?"

"Sumpah demi alex gue gak bohong Kenzie."

"Gue kesana sekarang, assalamualaikum."

Kenzie mematikan telponnya sepihak ketika sudah mengucapkan salam.

"Ck kebiasaan banget nih cowok, gue putusin tau rasa dia, eh apasn sih gue gak jelas banget."

~~~

Mereka menelpon keluarga masing-masing, memberitahukan berita gembira tentang keadaan Rasya.

Jingga yang sudah menelpon semua anggota carlos, tiba-tiba bersedih, mimik muka yang semua ceria, berubah mengeluarkan air mata.

Alby yang melihat Jingga menangis keheranan, "kamu kenapa bang?"

"Gue gak bisa bayangin gimana hancurnya Rasya, ketika tau kalo Mami Papinya udah meninggal," ucapnya sambil menghapus airmatanya.

"Dulu Danial yang pura-pura mati udah bikin Rasya depresi, apalagi ini, Mami Papinya."

Kenzie tersenyum, sejail-jailnya Jingga, dia adalah Abang sekaligus teman Rasya di setiap waktu, namun ada rasa benci di hatinya pada dirinya sendiri, ia tidak bisa menemani Rasya, di saat Rasya dalam kesedihan, di saat Rasya terpuruk, dia tidak bersamanya.

"Maafin Abang sya, Abang gak ada di saat kamu butuh Abang, tapi Abang janji, Abang sendiri yang bakalan jagain Rasya, abang sendiri yang bakal lindungin Rasya," batinnya berjanji.

~~~

Kenzie tertidur di samping berangkar Rasya, dengan kepala yang bertumpu pada tangannya, Kenzie yang kelelahan, karna semalam ia tidak bisa tidur.

Kenzie terkejut dengan mata merah karna kekurangan tidur, dan kepala yang pusing, akibat terkejut, namun semua itu hilang ketika ia melihat adiknya tersenyum tipis kepadanya.

"Lo udah bangun?" Tanya Kenzie dengan mata yang berkaca-kaca.

Rasya hanya mengangguk, tenggorokonnya begitu kering, mungkin akibat beberapa hari ia tidak minum.

Rasya memberitahukan kenzie dengan bahasa isyarat, jika ia sedang haus.

"Mau minum?" tanya Kenzie.

Rasya mengganguk, dan langsung di berikan segelas air putih yang tersedia di atas nakas.

Rasya langsung meminumnya hingga tandas. Kenzie yang melihatnya tersenyum, namun ia taak bisa berkata-kata, ketika Rasya bertanya.

"Mami papi?"

Kenzie memeluk Rasya, dan mencium kening Rasya lama, ia tak tau bagaimana keadaan Rasya ketika tau yang sebenarnya.

"Mereka baik-baik ajakan?"

"Ia mereka baik-baik aja, mereka gak sakit kok, tapi lo yang bikin gue hawatir," gurau Kenzie.

Kenzie pura-pura berbohong, ia tak mau kesehatan Rasya terganggu dengan semua kebenaran ini, mungkin nanti ketika tiba di Indonesia, ia akan menceritakan semuanya.

"Gue laper," rengek Rasya.

"HUAAAA LO UDAH BANGUN SYA," teriak Jingga yang datang bersama Alby, dengan satu paper bag di tangannya.

Rasya hanya tersenyum, ia masih lemah untuk meladeni Jingga.

Jingga mendekat kearah Rasya dan ingin memeluk tubuh Rasya yang masih lemas, namun Kenzie langsung menepis tubuh Jingga supaya tak bisa memeluk Rasya.

"Ck Rasya masih lemah, lo mau dia koma lagi?" Posesif Kenzie.

"Hehehe oke maap pak ketu," cengir Jingga.

Alby yang sejak tadi diam, nenghampiri Rasya, dan memberikan semangkok bubur yang di sediakan di rumah sakit ini.

"Mau makan?"

Rasya mengangguk, dengan senyuman lemah yang ia terbitkan.

Alby memberikan semangkuk bubur itu ke arah kenzie, bukannya ia tak mau menyuapi sepupunya, tapi kenormalan jantungnya harus ia jaga.

alby & Rasya (End)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu