Duapuluhsatu🎉

101 13 0
                                    

Rasya mencoba tenang, ia tak bersalah, rokok itu bukan miliknya, ia tidak pernah sama sekali, menyesap benda panjang itu.

Kenzie menatap Rasya penuh kasihan, ia tau jika ada yang memfitnah adiknya, Kenzie percaya kepada Rasya, ia sangat kenal dengan Rasya, bagaimana logatnya ketika berbohong, dan berkata jujur.

Zamira dan ketiga teman Rasya datang, "assalamualaikum," salam mereka berempat.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.

"Duduk!" Perintah Alby.

"Kalian tau ini punya siapa?" Tanya Alby seraya menunjukkan sebuah rokok.

Ketiga teman Rasya menggeleng, "tidak tau Ustad!" Jawab mereka.

"Tolong jangan sembunyikan apapun dari kami," ucap Yusuf.

"Gue berani bersumpah, demi apapun, itu bukan punya gue," tegas Rasya.

"Jika bukan punya kamu, kenapa ada di atas lemari kamu!" Gertak yusuf.

Hanif menyenggol lengan Alby, supaya ALBY bisa menjalani tugasnya, "al ngomong dong," suruh Hanif.

"Tolong diam, sebelum saya menyuruh kalian berbicara, ini tugas saya sebagai ketua keamanan," tegas Alby.

Semua seisi ruangan terdiam, ketika Alby bersuara dengan oktaf yang di naikkan.

"Rasya, tolong katakan yang sebenar-benarnya, apa ini barang kamu?"

Rasya menggelengkan kepalanya cepat, "ini bukan punya gue."

"Humaira, Hira, Lia, apa ini punya kalian?"

"Bukan Ustad." Jawab mereka bergantian.

"Apa ini punya Rasya?"

"Tidak tau Ustad," jawab Lia jujur.

"Apa barang ini pernah kalian liat di kamar kalian sebelumnya?"

"Tidak Ustad."

"Sebelum kalian berangkat barang ini ada atau tidak?"

"Gak ada, gue juga sebelum berangkat, beresin atas lemari gue gak ada apa-apa," timpal Rasya.

"Jika barang ini bukan salah satu dari kalian lalu siapa pemilik barang ini?"

"Ya gue gak tau."

"Gak ad ceritanya maling ngaku, al," sarkas Yusuf.

"Bisakah kamu jangan bicara dulu, sebelum saya mengijinkannya?"

Yusuf geram dengan Alby, ia juga pengurus disini, ia juga berhak berbicara.

"Kita gak punya bukti, jika barang ini milik Rasya, saya sebagai ketua keamanan, tidak mau menghukum Rasya, sebelum menemukan bukti, jika barang ini memang milik Rasya."

Rasya tersenyum mendengar ucapan Alby, ia kira Alby adalah cowok yang kekanakan,  menyebalkan, dan hanya bisa menilai orang dari luar, tapi nyatanya Alby adalah lelaki baik, dan tegas, tidak terburu-buru dalam melakukan tindakan.

"Ini sudah menjadi bukti Ustad, jika barang ini memang milik Rasya," kata Zamira tetap menuduh Rasya.

"Benarkah, ini sudah menjadi bukti? Jika semua ini adalah fitnah bagaimana? Atau ini milik Humaira, Hira atau Lia? Karna Rasya tidak sendiri di kamar itu," ucap Alby seakan menantang Zamira.

"Menurut saya Ustad Alby benar, kita belum menemukan barang bukti yang memang betul-betul Rasya pelakunya," timpal Putra mendukung Alby.

"Saya juga setuju dengan pendapat Alby, karna Rasya tidak tinggal sendiri di kamar itu," sambung Hanif mendukung.

alby & Rasya (End)Where stories live. Discover now