Tujuhbelas🎉

107 14 0
                                    

Seorang pria, berperawakan tinggi, sedang duduk di sebuah cafe, menunggu seseorang yang memintanya datang menemuinya. Menggunakan baju tidak seperti biasanya, jeans hitam yang membaluti kakinya, dan hoodie kebesaran berwarna maroon beserta topi, dan masker sebagai penutup wajahnya.

"Selamat siang nak," sapa seseorang yang datang dengan setelan jas hitam yang membaluti tubuhnya, menyiratkan jika dirinya adalah pebisnis hebat.

"Siang," jawabnya tanpa membuka masker.

"Apa kau sudah mendapatkan apa yang tuan minta?" Tanyanya meminta sebuah barang.

"Sudah. Ini, barang pesanan tuanmu," pria itu menyerahkan sebuah plastik klip.

"Trima kasih, saya pergi dulu," ucapnya, dan berlalu pergi.

Pria itu tetap berada ditempat, ia masih menunggu seseorang, yang ia ajak untuk bertemu, namun orang itu tak kunjung datang, membuatnya muak menunnggunya.

"Assalamualaikum, apa kakak, melihat orang ini?" Tanyanya sambil menunjuk sebuah foto.

Pria itu tertawa,ia lupa, jika dirinya, tidak menggunakan baju khasnya, mungkin jika menggunakan baju seperti ini, tidak ada yang mengenalinya.

"Ini saya," ucapnya sambil membuka masker yang menutupi wajahnya.

"Us-ustad, Kenzie,?"

Ya pria itu Kenzie, yang sedang menyeringai, bak vampir yang menemukan darah segar.

"Duduk," printah Kenzie.

Pria itu duduk, dengan canggung, tapi suasana seperti ini lebih menakutkan dari pada harus presentasi di depan kelas.

Sebelum Kenzie berbicara, suara derap langkah lelaki, mengintruksi indra pendengarannya, Kenzie menoleh kearah suara kaki yang mendekatinya.

Berdiri menunggu ke empat pria yang berjalan ke arahnya, ke empat pria itu sudah saling berpelukan ala mereka.

"Lo tambah ganteng aja sih ken, makin insecure gue," gurau Samuel.

"Ck apaan sih lo."

Ke empat pria itu adalah inti Geng Carlos, Kenzie sengaja memanggil mereka, karna ingin menanyakan suatu hal.

"Oh my tu degat oh my gat," lebay Jingga sambil memeluk erat Kenzie.

"Lo mau makan apa, gule? Boleh. Mau apa ken? Boleh. Mau ini? Boleh. Semua boleh, gue kangen lo pak ketu," lebay jingga.

"Jing, plis gak usah kek gini, lo udah berumur jing."

"Gue kan udah bilang, kalo mau manggil nama separuh gue, ga aja, jangan jing, kesannya gue punya  nama anjing."

Samuel hanya tersenyum sambil merangkul pundak Kenzie, "kita gak di suruh duduk nih?"

"Oh ya, gue lupa!" Ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Sebelum, ke lima pria itu duduk, mereka mengernyit dengan pria bersarung, yang menunduk dalam sambil memainkan ponselnya.

Mereka tak memperdulikannya, mungkin itu teman yang di ajak Kenzie. Sebelum mereka bebincang, sorang pelayan cafe datang, membawakan jus pesanan Kenzie untuk mereka semua.

Naasnya pelayan itu sangat ceroboh, membuat jus itu tumpah ke arah pria bersarung membuatnya mengangkat kepalanya.

"Adduh mas maaf, saya gak sengaja!" Lirihnya sambil mengambil tisu, yang di serahkan ke pria bersarung di depannya.

"Danial," terkejut Vier.

"Anjir, lo danial kan?" Tunjuk Marvel.

Jingga langsung naik kepangkuan Samuel, mendudukkan dirinya di atas paha Samuel.

alby & Rasya (End)Where stories live. Discover now