Sembilanbelas🎉

105 13 0
                                    

Flash back

"Abi gak boleh dong bi, paksa Muhammad!" Ucap Danial frustasi.

"Keputusan Abi sudah bulat mad, Abi bakalan mondokin kamu ke kairo, karna kamu penurus Abi, kamu yang bakal mimpin pondok mad," ujar Kiai Abdullah.

"Kalo boleh jujur, Muhammad gak mau bi, nerusin pesantren, Muhammad lebih suka hidup Muhammad di sini bi," ungkap Danial.

"MUHAMMAD," gertak Kiai.

"Apa bi, Muhammad, bukan Kak Maryam, Muhammad, bukan Kak Nadia, yang patuh sama Abi, Muhammad emang anak kurang ajar bi, Muhammad gak bisa banggain Abi, Muhammad selalu mengekang perintah Abi, Muham-" ucapnnya terhenti.

"CUKUP MAD," teriak Kiai Abdullah marah.

"Kenapa bi, abi sadar, dengan semua perlakuan Abi sama Muhammad sejak kecil? Muhammad selalu abi banding-bandingkan sama Kak Maryam, yang selalu dapat piala ketika ikut lomba."

"Atau Kak Nadia, yang multi talent, gak kayak Muhammad yang bodoh," Ungkap Danial dengan air mata yang tak berhenti turun.

"KAMU TETAP ABI BERANGKATKAN KE KAIRO, MINGGU DEPAN."

"ENGGAK Muhammad gak mau bi," tolak Danial.

"Mau tak mau kamu harus mau," kata Kiai Abdullah penuh penekanan, dan pergi masuk kedalam kamar, seraya membanting pintu dengan keras.

Danial langsung terduduk lemas, ia tak tau harus bagaimana, ia tak bisa meninggalkan Rasya, ia juga tak bisa jujur dengan Rasya, tentang siapa dirinya.

~~~~~

"Ra, Nial mau ngomong sama Rara!" Ujar Danial, sambil memegang tangan Rasya.

"Nial mau ngomong apa, ngompng aja, Rara pasti dengerin kok," balas Rasya, dan memegang tangan danial yang memegangnya dengan tangan kirinya.

"Seandainya Nial jauh dari Rara, apa Rara masih tetap sayang Nial?"

Rasya menggeleng kuat, ia tak setuju dengan apa yang di ucapakan Danial, "enggak, Nial gak boleh ninggalin Rara, Rara gak mau kehilangan Nial."

"Umur kan gak ada yang tau ra."

"Syut, Nial gak boleh bicara kayak gitu, Rara gak suka Nial," rasya menaruh jari telunjuknya, ke arah bibir Danial.

"Ya Nial gak akan bilang kayak gitu lagi, tapi Rara, harus janji sama Nial, kalo Rara bakal tersenyum terus buat Nial. Janji!" Danial mengcungkan jari kelingkingnya ke arah Rasya.

"Janji, asal Nial selalu ada buat Rara," ucapnya dan memeluk Danial sangat erat.

Danial ikut membalas pelukan Rasya tak kalah erat, menyembunyikan wajahnya di atas kepala rasya, karna tinggi rasya hanya sebatas dada.

"Ra, maafin Nial, tapi ini yang terbaik buat Rara, tapi Nial janji, Nial bakalan minta maaf ke Rara," batinnya, tanpa di rasa air mata danial jatuh.

Rasya mendongakkan wajahnya, karna ia merasa kepalanya basah, "Nial kenapa nangis?"

"Nial sayang banget sama Rara."

Cup

Rasya menjinjitkan kakinya mencium dagu Danial, membuat Danial tersenyum, "Rara juga sayang banget sama Nial," ucapnya tanpa membuka tangannya dari pinggang danial.

Cup

Danial mencium kening rasya lama, menutup matanya menikmati bibir yang menyentuh kening rasya dengan lembut.

alby & Rasya (End)Where stories live. Discover now