Duapuluhtiga🎉

102 11 0
                                    

Rasya merebahkan tubuhnya di kursi penumpang, dengan mata terrutup, menjadikan tas Kenzie sebagai bantalnya, namun tiba-tiba Rasya membuka matanya ketika Kenzie dan seseorang masuk kedalam mobil.

"Bang, ngapain lo ngajakin Ustad Alby?" Tanya Rasya keheranan.

"Diakan se-" ucapan Kenzie terpotong karna alby mencegahnya.

"Saya cuman ikut, nanti berhenti di depan," ucap Alby.

"Oh."

"Katanya lo anak pan- eh gak jadi deh."

"Ya saya tau saya anak panti, tapi saya udah nemuain orang tua saya kok."

"Beneran! Wah selamat ustadz," senang Rasya, sampai-sampai kepalanya menyumbul ke arah depan, dengan senyuman cantiknya.

Alby menelan salivanya dengan susah payah, semakin hari dirinya bertemu dengan Rasya, semakin pula dirinya tidak bisa mengontrol hatinya.

"E- i-iya za," gugup Alby.

"Ekhem duduk kebelakang," Kenzie mendorong kepala Rasya sampai Rasya duduk semula ketempatnya.

Kenzie menancap pedal gas dengan jecepatan sedang. Jika kalian bertanya darimana mobil Kenzie, itu adalah mobilnya yang dikirimkan Papanya.

Setelah dua jam perjalanan, Rasya yang belum merasakan kantuk, entah karna terlalu bahagia, atau menjaga imagenya di depan Alby, "bang, kita berhenti di super market yuk bang, main-main bentar, atau makan-makan gitu, gue laper banget ini," ucapnya di imut-imutkan, supaya Kenzie menurutinya.

"Males sya, biar cepet sampek," kenzie memang malas sekali jika bepergian harus macet dimana-mana, di restorant, mall, semuanya hanya menambah lelah.

"Ck lo mah gak asik bang."

Kenzie tak menanggapi ucapan Rasya, ia tetap fokus menyetir, menghiraukan ucapan Rasya yang seperti kicawan burung.

"Kamu lapar za?" Tanya Alby.

"Banget," rengek Rasya.

"Kita berhenti di mini market depan itu ken, biar aku yang turun beli roti."

"Hem," sahut Kenzie.

Kenzie memberhentikan mobilnya di depan mini market, membuat Alby keluar untuk membeli makanan Rasya, namun Rasya yang keras kepalanya minta ampun tetap keluar, mengikuti Alby.

Kenzie hanya bernafas berat, dengan tingkah Rasya, yang tetap nakal itu, "untung gue sayang, kalo enggak, udah gue sate lo sya,"

~~~

Rasya mengikuti alby, layaknya ekor, yang mengitu pemiliknya, Alby mengambil satu buah roti sobek, dan memberikannya ke arah Rasya, "ini, rotinya, minumnya mau air putih atau apa?"

"Gue gak mau roti, gue mau cemilan," ucapnya sambil mengedipkan matanya berkali-kali.

"Kalo lapar makan roti, jangan makan cemilan," nasehat Alby.

Rasya tetap menggeleng tidak mau menuruti ucapan Alby.

Sebelum Rasya pergi mengikuti Alby, ia mendengar dua orang ibu-ibu membicarainya.

"Ih jaman sekarang, namanya aja santri, tapi kelakuanyya kayak anak yang gak mondok, sama-sama pacaran," ucap Ibu yang memakai lipstick merah bela.

"Ia sok melarang pacaran, padahal yang santri juga pacaran," sambung Ibu yang memakai lipstick merah.

Rasya dan Alby mendengar ucapan dua ibu-ibu itu, rasya geram dengan kedua ibu itu, menarik lengan baju Alby, supaya mengikutinya.

Rasya pura-pura mencari barang di dekat ke dua ibu itu, "suamiku kamu mau shampoo yang wanginya strawbery apa vanilla?" Tanya Rasya sok manja.

alby & Rasya (End)Where stories live. Discover now