Sepuluh🎉

137 13 0
                                    

"Assalamualaikum," ucap Kenzie, dan laki-laki di belakangnya.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.

Isi kelas, langsung berubah ketika melihat siapa lelaki yang bersama Kenzie. Ada yang membenarkan jilbab, memasang kerah tangannya, memposisikan duduknya se anggun mungkin, dan banyak lagi.

Namun hal itu tidak berlaku bagi Rasya yang moodnya sudah hancur, akibat cekcoknya dengan Fiza in the geng, dan tak tertarik dengan yang namanya Gus Muhammad yang para santri wati idamkan.

"Perkenalkan ini Gus Muhammad Danial Syaputra Alhaq, pengganti pak herman, karna pak Herman sudah pensiun," tegas Kenzie.

Rasya yang mendengar nama seseorang yang sangat sama dengan masa lalunya. Hanya saja nama itu ada  Muhammad dan marga Alhaq, mengangkat kepalanya yang sempat ia tundukkan.

Deg

Rasya menatap lelaki didepannya, dengan air mata yang meluncur mulus di pipinya, Rasya mengangkat tangannya, menampar dirinya sendiri. Memastikan jika itu hanya sebuah hayalan.

Par

Suara tamparan yang begitu nyaring, dan keras, membuat semua mata tertuju padanya.

Rasya merasakan nyeri di bagian pipinya, dan sudut bibir yang mengeluarkan cairan merah segarnya.

"Nial" ucapnya dengan lirih.

"Rara" lirih Gus Muhammad.

Kelas yang sunyi, karna semua mata tertuju padanya, membuat suara mereka terdengar oleh semua murid.

Mata mereka bertemu, Rasya tak tau harus bagaimana, rasanya ini semua seperti mimpi, apa semesta ingin bermain-main dengannya, atau semesta yang membencinya.

Rasya bangun dari duduknya tak memperdulikan tatapan teman-temannya yang bertanya-tanya, dengan ke adaannya.

"Gue ijin," ucapnya dan berlari pergi meninggalkan kelas.

"Tadi aja bilang kita, yang mau caper sama Gus Muhammad, ternyata?" Ucap Fiza meremehkan.

"Saya pergi dulu ustad," ucap Gus Muhammad tiba-tiba, dan pergi meninggalkan kelas.

Semua isi kelas bertanya-tanya, kenapa dengan Rasya,  dan kenapa dengan Gus Muhammad yang tiba-tiba pergi.

"Rasya kenapa ya?" Tanya Maira hawatir.

"Humaira" panggil Kenzie.

"Naam Ustadz," Maira menundukkan kepalnya, selain bukan muhrim, ia juga menetralkan hatinya yang sudah, pak cepak cepak jedder.

"Kamu tau, Rasya kenapa menangis?" Tanya Kenzie hawatir.

"Afwan Ustad saya tidak tau, tiba-tiba Rasya nangis, dan menampar dirinya sendiri, lalu keluar kelas Ustad."

"Oh ya sudah syukran hum."

"Afwan Ustadz."

~~~~~

Rasya terus berlari, tak memperdulikan tatapan para guru yang sedang lewat. Tujuannya satu, tempat sepi, Rasya menaiki tangga, berlari sekuat tenaganya, meski kakinya yang lemas, ia tetap berlari menuju rooftop.

Rasya berlari menuju, pembatas rooftop, kaki yang bergetar membuatnya terduduk lemas, menangis tersedu-sedu.

"Tuhan, rencana apa lagi ini?"

Rasya menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak, ia tak tau harus bagaimana, di sisi lain ia merindukan tubuh itu, tapi di sisi lain apa benar itu danialnya.

alby & Rasya (End)Where stories live. Discover now