Enambelas🎉

101 13 0
                                    

Setelah tiga hari berkutat dengan alat-alat pembersih dan lainnya, semua santri akan mendapatkan penilaian langsung, dari Kiai, Nyai, dan Ning, beserta gus terlebih dahulu, dan terakhir disusul para ustadz, dan Ustadzah.

Mereka percaya bahwasanya semua yang mereka lakukan tidak akan membuahkan hasil yang sia-sia, kalaupun tak menang, mereka bisa menikmati kamar bernuansa baru.

Rasya yang tengah sibuk menatap karyanya dan teman-temannya, bangga, "kenapa gue bisa sekeren ini sih, parah GG banget, pengen gue foto kirim ke Bang Jingga, pasti dia bakal beliin gue Apartemen."

Ketiga temannya yang mendengar ucapan Rasya terkejut. Apa itu tidak merugikan.

"Sya, bunganya udah semua," ucap Maira.

"Lo susun aja di pinggir pintu, udah gue siapin raknya, sama potnya, tinggal lo kasih tanah sama air."

"Oke. Hir bantu aku yuk," ajak Maira.

"Lia kelas gimana? Sama taman?" Kamar khodijah dan kamar saodah memang memiliki tugas membedah taman, dan untuk kelas, pasti satu kelas yang membersihkan.

"Kelas besok penilaiannya, terus taman lusa."

Rasya membulatkan mulutnya, menandakan jika dirinya mengucapkan 'oh'.

~~~~~

Setelah menunggu dua jam, datangnya Kiai dan yang lain. Rasya yang sudah mengantuk, sebab menunggu terlalu lama, membuatnya tak sadar jika dirinya menguap tepat di samping Alby.

"Huaaay," uapnya sambil menggaruk tengkuknya.

"Ekhem," dehem Alby.

Rasya tetap tak memperdulikannya, menurutnya itu bukan kode untuknya, tapi salah satu temannya.

Rasya tetap tak memperdulikannya, menurutnya itu bukan kode untuknya, tapi salah satu temannya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Ini siapa yang punya ide tema seperti ini?" Tanya Gus Muhammad.

Rasya hanya memutar bolamatanya malas, ia tau, Gus Muhammad itu tau jika dirinyalah yang memikirkan tema itu, sebab dia tau kalau Rasya, bercita-cita menjadi Arsitek.

"Rasya Gus," jawab Hira.

"Bagus kan bi, simple, tapi menawan," ucapnya pada Kiai Abdullah.

"Ia mad, bagus. Mungkin kamu mau renovasi sesuatu, bisa minta bantuan mbak itu," tunjuknya pada Rasya.

Gus muhammad tersenyum pada Rasya, sedangkan Rasya sudah mengucapkan kata 'ogah' tanpa bersuara, jika bersuara, tamatlah dirinya, mendapatkan guyuran rohani, dari Abang Monyetnya.

Setelah Kiai Abdullah, dan keluarga pergi, kini giliran para ustadz, yang menilainya.

"Saya tidak mau menilai, takut jika kamar ini menang, di sangka karna bantuan saya, jadi saya serahkan kepada kalian," tegas Kenzie, sungguh berwibawa sekali.

alby & Rasya (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora