Duapuluhdua🎉

101 12 0
                                    

Rsya dan hira tetap tak bertegur sapa, Rasya yang emosional, dan Hira yang keras kepala menjadikan mereka egois antara satu sama lain. Maria dan Lia yang melihat tingkah mereka yang berubah tak bisa berbuat apa-apa, mereka berdua sama-sama teman mereka.

"Menurut aku, kamu jangan salahin Rasya, atas semua apa yang dia rahasiakan ke kita, kita emang teman Rasya, tapi kita gak berhak tau semua tentang Rasya," nasehat Maira.

"Kamu gak tau mai, gimana perasaan aku, kamu gak bakalan ngerti Maira."

"Aku emang gak tau hir, tapi setidaknya sebagai teman aku hanya menasehati, aku gak mau kamu sama Rasya diem-dieman kayak gini."

"Terserah kamu mai, kamu gampang ngomong kayak gini, karna kamu gak merasakan apa yang aku rasain."

"Hira, tolong jangan rusak persahabatan kamu sama Rasya, hanya karena cowok, yang bukan apa-apa di hidup kamu," tegas Lia, yang sudah jengah mendengar cekcok Hira dan Maira.

"Assalamualaikum," salam Rasya, seraya menaiki tangga ranjangnya.

"Waalaikumsalam," jawab mereka.

"Rasya kamu kemana, kok tadi aku cariin gak ada, kamu udah makan?" Tanta Maira hawatir.

"Udah," jawab Rasya singkat.

"Sya, maafin aku, aku gak salahin kamu kok, karna udah rahasiain hubungan kamu sama Gus Muhammad," ucap Maira.

"Ya sya, aku juga," kata Lia mengikuti Maira.

Hira tersenyum devil mendengar teman-temannya meminta maaf pada Rasya, "aku yang lebih lama sahabatan sama kalian, tapi apa kalian memilih orang yang baru hadir di persahabatan kita, aku KECEWA sama kalian," kata Hira, sambil menekankan kata kecewa.

"Hir bukan kayak gitu," ucap Maira frustasi.

"Udah lah mai, semuanya udah jelas."

Rasya turun dari ranjangnya, "Hira, gue minta maaf sama lo, karna udah bohongin kalian, tentang masalalu gue dan Gus Muhammad, tapi kalian harus tau, gue udah move on dari Gus Muhammad," tegas Rasya, yang sudah jengah dengan permasalahannya.

"Terlambat Azara Syafiqo Aditya, kenapa gak dari dulu ha?" Gertak Hira.

"Hir cukup," bentak Lia.

"Hmm udah jelaskan, kalo kalian lebih milih dia yang baru jadi sahabat kalian dari pada aku," mata Hira berkaca-kaca, ia tak menyangka Lia membentaknya.

"Fine hira, balikan pondok gue pindah kamar, makasih buat kalian, udah nganggep gue sahabat, dan selalu ada buat gue," Rasya menghapus airmatanya yang jatuh dengan kasar.

"Sya gak usah gitu, kita bisa bicarain permasalan ini dengan baik-baik, jangan kek gini sya," Maira memegang tangan Rasya sambil memohon supaya Rasya membatalkan keinginannya.

"Udah mai, gue makasih banyak buat lo, gue janji gak bakal lupain perhatian lo ke gue."

Maira memeluk Rasya dengan erat, ia tak mau Rasya pergi dari kamarnya, ia sudah terlanjur sayang, dan menganggap Rasya sebagai saudaranya.

"Gak sya, kamu gak boleh pindah kamar, kita kan sahabat sya," tangis maira dalam pelukan rasya.

~~~

Rasya menuju tempat parkir, karna pagi ini adalah pagi terakhirnya dipondok, "Maira, Lia, e-hi-hira, gue pamit, assalamualaikum," ucapnya dan hilang dari ambang pintu.


Maira tak bisa kehilangan Rasya, hanya karna keegoisan Hira, "Hira aku mohon jangan kayak gini hir,  kamu jangan di butakan sama cinta hir, kamu rela kehilangan sahabat kamu, hanya demi cinta kamu yang tak berbalas itu," ucap maira, dengan air mata yang turun.

Hira diam, tak mendengarkan ucapan Maira ia masih fokus dengan menata barang-barangnya.

"Mai udah," Lia mengelus punggung Maira menenangkannya.

"Apa ini hira yang aku kenal, kamu gak pernah gini hir, Rasya udah move on sama, Gus Muhammad," ucap Maira sambil menahan isak tangisnya.

Hira keluar dari kamar tanpa salam, berlari layaknya orang yang kesetanan.

Rasya ingin memasuki mobil setelah menaruh kopernya kedalam bagasi, namun sebelum masuk Rasya terkejut ketika ada tangan yang memeluknya dari belakang, dengan isak tangis yang terdengar.

Rasya membalikkan kepalanya, dan melihat Hira yang menangis sambil memeluknya dari belakang.

"Sya maafin aku, aku emang egois sya, aku salah, gak semua hal tentang kamu, aku harus tau sya, maafin aku sya."

Hira melepaskan pelukannya dari Rasya, dan Rasya menatap Hira, sambil menghapus air mata Hira yang berjatuhan.

"Hir ini bukan salah kamu juga, ini salah aku yang gak cerita sama kamu, tapi kamu tenang aja, aku sama gus Muhammad udah gak ada apa-apa lagi, kita hanya sebatas santri dan huru tidak lebih."

"Aku gak mau berurusan sama perasaan ini lagi sya, aku gak mau kehilangan kamu, cuma karna ke egoisan aku, dan rusaknya persahabatan kita hanya karna seorang lelaki sya aku gak mau."

"Hira. Udah stop, jangan nangis."

"Tapi aku salah sya."

"Udah kita saling maafan, anggep aja masalah ini hanya iklan di persahabatan kita oke."

Hira mengangguk, dan kembali memeluk Rasya dengan erat.

alby & Rasya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang