Limabelas🎉

115 16 0
                                    

Semua santri baitul jannah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, ada yang sedang mengecat dinding, ada yang sedang membuat hiasan, ad juga yang sedang ngobrol, membicarakan tema apa yang akan mereka gunakan.

Kamar khodijah, yang masih belum melakukan aktifitas apa-apa, karena mereka masih sibuk dengan,  tema apa yang akan di pilih.

"Gimana kalo kita temanya kayak di jepang, musim gugur gitu, pasti cantik pink-pink," ide Maira.

"Itu terlalu biasa sih ra, menurut gue," ungkap rasya.

"Terus kayak gimana dong sya?" Tanya Hira.

"Jangan ngambil yang lebay ya," peringat Maira.

"Yang lebay itu tema musim bunga," sarkas Rasya.

"Gimana kalo kita ngambil tema sembilan puluan?" Tanya Lia.

"Boleh tuh, aestetic, gue setuju."

"Akusih ngikut," ucap hira.

"Boleh lah," ucap maira mengikuti ucapan Jarjit.

"Oke warna apa yang cocok?" Tanya Lia.

"Kalo yang sering gue liat di Instagram sih, putih, sama coklat gitu, pasti aestetic banget," ucap Rasya dengan senyum mengembang.

"Gak terlalu kalem?" Tanya Hira, karna menurutnya warnanya terlalu pudar.

"Itu udah bagus, lo liat aja hasil karya gue, nantinya," katanya seraya membusungkan dada.

"Oke temanya udah nemu, sekarang sumbangannya berapa?" Tanya Lia, yang siap mencatat pengeluaran.

Seratus ribu aja dulu, kalo kurang, gue tambahin."

"Nanti uang kiriman bulanan kamu habis sya," ucap Maira tak enak hati.

"Udah kalo cuman sejuta, gue masih sanggup kok, sens aja," tuturnya.

"Kita beli apa aja, biar nanti gue sama Hira, yang keluar, lo sama Maira," tunjuknya ke arah Lia dan Maira, "bersihin kamar dulu, kan lo yang paling bersih, dalam hal sapumenyapu."

"Oke, kita catat dulu, apa aja yang bakal kita beli," kata Lia yang sudah mendapatkan ide.

Setelah Lia selesai menulis, Rasya dan Hira sudah bersiap-siap, untuk pergi keluar pondok, karna sudah ada ketetapan bahwa di bolehkan keluar, tapi hanya sekali, jika melebihi, terdiswalivikasi.

Rasya dan Hira sudah berada di tepat ijin, Rasya langsung saja, meminta ijin kepada Ustadzah Badriah, karna menurutnya dari puluhan pengurus, Ustdzah Badriah yang paling baik hati, dan tidak sombong tentunya.

"Ustadzah, Rasya, sama Hira, ijin mau beli keperluan lomba." Ucap Rasya dengan hormat supaya dibolehkan.

"Oh, kamu hujrotul Khodijah, biar saya catat dulu." Ucapnya sambil mencatat.

"Jangan terlalu lama ya, waktunya sampai pukul dua siang," peringat Badriah.

"Siap Ustadzahnya. Assalamualaikum," ucapnya dan pergi bersama Hira.

Namun ketika melewati dhalem, karna pintu gerbang yang bersebelahan dengan dhalem, membuatnya bertemu dengan Gus Muhammad.

"Kamu mau kemana ra?" Tanya Gus Muhammad.

Tanpa ingin menjawab pertanyaan Gus Muhammad, Rasya tetap melewati dhalem.

Hira yang namanya berakhiran ra, menoleh ke arah Gus Muhammad, sambil menunduk dalam, dan tersenyum.

"Kamu mau kemana?" Tanyanya lagi sambil melangkahkan kakinya menuju Rasya.

Rasya yang tak mau kalau Hira tau, jika Gus Muhammad idamannya, adalah masa lalunya, memberhentikan langkahnya.

alby & Rasya (End)Where stories live. Discover now