* Know that I can't find nobody else as good as you *

1.7K 229 13
                                    

....

   Itu renjun dan haechan.

"Ya? Ada apa renjun-ssi? Apa kau butuh sesuatu lagi?" tanya jaemin datar.

Renjun hanya terpaku pada tiga bayi yang asyik bermain di bangku penumpang. Sedang haechan sibuk terpesona dengan Jeno, itu mengundang tatapan tak enak dari jaemin.

"Kau memiliki adik? Kalian adik kakak yah?" tanya renjun ramah.

"a— "aku suami jaemin, Lee Jeno. Kembar tiga itu anak kami berdua. Ada yang bisa kami bantu?" potong Jeno dengan wajah galak.

"HAAA????"

"Pffttt-hahahahahhahahaha ada apa dengan muka kalian?" ejek jaemin, ia sedikit tergelitik dengan ekspresi dua pemuda manis di hadapannya.

"Jadi, ada yang bisa kami bantu tuan-tuan sekalian?" tegur Jeno. Jaemin sedikit menyikut perut Jeno memberi kode.

Ia paham sekali Jeno seperti apa. Ia seperti anjing galak kalau ada yang berusaha mendekati keluarganya.

"Ah tidak, kami hanya menyapa saja hehe. Maaf mengganggu waktu—

"Bolehkah kami menumpang sebentar? Jemputan kami tidak bisa datang dan kami tak tahu cara naik bus, aku minta maaf kalau kami mengganggu waktu kebersamaan kalian. Tapi apa kah boleh menumpang? Sampai depan pun tak apa," sela haechan memohon.

Sepasang suami istri itu saling melempar pandangan, "oh tidak bisa yah? Tak apa kalau begi—

"Tak apa, tapi kalian terpaksa di bangku belakang. Apa tidak apa-apa?" tanya jaemin. Bagaimana pun menolong tidak harus melihat status tapi keadaan.

"Benarkah?! Tidak papa tidak papa, bisakah?" Seru renjun antusias.

Jeno hanya diam mengikuti, ia membantu keduanya masuk. Ia mau membantu, tapi tak Sudi kalau posisi anak-anaknya bergeser. Biar saja dua orang itu di belakang, sudah di bantu juga harusnya bersyukur bukan? Lagipula pertama berjumpa sudah minta tumpangan saja, Pikir Jeno.

"Kau sudah selesai kan? Kita bisa pulang sekarang?" tanya Jeno lembut.

"Tenang saja. Oh iya, beri tahu saja alamat salah satu rumah kalian. Tak etis kalau membantu tapi hanya setengah-setengah." Jaemin berbalik menghadap dua pemuda yang kini asyik adu curhat menahan kegemasan karna menonton secara langsung tiga kembar itu bermain.

"Ah ke alamat ini saja." Haechan menatap renjun dengan wajah yang menyuruh berhenti. Ia tahu renjun sedikit mulai terobsesi dengan si Lee jaemin itu.

"Alamat siapa ini?" tanya jaemin.

"Alamat rumahku, hehe. Itu yang paling dekat dari kampus." Renjun menghiraukan haechan yang terlihat ingin menyela, sudah jelas rumah haechan yang paling dekat. Hanya perlu satu kali belok.

"Baiklah," final jaemin. Ia sedikit melirik ke arah Jeno dengan ekor mata. Sudah jelas suaminya itu menahan amarah.

Mereka seorang terlatih. Tercetak begitu jelas jawaban asli dari kebohongan renjun dari wajah haechan. Untuk seorang agen rahasia, itu pekerjaan paling lumrah yang mereka lakukan. Mendeteksi ekspresi seseorang.

Jaemin bergeser lebih dekat dan mengambil satu tangan Jeno yang kosong untuk di elusnya, "sudah... Jangan kaku begitu, nikmati alurnya dulu."

"Hm."

Sedangkan dua sahabat itu hanya diam masam melihat kemesraan pasangan di depan.
.......

'jadi ini kediaman mereka.., bagus dan nyaman. Berbanding terbalik dengan hidupku, cih'

  "Pemandangan yang indah, keluargamu memang pecinta seni Jepang?" celetuk jaemin.

Renjun tersenyum tulus, "itu karya oto-san, ayahku berasal dari Jepang. ide ini dari adik kecil ku, oto-san berusaha mengenangnya lewat harapannya."

[✓] Thantophobia || NominWhere stories live. Discover now