* You know the truth is like a light shining through a dense forest *

1.2K 184 4
                                    



....

   Pagi-pagi jaemin sudah dipancing untuk naik darah saja. Bukan tentang Jeno atau anak-anak, melainkan hotel nya. Salah satu mata-mata yang ia pekerjakan disana mengatakan adanya inflasi yang ditutup-tutupi. Rasanya ada magma yang mendidih siap meledak di kepala jaemin.

  "Mama? Yu otay?" tanya lev.

  "No, Maminy rabotniki pytayutsya deystvovat' obmannym putem, Cecunguk satu itu..."
(Trans : pekerja mama ada yang mencoba bertindak curang.)

  "Mama will kill them?" bisik kirion.

  "I wish I could," jawab jaemin geram.

  "Ni, ambiy caja! Then hit them!" Jaemin dengan senang hati menerima termos aluminium dari Sasha.

  "Lihat saja, dia akan mati hari ini juga!"

  "Ung! Cemangat mama!"

  Jeno menghela nafas frustasi mendengar percakapan istri dan anak-anaknya. "Jangan bertindak gegabah, xei."

  "Ck, I'll try. Tapi kalau aku tidak tahan melihat muka mereka, botol ini bisa berguna."

  "Bukan. Itu terserah mu mau mengapakan mereka," sela Jeno.

  "Lalu? Jangan gegabah un—" " jangan gegabah mengajarkan anak-anak kita menjadi psikopat sedari dini oleh tindakan mu itu."

  Jaemin terdiam untuk beberapa saat. "I tried, but maybe not effective. They got it from our blood, didn't they?"

  "Alexei..."
.....

     Jaemin tengah sibuk menyelesaikan masalah inflasi di hotelnya. Raut wajahnya begitu mengerikan bagi beberapa karyawan yang bekerja. Inflasi di hotel merupakan masalah besar dan semua bisa saja menjadi sasaran. Jaemin yang marah adalah hal yang paling ditakuti para pekerjanya. Jika kalian menyangka Jaemin seorang Angelic boss, you are really wrong. Jaemin seorang pemimpin yang keras, dahulu saat menjabat sebagai seorang widow. Dirinya tak ragu membunuh bawahan yang tidak berguna sebagai bahan percobaan.

  Itu baru Jaemin, jangan bayangkan bila itu Jeno karna pria itu jauh lebih mengerikan. Kembali ke situasi sebelumnya, pria manis beranak tiga itu dengan tergesa berjalan menuju ruangannya. Namun, sebuah suara yang familiar memanggilnya dari belakang.

  "Tuan Na? "

  "Hai Jaemin-ah, kau memesan kamar juga?"

  "Aku sedang membereskan masalah yang terjadi di hotel. Apa kau memiliki masalah juga?"

  "Ah tidak aku kebetulan melihatmu dan yah... Ingin mendatangimu saja. Jadi, hotel ini milikmu?"

  "Emm ya seperti yang kau dengar tadi."

  Jaemin selalu merasa kurang nyaman berada di dekat tuan Na. Apalagi sekarang pria berumur itu tersu melihatnya dengan tatapan yang asing dan tak jaemin kenali. Rasa tidak nyamannya berkali lipat sekarang. "Apa kau selalu tidak nyaman berada didekatku?"

  Dan sepertinya pria itu tahu. Jaemin memperlihatkan senyum hambarnya, jujur menganggukkan kepalanya dengan melihat kearah lain. Wajah tuan Na terlihat masam setelah melihat kejujuran jaemin. Mereka sering berpapasan atau bahkan makan bersama, layaknya kolega biasa.

  Jaemin menjadi lebih waspada ketika beberapa waktu silam mereka sempat bertemu—keluarga kecilnya dan tuan Na beserta istri beliau. Memutuskan untuk dinner bersama, hanya dinner biasa sebelum kekacauan muncul. Tuan Na mengaku tidak bisa memakan kerang, tapi jaemin lah yang tumbang karna reaksi alergi. Dinner itu berujung kacau karna jaemin harus segera dilarikan ke rumah sakit. Alergi jaemin sangat berbahaya, pria manis itu kesusahan bernafas dan jatuh pingsan.

[✓] Thantophobia || NominWhere stories live. Discover now