is it the happy ending?

1K 137 6
                                    

..............

    Cklek

    "Ma... Dad... Apa sudah tidur?"

    Jaemin menoleh kearah pintu yang terbuka sedikit menampilkan putrinya yang memeluk boneka kelinci kesayangannya. Hanya dirinya yang masih terjaga, sebab rasa tak nyaman di perutnya yang mengganggu. Ia sedari tadi duduk bersandar di kepala ranjang untuk mencoba menenangkan diri dari ketidaknyamanan.

   "Mama belum, Kemarilah... Apa kau butuh sesuatu?"

   Sasha berjalan cepat namun mencoba tidak menimbulkan suara. Ia mencoba menaiki ranjang kedua orangtuanya yang cukup tinggi dengan melompat dan merangkak naik. Jaemin hanya melihat tanpa membantu, ia masih menahan sakit yang hilang muncul di perutnya.

   "Kenapa kau belum tidur?"

   Sasha merebahkan dirinya di tengah-tengah Jeno dan jaemin. "Sha tak bisa tidur ma," jawab gadis kecil itu jujur.

   Jaemin tersenyum, mengusap-usap rambut lembut Sasha yang mulai panjang. "Oh ya? Apa ada yang kau pikirkan?"

   Namun gadis itu hanya diam lalu menutup wajahnya dengan boneka. "Kau kenapa bocah?"

   Sasha menurunkan perlahan boneka yang menutup wajah dan menoleh ke arah jaemin, " sepertinya Sasha jatuh cinta ma."

   Sontak tubuh Jeno yang jaemin kira terlelap itu bangun, duduk dan memegang bahu Sasha dengan dramatis. Jaemin menghela nafasnya jengah, kalau sudah begini pasti selesainya lama.

   "Apa kau bilang? Jatuh cinta?! Dengan?"

   "Isshh diam dulu dad, sha bercerita dengan mama! Bukan dad!"

   "Kau—

   "Siapa memangnya yang membuatmu jatuh cinta?" tanya jaemin memotong Jeno yang hendak protes.

   Senyum gadis kecil itu semakin lebar, " joohyun unnie! Dia cantik sekali saat tampil di acara tv, ma... Hati sha— hati ku rasanya berdetak kencang sekali... Uuuhh." Suara gadis itu tidak jelas di akhir sebab terlalu malu dan menyembunyikan wajahnya lagi di paha jaemin.

   Wajah Jeno menjadi lebih pias, "k-kau jatuh cinta pada wanita yang bahkan lebih tua dari kami? Orang tuamu?"

   Jeno tak habis pikir, sedangkan jaemin menahan tawanya. Ia memperbaiki duduknya untuk mencari posisi yang lebih nyaman dan mengusap-usap perut besarnya.

   " Lalu kenapa tidak bilang?"

   Sasha spontan bangkit, berdiri bersedekap tangan dengan wajah manyun. "Bibi seulgi menghalangiku terus! Dia bilang aku terlalu kecil! Tapi kan cinta tak memandang umur! Anggap saja aku jatuh cinta lebih cepat! Dia menyebalkan!"

   " Seulgi dipanggil bibi, Irene yang lebih tua dipanggil unnie? Ada yang salah dengan otakmu kurasa," cibir Jeno.

  "Diamlah," balas Sasha sewot.

  "Sshhh... Kalian tidak bisa diam?" Jaemin meringis saat merasakan sakit diperutnya semakin dekat rentang waktunya.

   "Babe? You okay?"

   "Mama?"

   "Nope! I'm not okay— do not panic! Say calm, calm down ale..." Ucap jaemin menahan Jeno yang mulai terbawa panik.

   "Okay, I'm not! What should I do???" Sasha jadi ketakutan melihat kedua orang tuanya yang tegang.

   " Bawa barang-barang yang sudah ku siapkan kemarin ke mobil— aku masih bisa menahan sakitnya, jangan panik!" Jaemin menarik lengan Jeno yang hampir loncat dari ranjang.

[✓] Thantophobia || NominOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz