* if it's hurt, just lay on me darling*

950 142 6
                                    

    

     Jeno yang terbaring di rumah sakit dengan ventilator dan berbagai selang yang menempel di tubuhnya membuat hati jaemin terasa diiris-iris. Wajah nyonya Tiriro itu bengkak karena menangis tak berhenti. Ia mendapat kabar tentang suaminya yang kritis dari sang ayah. Jaemin hanya berdiri di depan kaca ruang ICU.

   Ditambah keadaan ketiga anaknya yang juga terluka, terlebih Lev. Anak sulungnya dinyatakan traumatis berat yang berakibat enggan mengeluarkan suaranya. Jaemin melihat dengan mata kepalanya sendiri bekas luka melingkar di leher putra sulungnya. Hati jaemin dipenuhi rasa kecewa, amarah juga dendam yang menggebu.

   "Berapa lama sampai suamiku siuman?"

   "Kita tidak tahu nyonya. Letak peluru yang berada dekat organ vital membuat suamimu kehilangan banyak darah. Beruntung kita mendapatkan donor sesegera mungkin. Tapi suamimu menunjukkan progres yang cepat. Aku turut berduka dan ikut berdo'a untuk keselamatan suamimu."

   "Kau tuli? Aku bertanya berapa lama sampai suamiku siuman!"

   "E-emm kemungkinan sebulan..."

   "Baiklah. Kau pergi."

   Jaemin diam mengingat pembicaraan antar dirinya dan dokter yang menangani Jeno. Suaminya pasti selamat, Jeno itu sudah sering bertegur sapa dengan malaikat kematian. Seharusnya itu bisa meyakinkan jaemin akan keselamatan Jeno. Tapi tetap saja.

   "Nakano sasaki..."

....................

    "Dia memang anakku..."

   Jaehyun masih berbaring di blangkar tempat pendonoran darah. Golongan darah Jeno A, rumah sakit kehabisan stok karena sebelumnya menangani korban-korban kecelakaan. Jaehyun teringat golongan darahnya juga A, ia dengan cepat menyatakan pendonoran darah. Kebetulan rumah sakit itu adalah rumah sakit milik sungchan, juga langganan keluarganya.

   "Tuan ayahanda dari tuan Lee?"

   "Kenapa kau berpikir begitu?"

   "Aku seperti melihat dirimu kala melihat tuan Lee. Aku terkadang salah memanggilnya, hehe."

   "Kau mengenalnya suster?"

   Suster itu berpikir sejenak, " nyonya Lee jaemin itu sangat intensif menjaga anak-anaknya. Mereka beberapa kali imunisasi atau berobat kemari. Jadi aku lumayan sering melihat dan bertegur sapa dengan mereka."

   Jaehyun terdiam, melirik kantong darah yang mulai penuh. "Suster," panggilnya.

  Suster itu menoleh, "ya tuan?"

   "Bisa kau cek DNA kami?"

  Suster itu terdiam mendengar permintaan Jaehyun.

   Tapi tetap menjalaninya. Kertas hasil lab pun sudah di tangan Jaehyun sekarang. Pria menuju paruh baya itu kembali teringat ucapan-ucapan sang istri, Taeyong. Manisnya itu terus mengucapkan hal yang sama. Dan mungkin benar, naluri seorang ibu tak pernah salah.

  Lee Jeno memiliki 97 persen DNA yang sama dengannya.

    Isakan tertahan mengisi kesunyian ruangan Jaehyun berada. Tangisan itu semakin keras sampai Taeyong yang berada di luar dengan panik masuk untuk melihatnya.

   "Jay! Ada apa dengamu?"

   Taeyong menangkup pipi berisi milik jaehyun, mengusap lelehan air mata dengan kedua ibu jarinya. "Kenapa sayang? Mengapa kau menangis, Jay?" tanya Taeyong lembut.

[✓] Thantophobia || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang