when the party started

889 140 2
                                    





...........

    Grep

   "Sayangku, aku sedang tak ingin melukaimu na. Jadi jawab aku, kenapa kau memberikan perintah untuk penawar itu?"

   Jaemin tanpa gentar menatap lurus ke iris Jeno yang memerah karena menahan amarah. " Aku mendengar tangisan putriku. Lalu aku sadar bahwa di sana ada lebih banyak putri-putri kecil yang kehilangan orang tua mereka. Jangan menanyakan apa yang ku lakukan, Jen."

   Keduanya beradu tatap untuk beberapa lama sampai Jeno menarik paksa tengkuk jaemin dan menyatukan bibir keduanya. Membawa jaemin kedalam pergulatan lidah yang cukup lama hingga panas di hatinya mulai redam.

   "Mmphh...ale—hhh," desah jaemin saat merasakan tangan nakal Jeno yang mulai menggerayangi tubuhnya.

   Jeno baru melepas tautan keduanya setelah mendapat tarikan kasar jaemin dari rambutnya. "Akh sayang!"

   "Diam. Kau mau membunuhku ha?"

   "Ck, kita biasa lebih lama dari ini. Kenapa sekarang tidak?"

   "Ya dan janinku nanti mati kehabisan nafas disana! Kau mau?!"

   Jeno sontak menggeleng. Ia sontak kembali ke posisi duduknya menghadap televisi, agak jauh dari jaemin yang tengah bersandar dengan menaikkan kakinya ke meja. Bagaimanapun jaemin dan anak yang diperutnya tidak boleh kenapa-kenapa.

   Jaemin mendengus melihat tingkah Jeno yang merajuk padanya. Memencet kuat-kuat tombol-tombol di remote televisi.

    "Bayi besarku merajuk ya?" jahil jaemin. Lelaki berstatus submisif itu tak begitu ambil pusing dengan tingkah sang dominan, memilih melanjutkan memakan buah-buahan di mangkuk yang ia tumpangkan di perut buncitnya.

   "Awas kalau kau jadi sama perajuknya dengan dadda yah baby, kau tak malu bertingkah seperti itu di depan istrimu?" Jeno melirik sinis dari ujung matanya saat jaemin menyindirnya lewat si jabang bayi.

   "Ck," decak Jeno kesal. Mendengar itu jaemin tertawa puas, ia dengan jahil membuka tangannya dan memanggil Jeno untuk mendekat seperti anak tk.

"Jen, kau tak mau menceritakan apapun?"

   Suasananya berubh seketika mengikuti intonasi jaemin yang tidak lagi bercanda. Jeno terdiam, ia tahu jaemin akan menanyakan ini. Pria itu akhirnya merebahkan diri di ranjang dan menidurkan kepalanya di paha jaemin. Mendusalkan wajahnya ke perut buncit sang istri. Tertawa saat merasakan adanya tendangan kecil yang mengenai wajahnya dari dalam perut. "Lihat, dia manja sekali kan?"

   "Sama dengan tiga kakaknya," jawab Jeno.

   "Kau benar-benar ayah idaman mereka nono-ya," ujar jaemin sambil menyisir surai rambut jeno yang mulai panjang dengan jari-jarinya.

   "Besok kau harus ke barber Jen."

   " Temani yah?" Jaemin memutar matanya malas.

   "Memang sejak kapan kau sanggup ku tinggal sendirian di barber?" Ejek jaemin.

   Memang benar, Jeno phobia dengan suara dengungan mesin pencukur rambut itu. Jeno bilang rasanya geli dan membuatnya tak nyaman.

   "Kau mau?" Jeno dengan patuh membuka mulutnya, menerima suapan buah Muscat dari jaemin.

   "Bagaimana keadaan putri kecilku?" Tanya Jeno yang teringat akan Sasha.

   "Dia tak mau lepas dari oto-san. Aku pikir akan muncul rasa trauma padanya, ternyata pesona oto-san lebih kuat." Sejujurnya Jeno iri.

[✓] Thantophobia || NominWhere stories live. Discover now