*what when you say love to your brother, that love manages to embrace you?*

1K 138 9
                                    




...........

"уже, шеф. все хорошо прикрыто."
(Trans : sudah, ketua. semua tertutupi dengan baik.)

"капитан знает?"
(Trans : kapten tahu?)

"нет."

"Тогда хорошо. почему генерал Род не отвечает на мое сообщение?" Bibir indah itu menghembuskan nikotin ke udara tanpa beban.
(Trans : bagus kalau begitu. kenapa jenderal rod tidak mau membalas pesanku?)

"- сказал он, - если вы с капитаном Александром хотите приказать, то скажите прямо."
(Trans : beliau mengatakan, kalau anda dan kapten Alexander ingin berpesan, maka katakan langsung.)

    Jaemin tertawa kecil mendengar jawaban dari ujung. Dia memutuskan mengakhiri panggilan saat tahu bawahannya dipanggil seseorang. Dirinya mulai menanggalkan pakaian atasnya dan berganti bathrobe, tubuhnya butuh relaksasi seperti berendam air hangat.

  Sesekali ia cekikik sendiri kala mengingat pertengkaran tiga bocah kembar yang memenuhi siang harinya. Sasha– si bungsu meminta adik padanya karena malas disuruh ini itu oleh kedua kakaknya.

   Sedang Lev– "hahaha, bocah itu sampai menangis heboh."

   "Hhhh, memang mudah mengucap itu. Untuk apa Sasha meminta adik? Bukankah jadi bungsu itu menyenangkan? Aku tak mungkin mengiyakan, tiga saja sudah sakit kepala. Apalagi menambah? Ahhhh–tidak! Itu rencana bunuh diri namanya," celoteh jaemin.

  Dalam kepalanya terputar jelas wajah merah padam Lev yang basah oleh keringat dan air mata. Untuk pertama kalinya bocah itu menangis karena kalah berdebat dengan adik bungsunya.

   Ia masih sedikit terbawa euphoria si sulung menangis sampai akhirnya terdiam saat tahu ada tanda kemerahan di sekitar leher bawahnya. Tidak terlalu jelas, tapi orang pasti bisa tahu itu ada disana. Hanya satu, jaemin ingat ia sampai menampar nakamura itu karena bertindak melewati batas.

  Ada sedikit rasa tak nyaman yang hinggap kala mengingat wajah dingin suaminya. Tapi, "ck. Peduli sampah, ia pasti tidak akan pulang. Bercak ini akan hilang besok, tak usah kau pikirkan jaemin," dialognya pada angin.

  Jaemin membungkuk mencari ponselnya di sisi kasur. Rencana hendak mendengarkan musik saat berendam. Namun jantungnya seakan dipaksa melompat ketika berbalik mendapati Jeno berdiri dalam diam dengan tangan yang melipat.

   "A-alex..." gulp.

   Pria satu tahun lebih tua itu terlihat mengerikan dengan tatapan dingin yang jaemin sadar mengarah pada sekitaran lehernya. Tangannya reflek menutupi tanda itu, sayangnya kedua kakinya tidak bisa diajak kompromi. Tubuhnya menegang saat kaki jenjang suaminya melangkah lebar mendekat.

   'sial. Bisa habis aku.'

  Jeno baru berhenti saat merasakan ujung kaki jaemin yang menempel dengan ujung sepatunya. Sorot setajam elang itu menelusuri tiap-tiap jengkal wajah sang istri dari atas hingga baw–

   "Oh... Lihat." Jeno dengan perlahan menyingkirkan tangan jaemin. Jaemin mendengus dalam hati merasakan kuatnya dorongan Jeno.

   "Apa istriku yang manis ini tiba-tiba punya alergi?"

   Rasanya ludah yang di telan paksa begitu bulat dan banyak. Sedangkan sumber ketakutan jaemin sekarang malah tersenyum manis dengan jari-jari kekar yang merapikan tatanan rambutnya yang acak-acakan.

[✓] Thantophobia || NominWhere stories live. Discover now