* You and me could write a bad romance*

1.1K 174 4
                                    


.....

Kali ini bukan Jeno, melainkan Alexander. Tubuh tegapnya terbalut pakaian ber merk yang terlihat mahal. Berjalan dengan langkah yang tegas di bandar udara Vladivostok. Ada beberapa yang menunggunya, fengan sopan meraih bawaannya dan berjalan tidak lebih maju darinya. Kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya menambah kesan bossy pada dirinya.

"Otvedi menya v kayutu generala Roda."
(Trans : antarkan aku ke kabin jendral rod)

"khorosho, kapitan, na etot raz mister Aleksey ne na vashem zadanii?"
(Trans : baik kapten, apa tuan Alexei tidak ikut misimu kali ini?)

"net. Ne day yemu znat', inache tvoi glaza garantirovany."
(Trans : tidak. Jangan sampai ia tahu atau bola mata kalian jaminannya.)

"Khorosho, kapitan."

Cukup memakan waktu mereka menuju markas pelatihan. Medan jalan yang dipenuhi oleh salju membuat perjalanan sedikit terganggu. Dalam keheningan Alexander serasa dibawa kembali ke ingatan pertamanya mengenai tempat ini.

Dulu sekali, ia berada di mobil yang harus berdempetan layaknya barang buangan bersama para anak-anak korban eksploitasi. Harus menahan rasa takut karna todongan senjata laras panjang yang sewaktu-waktu para tentara jahil itu tempelkan ke dahi mereka. Ia ingat dengan tatapan benci yang selalu ia sembunyikan.

Ia juga ingat dengan pembalasan manis yang pernah ia lakukan untuk para tentara itu. Alexander tidak selemah atau sebaik yang pernah kalian lihat. Ia pendendam juga haus akan pembalasan. Seluruh wajah tentara tengil itu ia hafal sebagai bekal pembalasan.

Sedikit tergelitik perutnya kala ingat alexei yang menangis sedih karna tak tega melihat para tentara itu berujung menjadi kelinci percobaan dari senjata kloroform yang Alexander kembangkan. Kalau diingat-ingat yang banyak sekali berubah memanglah Alexei. Dia ketika kecilnya sangat manis dan sedikit naif, meski tak dipungkiri otaknya jenius dan cepat mengerti.

***
"Hiks.. jangan, Nono... Mereka kesakitan," tangis jaemin.

"Lalu?"

"Berhenti huhu.."

Dengan raut tak peduli Jeno hanya diam membiarkan bocah manis itu menangis di bahunya. Ia hanya tertarik melihat belasan tentara nakal yang dahulu terus menyiksanya kini tersiksa olehnya. Dua bocah berusia beda tahun itu berada di ruang bawah tanah yang sekaligus tempat kelinci percobaan untuk senjata-senjata yang di teliti pihak elit.

Jeno saat itu berusia 12 tahun dan sudah mampu melaksanakan misi penyusupan. Dalam misinya, Jeno menyamar menjadi bahan percobaan untuk Labor penelitian racun di Amerika. Segalanya bisa diselesaikan dengan baik meski Jeno hampir kehilangan satu tangannya-tapi ia mendapatkan formula racun kloroform dari misinya.

Disitulah sisi iblis yang terkubur menyeruak. Jeno meminta banyak sekali tentara kelas bawah untuk menjadi bahan percobaan. Seperti sekarang contohnya, ia menikmati teriakan penuh kesakitan mereka yang dulu pernah menyepelekannya. Jaemin mengetahui niat Jeno berusaha menggagalkannya meski tak menghasilkan apa-apa.

"Jeno... Jangan menjadi jahat, Nana mohon." Bisik jaemin kecil lemah.

"Sedari dulu kita dipaksa menjadi jahat oleh takdir Na. Kalau kau tak ingin mati menyedihkan maka menjadilah lawan atau kawan bagi takdirmu," jelas Jeno lembut.

[✓] Thantophobia || NominWhere stories live. Discover now