* Every piece of you it just fits perfectly. every sec, every thought, I'm in *

1.5K 200 10
                                    


....
   Riuhnya suasana kelas tidak mengganggu lamunan jaemin sama sekali. Ia hanya diam menatap ponselnya yang menampilkan foto ketiga anaknya saat masih bayi. Senyum lebar dan menyenangkan ketiganya mampu membuat hatinya tenang dan pikirannya kacau dalam satu waktu.

Flashback

  "Kalau begitu.., misi final kita adalah tuan moon. Aku akan mengatakan langsung pada tuan Lee,"

  "Lakukan apapun yang menurutmu terbaik untuk keluarga kita asalkan beritahu aku terlebih dahulu. Jalani saja dahulu, jangan terlalu tergesa-gesa dan memaksakan diri. Kita harus tetap tenang."

  "Jangan tinggalkan aku." "Aku tidak," balas jaemin sambil mengeratkan pelukan dan memberi kecupan kecil di dahi suaminya, mencoba menenangkan sang kepala rumah tangga tersebut dalam tidurnya.

  Ia masih memikirkan keputusannya dan Jeno semalam. Apa itu yang terbaik atau bisa menjadi keburukan untuk mereka? Semalam ia tidak bisa tidur memikirkan hal ini berulang kali.

  "Jaemin? Kau melamun?" Lamunannya buyar saat mashiho menyadarkannya.

  "Ah iya? Oh! Dosen?"

  "Untung saja prof. Kwak tidak memperhatikanmu. Kau ada masalah?" bisik mashiho.

  "Ah? Tidak, aku hanya sedikit kurang enak badan. Sampai mana penjelasannya?" Mashiho tanpa banyak bicara menunjukkan  catatannya pada jaemin.

"Oh, aku sudah paham masalah ini. Terimakasih," celetuk jaemin.

"..., baiklah."
.....

   Dengan santai jaemin berjalan menuju kantin kampus seorang diri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

   Dengan santai jaemin berjalan menuju kantin kampus seorang diri. Jeno berpesan ia menunggu di kantin dan membawakan makanan. Setahunya pagi tadi Jeno mengatakan akan pergi ke perusahaannya dan mulai mengelolanya dengan serius sekarang.

Tapi entah mengapa feeling jaemin tidak bagus hari ini. Ia berusaha tetap santai meski hatinya gundah gulana.

Benar.

Bisa jaemin lihat dengan teliti rahang Jeno yang mengeras dengan tatapan membunuh tengah duduk menyendiri di pojok meja kantin. Ia berencana mengagetkan dengan memeluk Jeno dari belakang.

Grepp...

"Hey, semua akan baik-baik saja. Ada aku disini, di belakangmu dan akan terus memelukmu." Perkataan yang selalu jaemin bisikkan di telinga Jeno kalau kalau sang suami tengah termakan amarah.

Dan selalu ampuh.

"Hhhh... Terimakasih pelukanmu, sayang." Jaemin mengambil kursi dan memilih duduk di sisi Jeno. Membiarkan lelaki yang satu tahun lebih tua darinya itu bermanjaan dan menyandar di bahunya selagi ia sibuk membuka kotak makanan.

Ah.., stroganoff dan shashlik, makanan khas Rusia. Jaemin rindu sekali dengan negara itu.

"Aku tahu kau merindukan Ben. Jadi aku membelikan makanan ini, bagaimana kuliahmu?"

[✓] Thantophobia || NominWhere stories live. Discover now