* I'll prove to you what love is, so you know what it means*

910 133 12
                                    

....................

iPad mahal itu tak lagi berharga setelah hancur berkeping karena dibanting oleh jaemin. Sedang si pelaku kini berjalan mondar mandir dengan perasaan kalut yang menyelimuti hatinya. Mata si manis kepunyaan tuan Jeno itu terlihat sembab dan memerah. Ada amarah, kecewa, khawatir dan muram di gurat wajahnya. Bahkan ucapan ibu dan saudaranya pun tak ia dengarkan.

" Aku bersumpah demi nyawa anak-anakku, sedikit saja mereka lecet. Kupastikan kepala mereka jadi pondasi kolam!" Jaemin berulang kali mengumpat dan berteriak kesal, Jeno belum menghubunginya sama sekali.

" Jiro, duduklah dulu. Kakimu akan bengkak kalau terus-terusan berjalan menghentak begitu. Percaya pada suamimu," ujar Winwin lembut.

"Tapi aku juga mengkhawatirkan suaminku mama! Dia belum memberikan kabar sama sekali!"

"Tapi pikirkan bayimu! Ibu yang terlalu frustasi akan berdampak pada anak yang dikandung. Duduk dulu, dinginkan dulu kepalamu. Kita akan cari cara lain untuk menyelamatkan ketiga keponakanku." Renjun menarik paksa jaemin untuk duduk disebelahnya.

Jaemin berusaha mengontrol emosi nya. Mencoba untuk tenang, Yuta dan Jeno sudah pergi dari empat jam yang lalu mencari ketiga anaknya. Sesekali ia meringis merasakan kram di perut, membuat ibu dan kakaknya panik. Mereka masih berada di kediaman keluarga Na.

"Permisi, nyonya Na."

"Ada apa?"

"Ada nyonya Jung datang berkunjung." Winwin mendecak kesal mendengarnya. Ini bukan waktu yang tepat untuk menerima tamu, anak bungsunya tengah kesakitan.

"Tak apa, bawa Taeyong hyung ke teras tengah. Juga panggilkan dokter Choi!" Titah winwin. Pelayan mengangguk dan izin pergi.

" Tenangkan dirimu dulu, nak. Berbaringlah di kamar, istirahatkan tubuhmu agar rileks." Renjun berdiri mencoba membantu jaemin ke kamar. Winwin sendiri dengan berat hati meninggalkan keduanya untuk menemui Taeyong.

"Taeyong hyung? Ada apa? Tumben sekali kau datang," sapa winwin.

Pria cantik itu tersentak dari lamunan. Winwin tertegun melihat wajah dan tubuh Taeyong yang begitu pucat. Apa pria mungil itu kembali depresi?

" Hyung- astaga! Apa yang terjadi? Oh astaga, kau kurus sekali. Apa ada masalah berat?" Winwin mengambil posisi duduk berdekatan dengan Taeyong. Kedua pasang kaki jenjang keduanya mengayun di teras belakang kediaman keluarga Na.

Winwin semakin yakin kalau terjadi sesuatu pada kawan lamanya itu. Taeyong menyenderkan kepalanya di bahu lebar Winwin. Suara isakan kecil serasa menyayat hati Winwin saat mendengar nya dari Taeyong. Pria yang lebih muda dengan hangat memeluk tubuh ringkih yang lebih tua, mencoba menenangkannya dari tangisan pilu.

"Kau ingin bercerita?"

"Aku rindu putra keduaku, sicheng... Aku- aku merindukannya, hiks sangat amat merindukannya. Aku percaya aku pernah bertemu dengannya, aku tahu itu anakku tapi jaehyun tidak mau mempercayainya. Sicheng..." Tangisan Taeyong semakin kencang. Winwin jadi semakin tak tega melihat kawan lamanya itu. Ia tahu jelas bagaimana rasa rindu pada anak yang hilang hingga rindu itu berubah sakit. Ia tahu dengan sangat jelas.

"Siapa? Siapa yang kau yakini anakmu? Taeyong, aku tak bisa membantu apapun selain memberimu pelukan hangat."

Taeyong menegakkan tubuhnya, dengan penuh harapan menatap lurus pada Winwin. Dengan kasar menghapus sisa air mata di pipinya, " Aku merasa bertemu dengannya beberapa kali. Aku bisa merasakan bagaimana tegapnya punggung jaehyun di punggungnya. Aku bisa melihat wibawa jaehyun pada wajahnya, aku ingat sekali bayi kecilku itu seperti kembaran suamiku. Aku seperti melihat jaehyunku di dirinya. Sicheng... Aku tak meminta apapun selain mengatakan maaf padanya atas kebrengsekanku dahulu. Aku hanya ingin tahu ia ada di dunia atau telah bahagia di surga. Aku menerima apapun karmaku di masa depan tapi aku mohon untuk sekali saja bisa memeluk tubuhnya dengan kondisi aku tahu dia anakku dan ia tahu aku ibunya." cerita taeyong panjang.

[✓] Thantophobia || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang