Lv. 40 : Leveling (6)

475 119 9
                                    

Buku ini pasti lebih dari 100 part, jadi... Selamat scroll banyak-banyak:>

___________

Kelompok kedua

Sudah beberapa hari kelompok mereka melakukan dugeon dan mendapatkan beberapa hal dari membunuh monster di sepanjang perjalanan. Entah itu peralatan, bahan mentah, atau bahkan ramuan.

Walaupun tidak ada dari mereka yang merupakan tingkat tinggi, tapi itu cukup untuk diri mereka sekarang. Belum lagi, hasil dari instansi rahasia desa misterius yang mereka lakukan. Ada banyak bahan langka yang mereka dapat, walaupun tak bisa diolah.

Ada terlalu banyak persyaratan dan bahan lain yang dibutuhkan, jadi mereka hanya menyimpannya dalam tas masing-masing dan tetap menggunakan peralatan awal mereka.

"Tidak terasa sekarang kita sudah level 50..." Gumam Lucas sembari menatap langit berwarna kemerahan yang tampak suram jika dilihat dari tempat mereka sekarang. Ditangannya ada greatsword yang selama ini selalu menemaninya menyelesaikan misi atau leveling.

Disampingnya, ada Jisung yang juga tengah duduk santai sembari membersihkan senjatanya dengan kain sutra yang ia dapat dari merampas musuh saat battle dengan sesama pemain. Pemuda itu mengangguk pelan sebagai respon.

Saat ini, kelompok dua tengah beristirahat di gundukan bebatuan yang membentuk gua tempat mereka beristirahat. Ya, mereka tidak menyewa rumah ataupun penginapan karena enggan sesuatu yang buruk terjadi.

Apalagi di kota yang berantakan seperti Endless Abbyss, dimana pencurian, pembunuhan, dan hal-hal buruk lainnya bebas untuk dilakukan.

"Besok atau lusa kita akan bertemu dengan member lainnya." Timpal Kun. "Johnny hyung sudah meminta kita untuk kembali berkumpul di desa kelahiran kembali."

"Syukurlah, aku sudah muak disini. Suhunya benar-benar panas dan membuatku ingin terus berendam dalam air dingin." Sela Renjun sembari mengipasi dirinya dengan kipas alakadarnya yang dibuat oleh Kun.

Member lainnya terkekeh mendengar perkataannya. Apa yang dikatakan Renjun tak sepenuhnya salah, karena mereka semua juga merasakan hal yang sama.

Belum lagi makanan di endless abbys tak sesuai untuk mereka. Lagipula siapa yang mau makan bangkai, darah, dan hal-hal menjijikkan lainnya? Walaupun itu hanyalah serangkaian data dan bukan sungguhan, tapi respon fisiologis mereka membuat kelompok kedua sedikit tidak nyaman.

Untungnya, Mark selalu bersedia untuk berburu hewan sebagai gantinya. Jadilah mereka setiap hari makan hasil buruan pemuda itu. Jisung bahkan sampai jengah melihat daging panggang dan merasa tak ingin makan lagi.

Walaupun terkadang mereka akan membeli makanan di toko sistem, tapi itu hanya beberapa kali karena mereka harus menghemat uang. Ada beberapa peralatan yang harus mereka beli dari toko sistem dan itu tidak murah, jadi mereka tidak bisa dengan sembarangan membelanjakan uang yang mereka dapat.

"Mark hyung, bagaimana dengan tugas tersembunyi kita?" Tanya Jisung pada ketua kelompok sementara mereka.

"Aku masih belum menemukan yang cocok, kebanyakan pemain disini hanya brutal tanpa memiliki otak. Orang seperti itu tidak cocok untuk dijadikan rekan kerja sama, mereka hanya akan menjadi beban untuk kita nantinya." Jawab Mark tanpa menatap lawan bicaranya. Ia tengah sibuk mengukir sesuatu dari bahan batang pohon Magnolia kering yang tak jauh dari mereka.

Kun hanya menghela nafas dalam-dalam dan hanya menatap matahari yang akan segera tenggelam. "Tim lainnya sudah berhasil mendapatkan rekan untuk misi utama kita."

"Tidak masalah, kita tidak perlu terburu-buru. Toh, masih panjang jalan yang harus kita lalui." Timpal Lucas, ia mulai menyiapkan api unggun untuk malam ini.

"Besok kita berangkat." Ujar Mark.

"Mendadak sekali?" Tanya Jisung heran.

"Tidak." Jawab Mark, ia menatap member termuda mereka dengan tatapan santai. "Aku sudah memikirkannya sejak kita masih berada di level 25."

Jisung tertegun, sekali lagi ia dibuat kagum oleh kemampuan Mark yang membuat rencana sejak awal. Meskipun dia jarang mengatakan pendapat dan pemikirannya, tapi semua yang dikatakan pemuda yang lebih tua selalu benar dan akurat.

"Kalau begitu kita istirahat lebih awal hari ini agar bisa bangun lebih pagi besok." Timpal Renjun, yang disetujui member lain.

Mereka membeli makanan sederhana dari toko sistem, makan dengan cepat lalu tidur. Tentunya, mereka juga bergantian untuk jaga malam dan mewaspadai apapun yang bisa menyerang mereka.

Di paruh terakhir malam itu, Mark berjaga sendiri. Ia masih sibuk membuat ukiran dari kayu Magnolia yang ia kerjakan sejak dua hari yang lalu.

Ketika detail terakhir sudah ia kerjakan, Mark menatap hasil ukirannya dengan puas. Tak sia-sia dirinya belajar dari sang ibu dulu, pikirnya.

Pemuda berwajah dingin itu lalu menatap bulan yang menggantung di langit yang cerah malam ini, dan tersenyum tipis. "Sampai bertemu besok..."

Ketika tengah sibuk dengan pikirannya, Mark mendengar suara kaki kuda dari kejauhan. Matanya yang tadi menunjukkan kelembutan dan kehangatan langsung berubah menjadi waspada. Ia langsung mengeluarkan pedang bermata dua miliknya, dan diam-diam turun dari gunung batu tempat kemah mereka.

Tak lupa, ia sedikit meredupkan api unggun agar tak membuat musuh curiga. Saat sampai dibawah, ia langsung bersembunyi di balik bebatuan curam yang ada disekitarnya.

Semakin lama, langkah kaki kuda itu semakin dekat. Mark memegang pedangnya kuat-kuat dan memandang dengan waspada pada suara kaki kuda itu berasal.

"Ada empat kuda..." Gumam Mark pada dirinya, dia menjadi lebih waspada.

Tak lama, ada empat ekor kuda yang membawa empat orang di punggung mereka. Dan kelompok itu berhenti tepat didepan bebatuan tempat Mark berada. Dan kini, Mark tampak seperti seekor Cheetah yang tengah mengincar mangsanya di rumput ilalang yang tinggi.

"Kita harus kemana lagi?? Kota utama sudah benar-benar hancur dengan semua kerusuhan itu. Mustahil untuk kembali, apalagi meminta bantuan pada guild besar! Mereka hanya akan memeras kita!" Ujar salah satu dari mereka, ia tampak putus asa.

"Tenang lah, sekarang kita cari tempat untuk istirahat sejenak. Luka Hyunjin mulai memburuk, kita tidak bisa terus berkuda dalam keadaan seperti ini." Timpal yang lainnya.

"Tidak apa... Aku masih kuat..." Jawab sosok bernama Hyunjin itu, samar-samar wajahnya tampak pucat di bawah cahaya bulan.

"Tidak! Kita harus berhenti sekarang, keadaanmu tidak baik-baik saja Hwang Hyunjin!" Sela yang lainnya, wajahnya mengeras tanda menahan amarah.

"Ah... Hanya sekelompok orang lewat ternyata." Gumam Mark pelan. "Tapi.. apa yang terjadi di kota hingga mereka panik seperti itu?" Sambungnya, dalam pikirannya ia menebak-nebak penyebab yang membuat mereka melarikan diri dengan terburu-buru.

"Siapapun kau! Keluarlah!! Aku tahu kau bersembunyi disana!" Pekik seseorang dari kelompok kecil itu.

Mark kembali tersadar dari lamunannya, dan agak kagum pada orang tersebut karena bisa mengetahui keberadaannya. Padahal ia sudah menyembunyikan identitas pemainnya. Dengan kooperatif Mark keluar dari tempatnya, setelah menyimpan kembali senjatanya kedalam sarung pedangnya.

"Siapa kau?" Tanya salah satu dari keempat orang itu dengan waspada, tangannya sudah berada di senjatanya. Siap bertarung kapan saja.

To be continued

_________

Selamat tahun baru yaa maaf telat hehehe

Neo City : The Game Is Called DionysusDonde viven las historias. Descúbrelo ahora